Sepeninggal Vania dan Verrel dokter cantik itu memutuskan untuk menunda pasien Selanjutnya dan meminta kepada pihak management Rumah Sakit untuk Istirahat hari itu.
Dia beralasan mengalami pusing dan kurang enak badan sehingga takut merugikan pasien. Dan pihak rumah sakit memberikan izin istirahat demi menjaga kualitas pelayanan. Sementara itu para pasien yang sedang antri di berikan alternatif untuk ke dokter obgyn lain, yang praktek pada hari itu atau jika harus dengan dokter Monica maka di harus kan datang kembali esok hari. Karena sang Dokter sedang tidak sehat dan di kawatirkan apabila di paksakan berobat akan membahayakan pasien yang memang sangat beresiko untuk ibu Hamil. Begitulah kira-kira penjelasan dari pihak Rumah Sakit untuk mene" Iya sayang…, mulai sekarang, kau ikut kamanapun aku pergi, ayo kita bersiap, semua orang telah bersiap menyambut kita…” Bisik Verrel, kemudian mengecek iPadnya dan menatap layar yang ada di iPad. Terlihat disana sebuah rumah dengan aktivitas orang di dalamnya, tengah sibuk mempersiapkan semua sesuai permintaan nya. Verrel tersenyum melihat semua orang tengah sibuk menyambut kedatangan dirinya dan Vania sore ini. Rumah dengan kamar mereka terhubung dengan kolam renang yang hanya bisa di akses di lantai itu, dan disana terdapat yaman anggrek dengan semua jenis anggrek. Rumah itu sebenarnya di persiapkan Verrel jauh sebelum kecelakaan, sebagai rumah yang akan mereka tempati setelah menikah nanti, tapi nyatanya Tuhan memberikan scenario berbeda, dan kini terpaksa harus mereka tempati karena Verrel tidak
“ Sebaiknya kita makan siang dulu, setelah itu istirahat, karena aku lelah dan ingin tidur sejenak, nanti malam kita bahas lagi sayang, kamu bisa mewujudkannya…” Bisik Verrel yang telah mengangkat tubuh Vania menuju bathroom mewah berdinding kaca dengan ornamen-ornamen unik di dalamnya. Akh, seperti bukan kamar mandi, pikir Vania. Setelah mereka mandi dan menikmati santap siang yang langsung di antar ke meja makan yang tersedia disana, mereka kembali beranjak keatas tempat tidur untuk mengistirahatkan tubuh. Tubuh lelah dan lega keduanya, membawa mereka tertidur hingga menjelang magrib, dan Vania terbangun setelah mendengar ponsel Verrel berdering. Verrel memilih mengabaikan ponselnya, dan mandi bersama wanita yang di cintainya. Mereka menikmati makan malam berdua di sebuah meja di tengah taman anggrek dibawah
Tak ingin melihat Vania terus mengomel, mungkin karena lelah berdiri, Verrel langsung mengangkat tubuh mungil itu menuju kamar, agar tak lelah. Vania menyembunyikan senyumnya dengan wajah bersembunyi di dada bidang Verrel, hingga pria itu merebahkan tubuh mungil itu dengan sangat hati-hati. Verrel menaruh ponselnya di atas nakas, di sisi tempat tidur, lalu mendekatkan diri kearah Vania, dan memeluk Vania sembari mengelur perut wanita yang tengah menahan cemburu. “ Ayoolah sayang, jangan ngambek lagi, kasihan anakku di dalam bingung mikirnya, ini kenapa mamaku doyan cemberut ya, padahal papaku sangat ramah dan suka tersenyum, nah gimana coba kamu jawabnya?” Ujar Verrel yang langsung berteriak karena tangan Vania telah mencubit perut Verrel karena meledeknya. “ Emangnya dia di dalem meratiin senyum? huh! dasar playboy, siapa emang yang nelpon kamu t
Perlahan Vania melepaskan tangan Verrel, dengan tersenyum dia berkata dan menatap Verrel dalam. “ Pergilah sayang, aku disini baik-baik saja, kalau aku bosan aku akan kembali ke mobil, sudah pergilah, jangan biarkan temanmu menunggu…” Jawab Vania bijak, hingga membuat verrel mengerutkan dahi, tak percaya dengan apa yang dia dengar malam ini. " Naah, tuh istrimu aja paham dia, yuklah Rel gak enak buat orang laen nunggu, dont worry, ini murni bisnis bro…” Ujar Sarah meyakinkan Verrel yang terlihat masih ragu, hingga Vania mendorong pria itu untuk menjauh darinya. Dengan jari tangan memerintahkan pergi. Verrel menghentikan langkahnya dan memandang Vania, lalu memandang sekitar. “ Kamu sebaiknya ikut saja, toh tidak ada yang terlalu penting di dalamnya…” Ujar Verrel kawatir dengan kesendirian Vania, perasaannya tidak t
Verrel melirik wajah calon istri tertunduk takut, membuatnya menghela nafas. " sayaang…kau tak perlu mengenalkan kami, kami sudah saling mengenal sebelumnya, dia ini sahabat SMA nya Sarah honey…” Bisik mesra Verrel sembari mempererat rangkulan tangannya. Sikap Verrel membuat Vania bernafas lega, setidaknya dia dapat membaca situasai bahwa Verrel tak mempermasalahkan hal ini. “ Ohh, ya. Bung Dendi kenal Vania dimana? maklum sebelumnya nama bung Dendi tidak pernah ada di percakapan kami…” Lanjut Dendi sembari menyunggingkan senyum menandakan kemenangan. Mendengar ucapan Verrel, tampak Dendi menatap tajam kearah Vania. “ Apa sebenarnya yang terjadi? benarkah kau telah menikah dengan pria ini? Van! lupakah kau? bahwa kau milikku, dan akan tet
Sebuah peluru melintas kearah mereka, dan syukurnya tak mengenai salah satu diantara mereka. Mereka saling pandang, dan Verrel refleks memeluk Vania. Hingga kemudian. Ddoorr!! Mendengar suara tembakan, membuat Dendi sedikit panik, di tambah melihat Verrel memeluk Vania yang mulai menggigil. Verrel menyadari sesuatu, hingga dia tak dapat berfikir panjang, menendang Dendi hingga Dendi tersungkur di atas rumput-rumput halaman luas depan gedung mewah itu, sebuah convention center yang biasa di gunakan untuk sebuah acara. Lalu Verrel memeluk Vania yang ketakutan dengan erat, Hingga... Ddoorr!! Ddoorr!! Dua tembakan tepat mengenai punggung Verrel dan kepala Verrel. Dengan adanya kedua tembakan terakhir Vania menjerit dan akhirnya terkulai lemah, lalu pingsan di pelukan
" Mengapa dia tak mengatakan langsung dok jika ada keperluan, lalu suara tembakan tadi malam? siapa yang tertembak, apa yang terjadi? Verrel bukan orang yang pergi diam-diam…” Tanya Vania lagi dan menatap tajam sang dokter yang masih tetap memasukkan jarum infus kembali ke tangan Vania. " Yang terpenting saat ini, nyonya Istirahat terlebih dahulu, setelah pulih baru nyonya bisa kembali kerumah, bukankah nyonya ingin segera menikmati indahnya taman anggrek? “ Tanya sang dokter sembari menjalankan kembali selang infus. “ Begitu besar rasa cinta tuan Verrel kepada nyonya, sehingga nyonya sebaiknya membalasnya dengan tidak mengecewakan kebahagiaan tuan Verrel, nyonta tidak boleh stress agar janinnya aman di dalam, bagaimana jika nyonya bersikeras memaksakan diri seperti tadi, trus tiba-tiba terjatuh dan terjadi sesuatu terhadap kandungan nyonya, apa yang t
Bathin Vania selalu bergejolak bertanya - tanya mengenai keberadaan Verrel, Sementara diri nya tak juga bisa mencari tahu dimana Verrel berada, Karena ia tak di perboleh kan untuk keluar dari rumah megah itu. Vania hanya boleh berada di dalam rumah, dan jika harus turun maka ia di dampingi oleh sang dokter yang ada disana. Mereka tak ingin membuat kesalahan seperti bagaiaman Verrel tertembak hingga belum sadar kan diri setelah seminggu mengalami Koma. Dia melangkahkan kaki menuju lemari, dan mencari petunjuk tentang keberadaan Verrel. Beginikah rasanya di tinggal lagi sayang-sayangnya? sesak dada terasa. *** Dokter bekerja meneliti setiap kemungkinan yang terjadi dengan Pimpinan nya dengan MRI maupun CT Scan yang memang ada di markas itu. Tampak mereka di sibukkan mencari referensi dari
*** Seminggu setelah kejadian pertemuan Vania dan nyonya Iriana di Mall. Tampak Verrel menemani Vania duduk menikmati suasana pagi melakukan olahraga yoga di samping kolam renang dekat taman bunga Anggrek mereka. Vania tampak melipat matras yoga nya, dan berjalan menghampiri Verrel yang tengah duduk memperhatikan perut buncitnya. Dengan manja Vania mengelendot duduk di sisi Verrel. “ Makasih sayang, sudah menemaniku olahraga, kamu mau kerja di kantor atau di ranjang? “ Vania mengerlingkan sebelah matanya. Sontak tawa Verrel mengisi area yang sepi itu. “ Mumpung anak-anak sedang private…” Bisik Vania lagi, merebahkan kepalanya dengan manja di dada bidang pria yang telah menyempurnakan hidupnya. “ Apapun yang kau
Dua Tahun kemudian… Pagi itu terlihat Verrel tengah bermain bersama putra pertamanya yang masih berumur 1 tahun 6 bulan di sebuah taman di rumah mereka, terlihat disana dilengkapi fasilitas bermain. " Reeceee...sudah bermainnya, Daddy harus bekerja nak.." Ujar Vania yang mendekat kearah ayah dan anak yang tengah bermain dengan sangat seru " lihat lah Daddy mu Reecce baju nya sudah basah semua..." Lanjut Vania mengulurkan kedua tangannya kepada sang putra Reece Bibby Gondokusumo. Tapi sang putra yang memilih mengabaikannya dan melanjutkan bermain kuda-kudaan bersama sang ayah, membuat Vania mendengus kesal karena merasa di abaikan oleh anak dan ayah yang tengah asyik bermain. Sedangkan Verrel tersenyum menggoda Vania karen
" Dok.., coba deh rasakan sentuhan angin malam ini terasa damai bangettt. Keluarin tangan dokter Dendi abis tu pejam kan mata lalu tarik nafas dalem-dalem dan rasakan sensasinya…” Lanjut Monica seraya membuka kaca mobil di dekat Dendi. Dendi yang semula terlihat enggan mencoba apa yang di sarankan Monica akhirnya dengan ragu-ragu dia mengeluarkan tangannya dan mengikuti saran Monica dengan mengeluarkan tangannya menerpa angin malam. Dendi perlahan tersenyum walau itu belum terlihat jelas di balik wajah frustasinya namun hal itu cukup melegakan bagi Monica yang sedikit kawatir jika dokter berprestasi seperti Dendi mengakhir hidupnya secara tragis hanya karena permasalahan kecil yang di hadapinya. Walau Monica juga tak bisa menjengkali permasalahan Dendi karena setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya sehingga Monica memilih menghormati Dendi d
Sementara itu disisi lain, di tempat yang berbeda. Setelah keluar dari rumah Verrel dan Vania, tampak Dendi seperti kehilangan arah saat itu. Malam semakin larut tapi Dendi terus mengendarai mobilnya, dia hanya berhenti ketika di SPBU untuk pengisian bahan bakar mobilnya, setelah itu dia akan kembali menginjakkan gas mengitari kota Jakarta tanpa arah dan tujuan. Saat ini dia hanya tak ingin keluar dari mobil itu, seolah dunianya telah runtuh sehingga dia memilih berada di dalam mobil dan terus mengendarai mobil sport miliknya. Dendi bahkan masih tak mempercayai tindakannya di hadapan Verrel, pria yang telah merebut seluruh hati Vania. Entah apa yang telah terjadi mengapa dia keluar dari rumah itu dengan tanpa wanita yang dia cintai. Dia meneteskan air mata meski tanpa suara tangis. Hatinya pilu menyadari betapa dirinya telah menyia-nyiakan cinta dan kesempatan yang ada dengan memilih ber
“ Yuk sayang, keburu Jessica pergi karena terlalu lama menunggumu…” Bisik Verrel kepada sang istri yang merengut sembari mencubit perutnya. Verrel hanya tersenyum simpul melihat kejahilan sang istri. Lalu mereka bangkit dari ranjang dan berjalan menaiki lift yang menghubungkan dari lantai kamarnya menuju lantai dasar. Verrel berjalan menuju ruang kerjanya, sedangkan sang istri menemui Jessica yang terlihat tengah mengobrol dengan malu-malu bersama Arjun. Terlihat Arjun tersentak dan salah tingkah melihat kehadiran Nyonya rumah itu, lalu Arjun berpamitan dan berjalan menuju ruang kerja, dimana bossnya pasti telah menunggunya disana. Waktu beranjak dengan cepat, hingga tanpa sadar hari telah senja, Verrel meminta Arjun mengantar Jessica pulang. Dan Verrel menitip pesan p
“ Atau bung Dendi menginginkan video ini berada di tangan polisi? Saya bisa menyerahkannya sekarang juga, dan kasus ini bisa di persidangkan, saya sengaja tidak membawa kasus ini ke ranah hukum kenapa? Karena saya percaya hukuman yang saya berikan akan membuat mereka berfikir ribuan kali untuk menyentuh milik saya, saya harus melindungi apa yang menjadi milik saya hingga nafas terakhir saya…” Verrrl melirik Dendi yang memasang wajah tegang. “ Andai bung Dendi malam itu tidak dapat mengurangi kesalahan bung Dendi, dengan memberikan pertolongan Vania, mungkin seluruh peluru pistol ini sudah bersarang di dada bung Dendi dan menembus ke jantung, hingga membuat bung Dendi dan pasangan bung Dendi merasakan sakitnya sekarat di tempat saya mengeksekusi orang, mengapa saya menganggap kesalahan ini juga milik bung Dendi? Karena pemicu semua penderitaan Vania sumbernya adalah bung Dendi! Andai bun
Hatinya bertanya-tanya. Siapa gerangan yang berani membocorkan rahasia ibuku? Adakah orangku berhianat lagi setelah sekian lama hanya demi uang? Oke, baiklah aku harus sedikit bersabar agar mengetahui titik terang, sejauh mana pria bodoh di hadapanku ini mengetahui tentang rahasia sisi gelapku? Jika dia tahu lebih banyak, hal itu bisa di pastikan informasi yang di dapat dari orang salam, sebaiknya aku harus lebih bersabar, agar tidak mengecewakan istriku, karena janji kami harus mendapat restu orang-orang yang kami kenal, demi kebahagiaan kehidupan pernikahan kami, tapi aku harus menyelesaikan semuanya hari ini, terlebih pria bodoh ini sudab berani membawa ibuku ke dalam permasalahan kami, hmm. Sepertinya dia kehabisan akal dan berusaha keras memancing amarahku dan mempertontonkan pada istriku bahwa aku seperti yang dia klaim. Tidak bisa di biarkan! Melihat Verrel terdiam, Dendi merasa di
Seminggu berlalu setelah Vania mengembalikan koper berisi uang 5 Miliar milik Dendi yang pernah dia ambil untuk membayar hutangnya kepada Verrel. Pagi itu Verrel mengajak Vania untuk check up ke dokter kandungan, kali ini Verrel berpindah rumah sakit ibu dan anak agar terhindar dari sang mantan yang mungkin menyimpan dendam terhadapnya sehingga dia sengaja menghindarinya. Mereka menuruni lift di rumah itu lalu menuju mobil yang telah bersiap di depan pintu rumah megah milik Verrel. Mereka menaiki mobil dimana Arjun telah berdiri disana menyambut mereka. Setelah pintu tertutup, Arjun memasuki mobil di bangku depan samping sopir seperti biasa, kemudian sang sopir melajukan mobilnya menuju pintu gerbang rumah itu. Begitu pintu gerbang terbuka otomatis, sang sopir tiba-tiba menghentikan mobilnya dan menoleh kearah Arjun yang kemudian membu
Pagi itu langit begitu cerah dan cuaca begitu sejuk, angin terasa damai menghembus di antara wajah kedua insan yang telah terikat dalam tali perkawinan. Vania dan Verrel menikmati sorenya di taman anggrek sembari menikmati sarapan pagi bersama. Seminggu berlalu setelah Vania menemui Aaron di kantornya. Dan pagi ini jadwal Vania adalah ke sebuah bank dimana Vania menyimpan uang milik Dendi yang pernah dia pinjam dahulu. Vania sengaja menyimpan di Bank, berharap nantinya akan mengembalikan dengan utuh seperti pertama kali Dendi memberikan padanya, dengan menjual rumahnya, namun apa hendak di kata, banyak kejadian hingga membuatnya tak sempat berfokus pada penjualan rumah, dan kini terpaksa mengembalikan uang tersebut menggunakan uang milik Verrel suami. Sejak awal dirinya tak ingin membebani Verrel, tapi ses