"Suaminya sudah lama tidak peduli pada Rosaline. Lelaki itu sangat menginginkan anak laki-laki. Dia sudah menikah lagi secara diam-diam. Rosaline tahu tapi memilih untuk diam dan menerima. Entah terbuat dari apa hatinya." Perempuan itu menyeka air matanya."Sungguh luar biasa hati Kak Rosaline.""Bukan lagi. Dia tidak pernah menyusahkan walaupun dia sendiri sebenarnya membutuhkan bantuan. Menjadi anak sulung tentu tanggung jawab di pundaknya tidaklah ringan. Dia yatim piatu sejak belasan tahun lalu. Riko dan Simon adik-adik yang dia besarkan dengan kedua tangannya sendiri. Mereka menjadi anak-anak yang berhasil. Usaha kuliner peninggalan orang tua mereka bisa dikelola dengan baik oleh Rosaline." Wanita itu menjelaskan panjang lebar."Maaf, Ibu sendiri siapanya Kak Rosaline?" tanya Angela menutup resleting tasnya. "Saya tantenya Rosaline. Kami tiga bersaudara. Dua telah berpulang, tinggal saya yang masih ada. Panggil saja saya Tante Mar.""Saya Angela, Tante." "Kerjamu bagus Angela.
"Kalau perempuan itu sepertimu, aku akan belajar menerima perjodohan ini. Tapi dia sangat berbeda. Belum apa-apa dia sudah berani menyuruhku begini begitu. Dan parahnya lagi, tiap hari dia menemuiku."Angela tertawa. "Cinta mati dia samamu. Terima sajalah. Kata orang lebih baik dicintai daripada mencintai setengah mati. Kalau sudah terbiasa, siapa tahu tumbuh juga cinta di hatimu, Wang.""Tidak semudah itu, An. Rasanya aku tidak akan pernah cinta padanya.""Coba kau bawa dia ke sini. Ngobrol denganku, siapa tahu pikirannya bisa terbuka.""Aku ke sini saja diam-diam. Untung saja aku bisa membuat kabut penutup di batas portal duniamu dan bunian. Kalau tidak dia bisa ke sini dan kau diajaknya berkelahi. Sebentar lagi kabut itu akan menghilang dan aku harus cepat kembali.""Genting banget sepertinya urusanmu ini, Wang.""Menjadi anak raja bunian memang tidak mudah. Aku ke sini hanya untuk memastikan kau baik-baik saja. Cepat habiskan makanmu. Sebentar lagi Pak Topan menelpon.""Jadi kau i
Angela kembali melihat ke arah Joana. Ia mengerutkan dahi. Pertanyaan Joana terlalu berani."Jo …." Angela mendelik. "Iya, iya, sorry ….""Tidak apa, aku memang sudah pernah tidur dengannya. Sesuatu yang sangat kusesali sekarang. Aku memang bodoh." Aileen menunduk lesu. "Apa kubilang, tidak mungkin kau mati tanpa ada apa-apa dengan Steve.""Kau juga tidak lebih baik dari Aileen. Kita semua pernah melakukan kesalahan, kadang semesta memberikan waktu untuk kita menyadarinya sebelum mati tapi tidak jarang waktunya datang justru setelah kita mati. Dan semuanya menjadi terlambat.""Iya, An. Maaf Aileen kalau ucapanku kurang pantas."Aileen hanya mengangguk."Jadi, sekarang sudah clear, ya. Steve Menda adalah pacar kalian berdua, dan kalian mati karena istrinya. Terima kasih banyak Aileen. Apa masih ada yang ingin kau sampaikan?" tanya Angela menyudahi sapuan kuasnya. Aileen menggeleng. Namun, wajahnya berubah sendu. Mungkin masih ada sesuatu yang mengganggu pikirannya tetapi enggan ia m
Tawa Angela rasanya mau meledak. Melihat drama kerajaan di depan matanya. Betapa Gumawang harus menahan sikap dan perasaannya di depan calon istrinya. Salah sedikit saja si Tuan Putri akan mengadu pada ayahnya. Bisa panjang urusannya."Baguslah kalau begitu. Kau sudah mengerti posisimu. Gumawang sudah terikat denganku. Kau tidak bisa menginginkannya hadir di tiap waktu saat kau butuh dia.""Jangan khawatir. Aku sudah biasa melakukan apa pun sendiri. Selama ini aku juga bukan aku yang meminta-minta agar Gumawang selalu ada. Tapi perlu Anda tahu Tuan Putri, Gumawang sudah memberiku selembar daun yang kutahu itu semacam tanda perjanjian yang tidak bisa dibatalkan," kata Angela sengaja menyinggung tentang daun yang pernah diberikan Gumawang. Ia ingin tahu seperti apa reaksi Dahlia. Olla pernah mengatakan siapa pun orang bunian yang memberikan daun kering bergerigi pada manusia artinya ia telah menyerahkan hidupnya untuk menjaga dan mengabdi pada manusia tersebut. "Daun Bhanurasmi?" Dahl
"Kecenderungan itu memang iya, tapi tidak untuk sebagian laki-laki. Kau itu berhati lembut, mandiri, tidak suka merepotkan orang lain, dan kuat. Dalam artian, pada situasi apa pun mampu mengafirmasi diri untuk tetap bertahan.""Kalau masalah bertahan itu bukan lebih ke afirmasi, tapi lebih ke terpaksa karena gak punya pilihan, Kim," Angela tertawa. "Orang-orang yang punya privilege pasti jarang mengalami masa tidak punya pilihan seperti aku ini."Kim sekarang yang tertawa. "Menyindirku?" Angela hanya tersenyum lebar. Ia mengangsurkan satu cangkir teh hijau ke depan kursi di seberang meja. Pria itu pun menarik kursi tersebut lalu duduk berhadapan dengan Angela. Aroma teh hijau merambat memenuhi ruangan. "Mau sarapan apa, An?""Kim maunya apa?'"Bagaimana kalau mi instan saja."Mata Angela membulat. "Jauh-jauh ke sini cuma sarapan mi instan? Apa tidak ada pilihan lain?" "Aku ingin kamu yang memasaknya, An. Masakan chef hotel tidak seistimewa chef pribadi." Antoni mengerling manja pad
"Dia mendapat nomor saya dari teman lama kami. Dia sempat menikah dua kali dan semua berakhir dengan perceraian. Ternyata selama ini dia terus mencari tahu tentang keberadaan saya.""Pasti di dalam hatinya ada ruang yang hanya terisi oleh cintanya pada Bapak. Tidak bisa tergantikan.""Saya pun tidak pernah bisa melupakan Irah. Karena itulah saya memilih bekerja tanpa henti agar tidak terkenang akan dirinya.""Mulai sekarang Bapak harus memikirkan diri sendiri. Memikirkan kebahagiaan Bapak. Mumpung masih ada waktu, ajak Bu Sumirah menikah. Jangan sampai menyesal kedua kali.""Saya belum memikirkan hal itu, Nona.""Mulai detik ini, sudah bisa Bapak pikirkan. Jangan mencemaskan Tuan Antoni, ada saya yang akan menjaganya."Pak Kardiman menghela napas. Tatapannya menerawang ke arah langit-langit kamar. Sepertinya masih banyak keraguan di dalam dirinya. Butuh lebih banyak waktu untuk memikirkan keputusan yang tepat. Pemasangan stent jantung Pak Kardiman telah dilakukan. Namun, dibutuhkan w
Angela lekas membereskan peralatan make-upnya. Ia tidak ingin berada di ruangan ini lebih lama. Setelah selesai dan Tenny sudah melihat hasilnya, Angela tidak menceritakan apa yang dialaminya pada putri sang jenazah. Ia tidak yakin putrinya tersebut akan percaya. Ia memilih bercerita dengan Kayla di parkiran."Pak Syam maksudmu?" tanya Kayla terkejut. "Lelaki itu tidak menyebutkan nama. Yang bisa aku pastikan dia itu suaminya. Apa dia lelaki yang tinggal sendirian waktu aku sering main ke gang ini?""Iya, Pak Syam. Dia suaminya Ibu Sandra. Sudah lebih dari sepuluh tahun lalu meninggal. Kata orang-orang sini dia bunuh diri. Tubuhnya ditemukan sudah membusuk di atas tempat tidurnya. Tapi entahlah, apa benar bunuh diri atau tidak. Dia sangat tertutup semenjak istri dan anaknya pergi.""Dia mengatakan bahwa istrinya telah memfitnah dirinya. Padahal dia tidak pernah melakukan apa pun yang buruk terhadap istri dan anaknya.""Aku memang pernah mendengar dari ibuku, kalau Pak Syam sering me
Angela menyambar tasnya lalu keluar kamar tanpa menutup pintu. Ia akan membalas dengan cara yang anggun dan elegan. Lihat saja."Kim, aku akan datang sedikit terlambat. Baju yang disediakan Windy tidak cocok. Aku pakai bajuku sendiri saja. Kirim mobil untuk menjemputku di salon yang waktu itu. Sekretaris Kim jahat. Tapi tolong Kim berpura-pura saja percaya dengan semua yang dia katakan. Sepertinya dia menyukai, Kim," beber Angela di telepon. "Pantas saja dia tidak mau mengangkat telponmu tadi," kata Antoni tertawa kecil."Kalau Kim suka dengan dia tidak apa juga," goda Angela. "Memangnya boleh?""Boleh. Kalau Kim mau.""Kalau tidak boleh, bilang dong tidak boleh. Masa tidak ada perjuangan sama sekali untuk mempertahankan calon suami," Antoni balik menggoda. "Awas, ya. Nanti aku balas sampe gak bisa napas!" Angela menahan ketawanya. "Aku tunggu pembalasanmu sayangku."Mereka tertawa bersama sebelum sambungan telepon masing-masing diputuskan. Sembari menunggu hujan sedikit reda, An