Share

Fajar vs Arif

last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-22 15:04:54

"Bagaimana nasib Talita, Jar?"

Aku kian khawatir. Menunggu lelaki itu bicara, tapi tak sepatah kata keluar dari mulutnya.

"Talita gak kenapa-kenapa, Rin. Dia baik-baik saja."

"Tapi tadi ...."

"Talita bersama Cantika di rumahnya. Ada yang usil sama kamu. Dia bilang Talita kecelakaan, kan? Padahal putri kamu baik-baik saja."

Perkataan Fajar benar. Kalau dipikir ulang memang ada kejanggalan tentang kejadian tadi. Panik membuat aku tak sadar jika Talita masih berada di sekolah.

Logika kalah dengan kecemasan. Kabar yang kudengar bak nyata. Sehingga kepala tak bisa berpikir dengan benar.

"Kenapa kamu bisa sampai seperti ini, Rin?"

Aku menggeleng, tak bisa berkata apa pun. Kejadian ini terlalu cepat. Sehingga aku tak tahu apa yang terjadi.

"Aku harus pulang, Jar. Kasihan Talita sendirian di rumah."

Aku hendak bergerak tapi sebuah tangan menahan gerakanku. Disusul tatapan tajam dengan gelengan kepala dari lelaki itu. Fajar melarang aku bergerak, apalagi meninggalkan ruangan ini.

"Lalu T
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Talita Mau, Om

    "Benar itu, Rin?, Kalian akan segera menikah?""Iya, Mas. Kami akan segera menikah, secepatnya."Mas Arif mengusap wajah kasar. Tanpa berpamitan ia pergi meninggalkan ruang rawat inapku. Sebongkah batu yang memenuhi dadaku seketika hilang. Bersamaan dengan perginya lelaki bergelar mantan suami. Lega karena dia tak muncul di hadapanku lagi. Denting jam terdengar begitu keras. Seolah mengisi keheningan karena kami memilih saling diam. Sejujurnya aku tidak tahu harus berkata apa, bingung. "Fajar ....""Aku tahu apa yang ada di pikiranmu, Rin. Kamu tak sungguh-sungguh dengan perkataanmu, kan? Kamu lakukan untuk mengusir Arif."Kata-kata itu menampar telak diriku. Menciptakan rasa malu. Andai bisa berlari, ingin kutenggelamkan muka ini ke dasar bumi. "Maafkan aku, Jar."Aku menunduk, meremas jemari, menghilangkan perasaan bersalah. Nyatanya semakin besar aku mencoba menghilangkan, rasa itu kian jauh dalam tertanam. "Kenapa diam sih, Rin? Aku lho gak mempermasalahkan itu."Aku mendonga

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Bab 31

    “Kamu yakin, Jar?”Lelaki di hadapanku menoleh, meletakkan koper kemudian menatapku lekat. Sebuah lengkungan tergambar jelas di wajahnya. Tanpa ragu dia mengatakan iya. Fajar akan melamarku di hadapan kedua orang tuaku.Sejenak aku menghela napas, menghilangkan rasa sesak yang memenuhi rongga dada. Dalam diam hatiku bergejolak. Benarkah apa yang aku lakukan saat ini? Benarkah keputusan untuk menerima lamaran Fajar?“Semua akan baik-baik saja,Rin.” Fajar mengelus pelan pundakku. Dia seolah tahu apa yang tengah kupikirkan saat ini.Semua barang sudah kami masukkan ke mobil. Talita pun sudah anteng duduk di jok belakang. Kami siap berangkat ke Boyolali, kota kelahiranku.Perjalanan menuju kota kelahiran membutuhkan waktu sekitar tujuh sampai delapan jam. Perjalanan panjang untuk kami dalam kecanggungan. Jujur saja ... hatiku belum sepenuhnya terbuka untuk Fajar. Masih ada luka masa lalu yang membekas. Entah kapan sakit itu akan hilang sepenuhnya.Belum setengah perjalanan kami berhenti d

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25
  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Lamaran Arif

    "Bapak bicara dengan siapa?" "Bukan dengan siapa-siapa." Bapak pun mematikan sambungan teleponnya. "Sudah beli baksonya? Enak, to?"Aku mengangguk. Tidak lama bapak pergi menjauh. Meninggalkan tanda tanya yang kucoba tutupi. Lebih tepatnya menepis prasangka yang ada. Dering ponsel membangunkan diriku dari lelapnya tidur siang. Sudut bibir tertarik ke atas kala melihat gambar Talita di layar ponsel. "Kamu baik-baik saja, Rin?" tanya Fajar dari sambungan telepon. Entah kenapa kali ini ada bunga yang bermekaran. Padahal lelaki itu hanya menanyakan kabar. Apa sudah ada rasa untuknya? "Baik, Jar. Maaf, aku belum menjelaskan kepada orang tuaku. Aku masih menunggu waktu yang tepat. Setidaknya hingga marahnya mereda.""Aku menanyakan kabarmu, bukan masalah itu."Kami mulai mengobrol, tak hanya masalah pernikahan ... hal kocak lainnya menjadi topik pembicaraan. Bersama dia aku seperti memilki sahabat. Bukan sekedar calon suami. Benar kata orang, menikah itu sepenuhnya mengobrol. Bukan ha

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27
  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   ENDING

    "Sa--Sasa...," panggilnya terbata. Mas Arif gelagapan, wajahnya seketika menegang. Ada gurat ketakutan di sana. Entah ke mana tampang penuh percaya diri itu? Sasa mendekat, tanpa diminta dia duduk tepat di samping Mas Arif. Kedatangan Sasa membuat bapak dan ibu kebingungan. Sementara Talita meremas pakaianku dengan kencang. “Ini siapa, Nak Arif?”Bapak menatap tanda tanya pada perempuan yang duduk di samping mantan suamiku. Aku diam, memberi ruang dua orang itu untuk bicara. Saatnya menyaksikan pertunjukan.“Jelaskan, Nak Arif.” Ibu ikut menanyakan hal yang sama. Mereka sangat penasaran.“I-Ini ....”“Saya Sasa, istri Mas Arif. Lebih tepatnya istri di bawah tangan.”Spontan kedua mata mereka melotot. Wajah bapak pun menegang dengan mata menatap tajam dua insan di hadapan kami. Kaget kan, pak? Ya, seperti itu sikap menantu kesayangan kalian.“Istri Arif?”“Iya, Tante. Saya istri baru Arif. Kemarin dia bilang akan melakukan pemotretan, tapi malah datang kemari untuk melamar Karina.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-28
  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Ekstra Part

    Pov Arif"Kenapa kamu bohongi aku, Rif? Katanya motret ... gak taunya mau kawin lagi. Apa aku kurang?"Aku diam, tak lagi menjawab ucapan Sasa. Pikiranku justru melayang, membayangkan wajah Karina.Bodoh, satu kata yang pantas menggambarkan diriku. Melepas berlian hanya untuk perak semata. Ingin kembali tapi nyatanya tak bisa. "Diem terus! Diem terus! Ngomong, Rif!" hardik Sasa. "Maaf, Sa ... maaf."Dari ribuan kata, hanya itu yang terlintas di kepala. Maaf ... maaf karena aku membuka pintu hingga kisah lama kembali berseru. Berharap rangakaiannya akan indah dan sempurna, tapi nyatanya berbeda. Sasa mendengus kesal, memiih diam sepanjang perjalanan Boyolali sampai Jakarta. Aku sendiri tenggelam dalam bayangan penyesalan yang tak bertepi. Sasa duduk di samping Cintya, tepat berhadapan denganku. Beruntung anak itu terlelap saat perdebatan terjadi di antara kami. Kini aku memilih memejamkan mata, menikmati jalannya kereta hingga sampai kota tujuan. ***"Aku berangkat dulu, Rin!" uca

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-30
  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Anak siapa itu?

    "Aku mau tema princes, Ma."Talita mengguncangkan tubuhku. Dia merengek meminta tema pesta ulang tahunnya princes seperti dongeng yang sering kali aku bacakan."Beneran mau dirayakin?"Sebuah anggukan dan tatapan penuh harap terlihat jelas di netranya. Aku memutar tubuh hingga berhadapan dengannya. Guling yang menjadi pembatas sudah berpindah tepat. Di ranjang Talita kami membicarakan pesta ulang tahunnya.Bulan depan adalah bulan kelahiran Talita. Tinggal menghitung hari Talita genap berusia tujuh tahun. Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa bayi yang dulu kugendong kini sudah duduk di bangku SD. Aku dan Mas Arif sudah merencanakan akan merayakan ulang tahunnya. Namun belum menemuka tema yang tepat. Beruntung Talita memberikan sebuah masukan sehingga kami tak kebingungan. "Tapi bilang papa dulu, ya.""Mama aja deh."Talita membalikkan badan, mulut yang sedari tadi asyik membicarakan pesta seketika bungkam. Putri kecilku menunduk seraya memainkan ujung baju yang ia kenakan. "K

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Cintya Anakku

    "Papa?"Mas Arif terdiam, keringat sebesar biji jagung memenuhi sekujur tubuhnya. "Siapa dia, Mas? Kenapa anak itu memanggil kamu papa?"Suaraku bergetar, namun sekuat tenaga kutahan bulir bening yang terus memaksa untuk keluar. Aku tak boleh menangis di hadapan Talita dan semua orang, meski tak dapat kupungkiri hatiku hancur. Sangat hancur. "Akan aku jelaskan, tapi tidak sekarang Rin," bisiknya namun masih dapat kudengar dengan jelas. "Dia adik aku, Pa?"Anak perempuan itu mendekat, menggenggam erat tangan suamiku. Kedekatan mereka membuat Talita mundur beberapa langkah. Dia pun bersembunyi di belakang punggungku. Tangannya mencengkeram kuat ujung tunik yang aku kenakan. Dalam kurasakan Talita marah dan kecewa. Bisik-bisik para ibu-ibu tak dapat terelakkan. Bahkan ada teman Talita yang lantang menanyakan siapa anak yang dibawa suamiku. Ya Tuhan ... apa ini? "Em ... acaranya akan saya mulai lagi, ya."Eka kembali mengalihkan perhatian. Dia mencoba mencairkan ketegangan yang melan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Cintya Boleh Ikut, Dek?

    "Cintya anakku!"Kalimat itu terus saja terngiang di telinga. Bahkan seperti kaset yang diputar berulang. Namun bukan bosan yang aku rasakan, melainkan luka yang tak mampu aku jelaskan. Denting jam berbentuk hellokitty terdengar jelas di tengah keheningan malam. Namun jarum jam seolah berjalan lambat. Biar saja malam bejalan lebih lama, toh aku tak mengharapkan pagi segera datang. Aku enggan bertatap muka Mas Arif apalagi anak itu. Aku mengubah posisi, sedikit miring menghadap Talita. Bulir demi bulir jatuh saat melihat wajah polos putri kecilku. Sesak jika mengingat kenyataan ini. "Cintya anakku!""Cukup!"Cukup menghantui diriku. Cukup membuatku tersiksa dengan kenyataan pahit ini. Jangan lagi kamu siksa aku dengan ucapan itu. Aku beranjak, berjalan keluar meninggalkan Talita yang masih terlelap di atas ranjang. Ya, aku memilih tidur dengan Talita. Rasanya tak sudi jika tidur satu kamar bahkan satu ranjang dengan lelaki pembohong.Pintu kamar kubuka perlahan. Gelap, hanya sinar

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16

Bab terbaru

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Ekstra Part

    Pov Arif"Kenapa kamu bohongi aku, Rif? Katanya motret ... gak taunya mau kawin lagi. Apa aku kurang?"Aku diam, tak lagi menjawab ucapan Sasa. Pikiranku justru melayang, membayangkan wajah Karina.Bodoh, satu kata yang pantas menggambarkan diriku. Melepas berlian hanya untuk perak semata. Ingin kembali tapi nyatanya tak bisa. "Diem terus! Diem terus! Ngomong, Rif!" hardik Sasa. "Maaf, Sa ... maaf."Dari ribuan kata, hanya itu yang terlintas di kepala. Maaf ... maaf karena aku membuka pintu hingga kisah lama kembali berseru. Berharap rangakaiannya akan indah dan sempurna, tapi nyatanya berbeda. Sasa mendengus kesal, memiih diam sepanjang perjalanan Boyolali sampai Jakarta. Aku sendiri tenggelam dalam bayangan penyesalan yang tak bertepi. Sasa duduk di samping Cintya, tepat berhadapan denganku. Beruntung anak itu terlelap saat perdebatan terjadi di antara kami. Kini aku memilih memejamkan mata, menikmati jalannya kereta hingga sampai kota tujuan. ***"Aku berangkat dulu, Rin!" uca

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   ENDING

    "Sa--Sasa...," panggilnya terbata. Mas Arif gelagapan, wajahnya seketika menegang. Ada gurat ketakutan di sana. Entah ke mana tampang penuh percaya diri itu? Sasa mendekat, tanpa diminta dia duduk tepat di samping Mas Arif. Kedatangan Sasa membuat bapak dan ibu kebingungan. Sementara Talita meremas pakaianku dengan kencang. “Ini siapa, Nak Arif?”Bapak menatap tanda tanya pada perempuan yang duduk di samping mantan suamiku. Aku diam, memberi ruang dua orang itu untuk bicara. Saatnya menyaksikan pertunjukan.“Jelaskan, Nak Arif.” Ibu ikut menanyakan hal yang sama. Mereka sangat penasaran.“I-Ini ....”“Saya Sasa, istri Mas Arif. Lebih tepatnya istri di bawah tangan.”Spontan kedua mata mereka melotot. Wajah bapak pun menegang dengan mata menatap tajam dua insan di hadapan kami. Kaget kan, pak? Ya, seperti itu sikap menantu kesayangan kalian.“Istri Arif?”“Iya, Tante. Saya istri baru Arif. Kemarin dia bilang akan melakukan pemotretan, tapi malah datang kemari untuk melamar Karina.

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Lamaran Arif

    "Bapak bicara dengan siapa?" "Bukan dengan siapa-siapa." Bapak pun mematikan sambungan teleponnya. "Sudah beli baksonya? Enak, to?"Aku mengangguk. Tidak lama bapak pergi menjauh. Meninggalkan tanda tanya yang kucoba tutupi. Lebih tepatnya menepis prasangka yang ada. Dering ponsel membangunkan diriku dari lelapnya tidur siang. Sudut bibir tertarik ke atas kala melihat gambar Talita di layar ponsel. "Kamu baik-baik saja, Rin?" tanya Fajar dari sambungan telepon. Entah kenapa kali ini ada bunga yang bermekaran. Padahal lelaki itu hanya menanyakan kabar. Apa sudah ada rasa untuknya? "Baik, Jar. Maaf, aku belum menjelaskan kepada orang tuaku. Aku masih menunggu waktu yang tepat. Setidaknya hingga marahnya mereda.""Aku menanyakan kabarmu, bukan masalah itu."Kami mulai mengobrol, tak hanya masalah pernikahan ... hal kocak lainnya menjadi topik pembicaraan. Bersama dia aku seperti memilki sahabat. Bukan sekedar calon suami. Benar kata orang, menikah itu sepenuhnya mengobrol. Bukan ha

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Bab 31

    “Kamu yakin, Jar?”Lelaki di hadapanku menoleh, meletakkan koper kemudian menatapku lekat. Sebuah lengkungan tergambar jelas di wajahnya. Tanpa ragu dia mengatakan iya. Fajar akan melamarku di hadapan kedua orang tuaku.Sejenak aku menghela napas, menghilangkan rasa sesak yang memenuhi rongga dada. Dalam diam hatiku bergejolak. Benarkah apa yang aku lakukan saat ini? Benarkah keputusan untuk menerima lamaran Fajar?“Semua akan baik-baik saja,Rin.” Fajar mengelus pelan pundakku. Dia seolah tahu apa yang tengah kupikirkan saat ini.Semua barang sudah kami masukkan ke mobil. Talita pun sudah anteng duduk di jok belakang. Kami siap berangkat ke Boyolali, kota kelahiranku.Perjalanan menuju kota kelahiran membutuhkan waktu sekitar tujuh sampai delapan jam. Perjalanan panjang untuk kami dalam kecanggungan. Jujur saja ... hatiku belum sepenuhnya terbuka untuk Fajar. Masih ada luka masa lalu yang membekas. Entah kapan sakit itu akan hilang sepenuhnya.Belum setengah perjalanan kami berhenti d

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Talita Mau, Om

    "Benar itu, Rin?, Kalian akan segera menikah?""Iya, Mas. Kami akan segera menikah, secepatnya."Mas Arif mengusap wajah kasar. Tanpa berpamitan ia pergi meninggalkan ruang rawat inapku. Sebongkah batu yang memenuhi dadaku seketika hilang. Bersamaan dengan perginya lelaki bergelar mantan suami. Lega karena dia tak muncul di hadapanku lagi. Denting jam terdengar begitu keras. Seolah mengisi keheningan karena kami memilih saling diam. Sejujurnya aku tidak tahu harus berkata apa, bingung. "Fajar ....""Aku tahu apa yang ada di pikiranmu, Rin. Kamu tak sungguh-sungguh dengan perkataanmu, kan? Kamu lakukan untuk mengusir Arif."Kata-kata itu menampar telak diriku. Menciptakan rasa malu. Andai bisa berlari, ingin kutenggelamkan muka ini ke dasar bumi. "Maafkan aku, Jar."Aku menunduk, meremas jemari, menghilangkan perasaan bersalah. Nyatanya semakin besar aku mencoba menghilangkan, rasa itu kian jauh dalam tertanam. "Kenapa diam sih, Rin? Aku lho gak mempermasalahkan itu."Aku mendonga

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Fajar vs Arif

    "Bagaimana nasib Talita, Jar?"Aku kian khawatir. Menunggu lelaki itu bicara, tapi tak sepatah kata keluar dari mulutnya. "Talita gak kenapa-kenapa, Rin. Dia baik-baik saja.""Tapi tadi ....""Talita bersama Cantika di rumahnya. Ada yang usil sama kamu. Dia bilang Talita kecelakaan, kan? Padahal putri kamu baik-baik saja."Perkataan Fajar benar. Kalau dipikir ulang memang ada kejanggalan tentang kejadian tadi. Panik membuat aku tak sadar jika Talita masih berada di sekolah. Logika kalah dengan kecemasan. Kabar yang kudengar bak nyata. Sehingga kepala tak bisa berpikir dengan benar. "Kenapa kamu bisa sampai seperti ini, Rin?"Aku menggeleng, tak bisa berkata apa pun. Kejadian ini terlalu cepat. Sehingga aku tak tahu apa yang terjadi. "Aku harus pulang, Jar. Kasihan Talita sendirian di rumah."Aku hendak bergerak tapi sebuah tangan menahan gerakanku. Disusul tatapan tajam dengan gelengan kepala dari lelaki itu. Fajar melarang aku bergerak, apalagi meninggalkan ruangan ini. "Lalu T

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Kecelakaan

    "Memang Talita mau jadi anak Om?"Mata membola, mulut terbuka lebar, nyaris es krim salah masuk jalur. Apa lagi yang Fajar inginkan? Haruskah secepat ini, saat luka dalam dada masih menganga. Meminta Talita memanggil papa di saat keadaan seperti ini bukan hal yang bagus. Fajar seolah memaksakan kehendaknya sendiri. Apa semua lelaki seperti itu? "Talita masih punya papa, Om."Talita membisu, wajah yang berseri kini menjadi sendu. Ya, sejak kejadian itu dia selalu sedih tiap kali mendengar atau mengingat papanya. Sebesar itukah luka hatinya? "Buat Talita besok minggu Om ajarkan deh!""Asyik!" Talita memeluk Fajar. Senyum itu kembali tercipta. Aku trauma. Menatap Fajar dan Talita kembali menggoreskan 3. Aku takut dia sama dengan Mas Arif, hanya pura-pura cinta. Nyatanya ada hati lain yang dijaga. Lagi-lagi aku kebingungan. Mulut seketika membisu, seolah ada lem yang menempel hingga di setiap sudut. Apa yang harus kujawab ketika Fajar kembali mengungkapkan rasa. Sedang hati meronta k

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Talita mau jadi anak, Om?

    Malam kian larut, tapi rasa kantuk tak jua datang. Bayangan Mas Arif datang membawa paksa Talita kian menari dalam angan. Aku takut, ucapannya akan menjadi nyata. Bagaimana jika ia benar-benar mengambil Talita dariku? Denting jam memecah keheningan malam. Memaksa tubuhku terbangun lalu melangkah menuju kamar mandi. Berwudhu, melaksanakan ibadah sunah di sepertiga malam terakhir. Sesak dalam dada tumpah, menangis seorang diri di sepinya malam. Mengadu pada Illahi Robbi, karena hanya Dia tempat untukku berbagi. Hingga aku lelah dan terlelap di atas sajadah. ***"Boleh mama tanya sesuatu, Ta?"Talita mengangguk, kemudian meletakkan gelas yang sudah kosong di atas meja. Dia diam, menatap lekat netra ini. Talita menunggu kata yang terucap dari mulutku, tapi justru sesak kembali memenuhi rongga dada. "Tanya apa sih, Ma? Kenapa jadi diam? Keburu berangkat sekolah ini.""Apa Talita ingin tinggal bersama papa?""Memang boleh, Ma?"Aku mengangguk meski terasa begitu berat. Sadar, Talita jug

  • ANAK YANG DIBAWA SUAMIKU   Hak Asuh Talita

    "Iya ini, Ma. Mbak Karina yang dicintai Bang Fajar."Aku menelan ludah dengan susah payah, seolah ada batu besar yang menghalangi setetes air masuk. Terpaku, mendadak mulut ini kelu. Apa yang harus kujelaskan? Heran, kenapa calon istri Fajar mengetahui segalanya. Bahkan dengan santai mengatakan hal tersebut. Pasangan macam apa mereka ini? "Maaf, Mbak Salwa. Saya dan Fajar tidak memiliki hubungan apa pun. Itu sudah menjadi bagian masa lalu kami. Saya tidak mungkin menjadi perusak hubungan Mbak Salwa dan Fajar. Tolong jangan salah paham."Seketika Mbak Salwa dan ibunya tertawa terbahak-bahak. Apa yang lucu dari ucapanku? Perkataanku benar ... aku dan Fajar tidak memiliki hubungan apa pun. Lalu apa yang mereka tertawakan? "Ya Allah, Mbak. Bang Fajar itu kakak kandungku. Dia bukan calon suamiku. Jadi Mbak Karina menghindari Bang Fajar karena ini?""Kakak kandung? Lalu kenapa dia yang mengantarkan kamu mengurus pernikahan, Mbak? Bukankah harusnya pasangan, Mbak?""Calon suami saya bera

DMCA.com Protection Status