Share

Melawan Nenek Warsih

“Airnya beneran gosong?” Mendengar suara di belakang, aku langsung berbalik badan. Kenapa Pak Abi malah mengekoriku ke mari?

“Mana ada air gosong.” Aku menjawab sambil terkekeh.

“Lalu?” tanyanya dengan wajah serius.

“Airnya habis, kelamaan dimasak. Jadi pancinya yang gosong.”

“Kok kamu bisa lupa begitu?” Dia berjalan mendekat, debaran di hati kembali hinggap.

“Maaf, ya?” katanya tiba-tiba.

“Kenapa Bapak meminta maaf terus?”

“Ya karena gara-gara mengobrol denganku, kamu jadi lupa sedang memasak air. Tapi kenapa Bapak enggak matiin saja kompornya, ya? Kenapa beliau malah ke kamar dan memergoki kita sedang−“ Kalimatnya terjeda, aku hanya terdiam sambil menatap, menunggunya melanjutkan perkataan.

“Ah, lupakan. Aku mau buat teh manis.” Dia mendekat ke dekat meja dapur, matanya nampak mencari sesuatu. Kini tangannya menjulur meraih stoples berisi gula.

“Biar saya saja.” Aku mengambil hendak mengambil alih stoples di tangannya, tapi dia malah menahan lenganku, refleks mata ini menatapnya.

Se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status