Aku beruntung sekali menikah dengan Mas Syarif. Selain tampan, Mas Syarif juga mapan. Keluarganya juga menerimaku dengan baik, tak ada lah mertua julid ipar julid, akupun betah tinggal di sini.
Dia meminta izin padaku untuk mengonytak, karna akhir-akhir ini dia selalu pulang larut malam, jarak dari sini ke kantornya lumayan jauh memang, dulu aku juga sering menyuruhnya untuk ngontrak saja, tapi dia bilang selalu kangen padaku.Pada akhirnya dia sendiri yang meminta ngontrak, dan memilih pulang seminggu sekali. Mas Syarif tak mau membawaku karna dia yakin aku akan bosan, lebih baik disini menemani ibunya, dan itu memang benar aku pasti akan bosan terlebih kami belum punya anak.Mas Syarif sangat royal padaku setelah ia ngontrak, dia selalu memberikan aku perhiasan yang bagus sekali dan harganya pasti mahal ah, dia tahu bagaimana menyenangkan istri.Tak hanya perhiasan, dia juga membelikanku tas. Tas yang bermerk padahal ku fikir untuk apa, toh keseharianku di rumah saja dan herannya barang tersebut seperti bekas pakai.Sampai suatu hari dia memberikanku sepatu berhak tinggi."Mas, kamu kan tahu aku gak suka yang kaya gini. Aku gak bisa makenya, gimana kalau aku jatuh, Mas? kamu kenapa sih akhir-akhir ini sering berikan aku tas, perhiasan sekarang sepatu hak tinggi ini. Aku gak butuh itu. Lagi pula sehari-hari aku kan di rumah."Heran saja, kenapa dia memberikanku barang begituan coba, padahal aku gak butuh itu dan harganya pasti mahal, lebih baik aku di kasih uangnya lalu ku tabung."Eumh, yang. Itu buat kamu ke ondangan. Kamu harus belajar memakai sepatu hak tinggi itu biar lebih elegant, bisa menghargai suami lah." Jawabnya gelagapan"Emang selama ini aku belum menghargai suamiku?" jujur saja aku sedikit menaikan nada bicaraku."Emh Ria sayang begini. Aku kan kerja kantoran, kamu juga kan sering ku ajak keondangan mereka, mereka memakai baju mewah, tas mahal sepatu kayak gini.""Tapi ada juga kok yang berpakaian sederhana sepertiku hanya memakai gamis dan sepatu mereka gak berhak tinggi kaya gini.""Harga gamis nya kan mahal banget yang, mahal banget jadi walau mereka tak menggunakan tas dan sepatu branded gami nya kan mahal.""Gitu yah, maafin aku yah aku gak bisa ngehargain kamu, pasti kamu malu yah keondangan bawa aku pasti kamu kapok yah." Aku merasa bersalah, mungkin dia ingin aku seperti istri teman-temannya yang hedon.Aku memang pernah di ajaknya beberapa kali ke undangan di gedung. Ada yang hedon ada yang hanya memakai gamis sepertiku, ternyata gamis yang mereka pake mahal, pantas mereka tak memakai tas bermerk.Harusnya aku bisa menghargai suamiku, dia kan kerja kantoran, pasti dia ingin aku seperti istri temannya, aku tak bersyukur harusnya aku senang, jadi merasa bersalah."Mas maafin aku yah, Padahal niat kamu baik.""Gak apa-apa sayang, Mas malah beruntung punya istri sepertimu." Mas Syarif mengusap-usap kepalaku."Tapi ini kaya nya bekas pake semua yah, soalnya ada lecet-lecetnya sedikit, hehe.""Mmh, ia itu anu istri temen Mas hobinya koleksi-koleksi gituan, jadi Mas beli karna yang bekas pake harganya lebih terjangkau, yang penting gak kw kan sayang. Maafin Mas yah sayang cuma bisa ngasih barang bekas.""Gak apa-apa kok sebenarnya aku gak butuh ini, tapi kamu hanya ingin menyenangkan istrimu, aku senang kok Mas, kamu mau ngehargain aku." Niat nya baik, pasti dia tak mau aku di pandang rendah ooleh siapapun, Mas Syarif baik sekali sih kamu Mas.Sebulan kemudian aku dibuat terkejut, dia memberikanku iph*ne 12 harganya pasti mahal sekali, dia bilang itu kejutan aniversary pernikahan kita.Walaupun itu barang bekas pasti harganya mahal, suamiku memang pandai membahagiakan istri.Aku menggunakan iph*ne baruku untuk mencari uang, awalnya aku iseng-iseng coba tik-t*k affiliate dan sh*pee affiliate. Memang awal-awal berat sekali paling dalam sebulan cuma seribu perak.Tapi setelah aku konsisten menekuni bidang tersebut, akhirnya aku punya penghasilan sendiri Mas Syarif sendiri gak tahu ini, biarlah anggap saja ini sebagai tabungan atau dana darurat jika hal buruk terjadi padaku suatu saat nanti.Saat ibu mertuaku jualan gorengan atau ngarit rumput aku selalu mempergunakan waktuku untuk live jualan, dan hasilnya tiga kali lipat dari yang di berikan Mas Syarif.Aku tak mau memberitahunya, aku akan memberitahunya nanti saat waktunya, kurasa saat ini waktunya belum tepat. Biar jadi kejutan untuknya kalau istrinya punya tabungan banyak sama sepertinya yang selalu membuatku terkejut.***Hari ini lengkap sudah kebahagiaanku karna aku akhirnya mempunyai seorang putra yang sangat tampan. Walaupun bukan lahir dari rahimku entah mengapa aku mencintai anak ini.Ketiga kakak suamiku yang merantau datang pada kami dengan membawa hadiah, mashaa allah walaupun Ammar hanya anak pungut tapi di terima dengan baik."Siapa ini teh namanya Bibi Ria?" Tanya Teh Fitri Kakak pertama Mas Syarif."Namanya panggilannya Ammar, Nama panjangnya Syahil Ammar abidzar," jawabku."Meuni ganteng nya anak teh, tega yah ibunya buang anak nya." Kata teh Sarah kakak kedua suamiku."Katanya ibunya lagi kuliah yah, kuliah kok bandel yah nyampe punya anak padahal anaknya ganteng gini," Kata teh Ratna"Iya yah, padahal kasian. Si Rianti aja belum punya anak pengen punya anak dia malah buang anak, tapi anak ini berada di tangan yang tepat Rianti dan Syarif pasti jadi orangtua yang baik untuk anak ini," kata teh Fitri."Iya, ibu juga pasti sayang kayak cucu sendiri apalagi ini laki-laki secara ibu kan belum punya cucu laki-laki, Si Syarif juga anak laki-laki satu-satunya ibu anak emaskan," kata teh Mirna dia tinggal bersebelahan dengan kami."Ah, dari dulu ibu mah gak beda-bedain anak-anak ibu kok, semua sama. Cucu-cucu ibu juga gak bakal ibu beda-bedain semuanya sayang."Ibu pun kemudian masak, masakan liwet ibu mertua rasanya enak nampol, kami makan di daun pisang yang besar.Lauknya terdiri dari ikan asin, sambel, lalab daun singkong, tahu tempe, dan krupuk. Itulah tradisi keluarga ini, kalo berkumpul pasti masak nasi liwet.Kemudin kami berfoto untuk di pamerkan ke media sosial kami masing-masing. Banyak mereka yang mengomentari kalau keluarga ini selalu kompak walau sudah punya keluarga sendiri.Mereka juga memuji ketiga kakak perempuan Mas Syarif, walaupun merantau tapi selalu menyempatkan mengunjungi orangtua, biasanya pada umumnya orang lain berkumpul hanya saat lebaran saja.Keluarga ini memang berbeda, mereka akan berkunjung selama tiga bulan atau empat bulan sekali. Mereka sudah mempunyai anak dua dan anak mereka kebetulan semuanya perempuan.[Selamat datang di keluarga baru] Teh Fitri mengunggah Foto Ammar dan saat kami bersama tak lupa aku dan yang lain di tandai dalam postingan itu.[Wah, itu bayi siapa teh?] komentar nama akun Mama dilan, itu Tika tetangga kami[Syarif beb] balas teh Fitri[Tapi kok gak tau yah hamilnya?][Itu anak pungut ceu] komen Teh Mirna, Ammar memang anak pungut, kok aku sakit hati yah dia di panggil anak pungut, kenapa gak nyebut anak angkat aja sih Teh Mirna.[Istrinya kayaknya mandul yah, atuh dari pada mungut anak mah Syarif mending poligami aja dia kan mampu, eh đź¤] Tak ada yang berani membalas komentar nya,[Mbak punya masalah apa yah sama saya?] aku mengomentari komentarnya.[Ikh, kok baper aku bercanda lho] balasnya. Ah, malas rasanya berdebat dengannya."Si Tika itu dulu naksir sama Si Syarif, tapi Si Syarifnya gak demen sama Si Tika, gausah baper yah Ria Tika juga udah punya suami." Ucap Teh Mirna, entah aku yang emag baper apa dia yang tak bisa menjaga perasaanku sih?"Ohhh..." hanya itu yang ku jawab."Kok kalau di lihat-lihat Si Ammar mirip sama Syarif yah. Liat deh, Teh Fitri, Teh Sarah," katanya lagi."Mungkin Ammar sama Syarif udah punya ikatan batin, walau bukan ayah kandung." Teh Fitri menyanggah."Siapa tau aja emang bener anak Si Syarif." Ucapan Teh Mirna kali ini membuat aku tak bisa sabar lagi."Mbak, kenapa sih? gak suka sama aku ngomong dari tadi kok aku perhatikan, Mbak kok gitu. Salah aku punya salah apa sih sama Mbak Mirna?" Aku akhinya memberanikan diri mengeluarkan unek-unekku, di depan semua kakak iparku."Ikh, kok kamu baper sih Ri. Dari tadi kita kan bercanda kamu suudzon terus sama aku, jangan-jangan kamu punya penyakit hati lagi, marah-marah gak jelas." Cemoohnya, membuat darahku naik. Ingin sekali ku menjambak bibir nya."Sudah-sudah, kamu Mir ngalah dikit kenapa kalau ibu tau kalian ribut pasti ibu sedih, sudah lah masalah kecil kok di besar-besarkan kaya anak kecil kalian." Kata teh Fitri berusaha menjadi penengah untuk kami."Terus aja belain, terus belain Si Rianti. Aneh yah saudara kok lebih mihak orang lain, ck""Bukan gitu, Mir!""Halahh" Teh Mirna pun meninggalkan kami semua."Dia kenapa sih? kok aneh" tanya Teh sarah"Lagi mens kali, udah jangan di dengerin omongan dia mah, Mirna mah emang gitu. Sama Syarif juga dari kecil gak akur." Ujar Teh Fitri"Tapi kemarin-kemarin gak gitu kok Teh, kami baik-baik aja kenapa sekarang mendadak jadi gitu Rianti jadi heran, Rianti kira-kira punya salah apa yah sama Teh Mirna.""Udah lah gak usah di fikirin nanti juga ngebaikin sendiri, dia mah gitu bilang baperan sama orang lain, padahal dia sendiri yang baperan." Teh Sarah terus membujuku.Tapi tetap saja aku kefikiran, kenapa tiba-tiba Teh Mirna begitu padahal sebelum-sebelumnya dia tak begitu.Hari menginjak sore ke tiga kakak iparku memutuskan untuk pulang, padahal ku kira mereka akan menginap. Mereka berpamitan dan menyelipkan amplop untuk anakku katanya sebagai hadih. Aku jadi malu, alhamdulillah Ammar di kelilingi orang-orang baik."Nanti aja atuh Teh, kan belum ketemu sama Mas Syarif." Cegahku"Udah sore bibi Ria, gak apalah nanti juga ketemu lagi," jawab Teh Fitri."Makasih yah semuanya, maaf merepotkan kallian sekali, Ammar pasti senang punya uwa yang pada baik hati, terima kasih yah Teteh-teteh sudah menerima Ammar dengan baik walaupun Ammar bukan darah dagingku dan Mas Syarif.""Kita kan keluarga, mau darah dagingmu atau bukan keluar dari rahimmu atau bukan, saat kalian memasukan Ammar jadi anggota keluarga kita semua jadi keluarga Ria," ah, Teh Fitri memang bijak aku suka sekali sama kakak Mas Syarif yang satu ini.Mereka akhirnya pergi meninggalkan pekarangan rumah, akhirnya rumah ini sepi kembali. Kulihat wajah ibu mertuaku sepertinya enggan mereka pergi mencega
Syarif dan Rianti bergegas ke dapur untuk menemui sumber suara. Ternyata itu bukan Bu Aas tapi Mirna."Apa gak salah denger, Si Rianti hamil?" ucap Mirna juga tak percaya."Iya, gak salah dengar aku tak mandul teh. Perasaanku sih mengatakan kalau bayi yang di kandungku berjenis kelamin laki-laki. Uh, ibu pasti senang, anak ini pasti jadi cucu kesayangan ibu." Rianti sengaja memanas-manasi kakak iparnya karna ingin membalas perlakuannya."Idih, kasian yah bunting nunggu ngadopsi anak dulu. Kasian deh nanti pasti anak pungutnya di buang lagi tuh." Ucap Mirna tak mau kalah."Udah-udah kaya anak kecil aja ribut. Maneh juga Mir, kenapa sih dari dulu syirik aja sama kehidupanku. Dan ingat, kami akan membesarkan Ammar bagaimanapun Ammar sudah menjadi anak kami." Tentu saja Syarif membela istrinya, dari dulu Syarif dan Mirna memang jarang akur."Maneh nu pilih kasih, ka anak si Teh Fitri jeng Teh Sarah maneh mere 5 juta, sementara ka anak aing maneh kur mere sajuta, padahal da sarua anak ain
"Bu, bangun bu." Aku menggoyang-goyangkan tubuh ibu mertuaku, menyesal sekali sudah berucap kasar padanya. Mungkin ibu shok baru kali ini di bentak menantu, pasti dia sakit hari."Ria, Ria ibu kenapa Ri?" Tanya Mas Syarif yang datang tiba-tiba dia langsung memangku ibu ke kursi. Kemudian ia menempelkan minyak kayu putih di hidung ibu. Perlahan ibu membuka matanya. Ibu menangis memukul-mukul Mas Syarif."Anak sialan. Anak sialan. Aku sekolahkan, aku ngajikan aku didik kamu agar tak menjadi pezina, tapi kau malah zina. Anak sialan, huhu..." Ibu menangis histeris"Maafkan Syarif, Bu." Mas Syarif menangis di kaki ibunya"Minta maaflah pada istrimu karna dia yang paling terluka." Ibu memalingkan wajahnya dari Mas Syarif, kemudian Mas Syarif menatapku, buru-buru aku lari dan mengunci diri di kamar. Menyender di belakang pintu lalu berjongkok perlahan, mata ini tak henti-hentinya menangis.Sementara di luar, Mas Syarif terus menggedor-gedor pintu dan terus memanggil-manggil namaku. Tega, ka
Rianti sangat kaget saat tangannya di pegang oleh kakak iparnya. "Kamu menjatuhkan kuncimu, nih" Didin memberikan kunci itu pada Rianti. Rianti langsung merebut kuncinya dari tangan Didin."Makasih bang." Ia berlari ke kamarnya. Entah mengapa dia takut sekali pada suami iparnya itu. Takut di lecehkan, mungkin karna sekarang dia banyak baca novel drama rumah tangga jadi sedikit berhati-hati.'Aku akan berusaha mendekati Rianti, menawarkan diri sebagai kakak angkat dan sebagai tempat curhat, lalu membuat nyaman Rianti berada bersamaku, bila perlu ku ajak selingkuh balik buat balesin dendam ke Syarif. Sepertinya harus ganti istri apalagi kalo istrinya Rianti bakal bahagia seumur hidup kayaknya.' Batin Didin.Rianti sudah tau akal bulus kakak iparnya, membaca novel rumah tangga ternyata cukup membuatnya parno, apalagi sampai ada cerita mertua memperk*sa menantu, adik ipar di perk*sa kakak ipar. Sebenarnya tadi ia takut terjadi hal buruk padanya.'Sepertinya aku harus berpura-pura berbai
"Mas, kalau kita sampai tua gak punya anak bagaimana?" "Ya, gak apa-apa. Sekarang zamannya freechild, gak ada salahnya kan kalau kita freechid mengikuti zaman sekarang, gak usah terbebani oleh apapun Ria, aku cinta kamu apa adanya kok." Syarif pun memeluk erat sang istri.Rianti dan Syarif adalah sepasang suami istri yang cukup harmonis. Usia pernikahan mereka sudah menginjak empat tahun, tapi mereka belum mempunyai anak.Walaupun belum mempunyai anak, Rianti cukup bahagia, mempunyai suami yang mapan dan tampan, mempunyai mertua dan ipar yang tak julid, itu adalah sebuah rezeki baginya.Sebenarnya, Rianti ingin sekali mempunyai seorang anak, tapi kalau tuhan belum berkehendak dia bisa apa. Tanpa sepengetahuan suaminya dia sudah ke dokter kandungan dan hasilnya rahimnya baik-baik saja.Kemudian Rianti mengajak Syarif untuk tes kesuburan, Syarif pun bersedia dan hasilnya mereka tak memiliki masalah apapun di organ reproduksi mereka."Kamu gak mandul, aku juga. Kamu hanya perlu bersabar
"Kamu tahu dari mana, kalau anak ini berjenis kelamin laki-laki, Mas?" tanya Rianti padaku membuat jantungku hampir copot."ikkhhhh, kan dari postingannya kemarin. Kamu lupa yah?" jawabku, untung aku tak memperlihatkan ke gugupanku."Masa, sih? kok seingatku ibunya gak nyantumin jenis kelaminnya deh.""eeeaaakkkk...eaaakkkkk..eeaaakk," huft, untung saja bayi itu menangis."Cup, cup, cup. Kamu lapar yah sayang, ibu bikinkan susu yah." Rianti sigap ke dapur membuatkan susu untuk Ammar anakku.Terimakasih nak, sudah mengalihkan perhatian ibumu, aku bergegas menelpon Hilda. Sial, tak di angkat-angkat."Ada apa sih, Mas? ganggu orang tidur aja." akhirnya di angkat."Postingan. Postingan kemarin cepat hapus yah, takut Rianti curiga, cepat hapus postingan kemarin." Dia malah mematikan telponnya dengan sepihak.Ku buka sosial media berlogo F, benar ternyata postingannya sudah Hilda hapus. Sungguh, aku lega sekali.***Aku dulunya adalah lelaki yang baik-baik, tapi semenjak jabatanku naik, tem
Awalnya aku tak tahu kalau Bang Syarif mempunyai istri, karna temannya bilang kalau Bang Syarif itu jomlo, bodohnya aku percaya saja."Bang, Minta duit!""Kan kemarin sudah ku kasih, Rianti saja belum ku kasih.""Siapa, Rianti?" tanya ku penuh amarah"Istriku.""Apa? jadi kau bohong padaku, kau sudah punya istri?" aku tak terima kalau dia lelaki beristri."Kapan aku bohong padamu, kapan kamu nanya aku beristri atau tidak hah?" jawabnya tanpa dosa,"Kata Bang Andre waktu kita pertama kali bertemu. Dia yang bilang kau jomlo.""Itu kan Si Andre yang bilang, bukan aku. Kamu marahlah sama si Andre jangan padaku, siapa suruh kamu percaya padanya." Karna geram sekali aku melemparkan bantal sofa pada wajahnya.Bisa-bisanya aku tertipu lelaki yang sudah mempunyai istri. Pantas saja dia sering mengajaku hanya menikah siri dengan alasan karna belum sukseslah, nunggu kuliah mu, lah.Andai dia lelaki tak berduit, akan ku tinggalkan Bang Syarif saat tahu punya istri, tapi aku sangat bergantung hidu
Rianti sangat kaget saat tangannya di pegang oleh kakak iparnya. "Kamu menjatuhkan kuncimu, nih" Didin memberikan kunci itu pada Rianti. Rianti langsung merebut kuncinya dari tangan Didin."Makasih bang." Ia berlari ke kamarnya. Entah mengapa dia takut sekali pada suami iparnya itu. Takut di lecehkan, mungkin karna sekarang dia banyak baca novel drama rumah tangga jadi sedikit berhati-hati.'Aku akan berusaha mendekati Rianti, menawarkan diri sebagai kakak angkat dan sebagai tempat curhat, lalu membuat nyaman Rianti berada bersamaku, bila perlu ku ajak selingkuh balik buat balesin dendam ke Syarif. Sepertinya harus ganti istri apalagi kalo istrinya Rianti bakal bahagia seumur hidup kayaknya.' Batin Didin.Rianti sudah tau akal bulus kakak iparnya, membaca novel rumah tangga ternyata cukup membuatnya parno, apalagi sampai ada cerita mertua memperk*sa menantu, adik ipar di perk*sa kakak ipar. Sebenarnya tadi ia takut terjadi hal buruk padanya.'Sepertinya aku harus berpura-pura berbai
"Bu, bangun bu." Aku menggoyang-goyangkan tubuh ibu mertuaku, menyesal sekali sudah berucap kasar padanya. Mungkin ibu shok baru kali ini di bentak menantu, pasti dia sakit hari."Ria, Ria ibu kenapa Ri?" Tanya Mas Syarif yang datang tiba-tiba dia langsung memangku ibu ke kursi. Kemudian ia menempelkan minyak kayu putih di hidung ibu. Perlahan ibu membuka matanya. Ibu menangis memukul-mukul Mas Syarif."Anak sialan. Anak sialan. Aku sekolahkan, aku ngajikan aku didik kamu agar tak menjadi pezina, tapi kau malah zina. Anak sialan, huhu..." Ibu menangis histeris"Maafkan Syarif, Bu." Mas Syarif menangis di kaki ibunya"Minta maaflah pada istrimu karna dia yang paling terluka." Ibu memalingkan wajahnya dari Mas Syarif, kemudian Mas Syarif menatapku, buru-buru aku lari dan mengunci diri di kamar. Menyender di belakang pintu lalu berjongkok perlahan, mata ini tak henti-hentinya menangis.Sementara di luar, Mas Syarif terus menggedor-gedor pintu dan terus memanggil-manggil namaku. Tega, ka
Syarif dan Rianti bergegas ke dapur untuk menemui sumber suara. Ternyata itu bukan Bu Aas tapi Mirna."Apa gak salah denger, Si Rianti hamil?" ucap Mirna juga tak percaya."Iya, gak salah dengar aku tak mandul teh. Perasaanku sih mengatakan kalau bayi yang di kandungku berjenis kelamin laki-laki. Uh, ibu pasti senang, anak ini pasti jadi cucu kesayangan ibu." Rianti sengaja memanas-manasi kakak iparnya karna ingin membalas perlakuannya."Idih, kasian yah bunting nunggu ngadopsi anak dulu. Kasian deh nanti pasti anak pungutnya di buang lagi tuh." Ucap Mirna tak mau kalah."Udah-udah kaya anak kecil aja ribut. Maneh juga Mir, kenapa sih dari dulu syirik aja sama kehidupanku. Dan ingat, kami akan membesarkan Ammar bagaimanapun Ammar sudah menjadi anak kami." Tentu saja Syarif membela istrinya, dari dulu Syarif dan Mirna memang jarang akur."Maneh nu pilih kasih, ka anak si Teh Fitri jeng Teh Sarah maneh mere 5 juta, sementara ka anak aing maneh kur mere sajuta, padahal da sarua anak ain
Hari menginjak sore ke tiga kakak iparku memutuskan untuk pulang, padahal ku kira mereka akan menginap. Mereka berpamitan dan menyelipkan amplop untuk anakku katanya sebagai hadih. Aku jadi malu, alhamdulillah Ammar di kelilingi orang-orang baik."Nanti aja atuh Teh, kan belum ketemu sama Mas Syarif." Cegahku"Udah sore bibi Ria, gak apalah nanti juga ketemu lagi," jawab Teh Fitri."Makasih yah semuanya, maaf merepotkan kallian sekali, Ammar pasti senang punya uwa yang pada baik hati, terima kasih yah Teteh-teteh sudah menerima Ammar dengan baik walaupun Ammar bukan darah dagingku dan Mas Syarif.""Kita kan keluarga, mau darah dagingmu atau bukan keluar dari rahimmu atau bukan, saat kalian memasukan Ammar jadi anggota keluarga kita semua jadi keluarga Ria," ah, Teh Fitri memang bijak aku suka sekali sama kakak Mas Syarif yang satu ini.Mereka akhirnya pergi meninggalkan pekarangan rumah, akhirnya rumah ini sepi kembali. Kulihat wajah ibu mertuaku sepertinya enggan mereka pergi mencega
Aku beruntung sekali menikah dengan Mas Syarif. Selain tampan, Mas Syarif juga mapan. Keluarganya juga menerimaku dengan baik, tak ada lah mertua julid ipar julid, akupun betah tinggal di sini.Dia meminta izin padaku untuk mengonytak, karna akhir-akhir ini dia selalu pulang larut malam, jarak dari sini ke kantornya lumayan jauh memang, dulu aku juga sering menyuruhnya untuk ngontrak saja, tapi dia bilang selalu kangen padaku.Pada akhirnya dia sendiri yang meminta ngontrak, dan memilih pulang seminggu sekali. Mas Syarif tak mau membawaku karna dia yakin aku akan bosan, lebih baik disini menemani ibunya, dan itu memang benar aku pasti akan bosan terlebih kami belum punya anak. Mas Syarif sangat royal padaku setelah ia ngontrak, dia selalu memberikan aku perhiasan yang bagus sekali dan harganya pasti mahal ah, dia tahu bagaimana menyenangkan istri.Tak hanya perhiasan, dia juga membelikanku tas. Tas yang bermerk padahal ku fikir untuk apa, toh keseharianku di rumah saja dan herann
Awalnya aku tak tahu kalau Bang Syarif mempunyai istri, karna temannya bilang kalau Bang Syarif itu jomlo, bodohnya aku percaya saja."Bang, Minta duit!""Kan kemarin sudah ku kasih, Rianti saja belum ku kasih.""Siapa, Rianti?" tanya ku penuh amarah"Istriku.""Apa? jadi kau bohong padaku, kau sudah punya istri?" aku tak terima kalau dia lelaki beristri."Kapan aku bohong padamu, kapan kamu nanya aku beristri atau tidak hah?" jawabnya tanpa dosa,"Kata Bang Andre waktu kita pertama kali bertemu. Dia yang bilang kau jomlo.""Itu kan Si Andre yang bilang, bukan aku. Kamu marahlah sama si Andre jangan padaku, siapa suruh kamu percaya padanya." Karna geram sekali aku melemparkan bantal sofa pada wajahnya.Bisa-bisanya aku tertipu lelaki yang sudah mempunyai istri. Pantas saja dia sering mengajaku hanya menikah siri dengan alasan karna belum sukseslah, nunggu kuliah mu, lah.Andai dia lelaki tak berduit, akan ku tinggalkan Bang Syarif saat tahu punya istri, tapi aku sangat bergantung hidu
"Kamu tahu dari mana, kalau anak ini berjenis kelamin laki-laki, Mas?" tanya Rianti padaku membuat jantungku hampir copot."ikkhhhh, kan dari postingannya kemarin. Kamu lupa yah?" jawabku, untung aku tak memperlihatkan ke gugupanku."Masa, sih? kok seingatku ibunya gak nyantumin jenis kelaminnya deh.""eeeaaakkkk...eaaakkkkk..eeaaakk," huft, untung saja bayi itu menangis."Cup, cup, cup. Kamu lapar yah sayang, ibu bikinkan susu yah." Rianti sigap ke dapur membuatkan susu untuk Ammar anakku.Terimakasih nak, sudah mengalihkan perhatian ibumu, aku bergegas menelpon Hilda. Sial, tak di angkat-angkat."Ada apa sih, Mas? ganggu orang tidur aja." akhirnya di angkat."Postingan. Postingan kemarin cepat hapus yah, takut Rianti curiga, cepat hapus postingan kemarin." Dia malah mematikan telponnya dengan sepihak.Ku buka sosial media berlogo F, benar ternyata postingannya sudah Hilda hapus. Sungguh, aku lega sekali.***Aku dulunya adalah lelaki yang baik-baik, tapi semenjak jabatanku naik, tem
"Mas, kalau kita sampai tua gak punya anak bagaimana?" "Ya, gak apa-apa. Sekarang zamannya freechild, gak ada salahnya kan kalau kita freechid mengikuti zaman sekarang, gak usah terbebani oleh apapun Ria, aku cinta kamu apa adanya kok." Syarif pun memeluk erat sang istri.Rianti dan Syarif adalah sepasang suami istri yang cukup harmonis. Usia pernikahan mereka sudah menginjak empat tahun, tapi mereka belum mempunyai anak.Walaupun belum mempunyai anak, Rianti cukup bahagia, mempunyai suami yang mapan dan tampan, mempunyai mertua dan ipar yang tak julid, itu adalah sebuah rezeki baginya.Sebenarnya, Rianti ingin sekali mempunyai seorang anak, tapi kalau tuhan belum berkehendak dia bisa apa. Tanpa sepengetahuan suaminya dia sudah ke dokter kandungan dan hasilnya rahimnya baik-baik saja.Kemudian Rianti mengajak Syarif untuk tes kesuburan, Syarif pun bersedia dan hasilnya mereka tak memiliki masalah apapun di organ reproduksi mereka."Kamu gak mandul, aku juga. Kamu hanya perlu bersabar