Lina melempar semua barang yang ada di dekatnya dengan frustasi setelah mendapat teguran keras dari pihak keluarga suaminya. Oza yang baru masuk ke dalam kamar, menenangkan wanita yang dicintainya. "Lina, tenanglah. Kenapa kamu marah?" Lina tertawa sedih. "Bagaimana aku tidak marah? Kenapa semua rencana aku menjadi gagal?" Oza menghela napas panjang. "Sebaiknya kita harus menyerah, aku tidak mau melihat kamu terluka lagi." Lina frustasi. "Aku ingin anak, dan tidak bisa memberikannya kepada kamu. Nada adalah pilihan terbaik." "Kamu bisa melihat kemarahan kepala keluarga, bukan? Keluarga Radhika tidak bisa-" "Oza, aku berusaha sabar menjadi istri kamu. Tapi, tolong bantu aku-" "Lina." "Aku ingin kamu bahagia dan kita bersama." "Masih ada wanita lain, jangan ganggu dia." Geleng Oza. Lina menatap sedih sang suami. "Tidak bisa, aku tahu kamu mencintai Nada." "Lina." "Katakan padaku, kalau kamu juga mencintai Nada." Oza menggeleng sedih. "Tidak, Lina. Hanya kamu cinta aku." "BO
Vivi yang mengedarkan pandangan di sekeliling lobby, bertanya dengan senyum mengembang. "Tidak ada yang tahu?"Para pegawai yang sedari tadi mengintip, sontak kembali ke tempat masing-masing, bahkan general manager diam-diam kabur.Putra dan Nada menghela napas bersamaan."Apakah perlu kalian mengganti guci yang aku pecahkan sekarang untuk berkata jujur?" tanya Vivi.Putra bicara ke Nada. "Bu Nada, saya minta maaf karena tidak sempat mengirim informasi ke pihak marketing. Masalah kompensasi- saya bisa berikan solusi kepada anda."Nada menghela napas panjang. "Solusi apa?""Anda bisa memutuskan hubungan secara sepihak ke TA, anggap ini bukan kesalahan hotel. Harusnya pihak TA juga tahu soal pemutusan hubungan kerja sama."Nada tidak setuju dengan solusi Putra. "Sama saja dengan anda hendak lepas tangan, saya tidak mau.""Lalu, apakah anda memiliki solusi?""Kita harus meminta maaf dan juga memberikan kompensasi, setidaknya nama baik hotel kita tidak akan rusak karena kesalahan satu ora
Nanda tertawa muram mendengar ucapan tidak bertanggung jawab istri ayahnya. "Jadi, intinya kalian menjual Nada dengan dalih merawat sejak kecil? Apakah karena kamu menyebar sperma kepada ibuku, jadinya kamu ingin meminta ganti rugi?"Ayah Nanda terbatuk keras begitu mendengar ucapan sarkas putranya. Para istri menjadi khawatir dan menatap marah Nanda. Nanda merasa tidak ada yang salah dengan perkataannya. "Aku tidak akan membuat adikku menikah dengan Oza hanya untuk keuntungan kalian, dan seharusnya kalian semua camkan ini. Aku, Nanda. Tidak akan pernah mengizinkan kamu, menjadi wali nikah adikku.""NANDA!" Ayah Nanda berteriak marah. "Aku adalah wali Nada!""Tidak! Nada dan aku tidak punya ayah, ayah kami tidak jelas hilang kemana.""ANAK KURANG AJAR!" Bentak ayah Nanda.Nanda keluar dari rumah ayahnya dengan muak, tidak lupa membanting pintu dengan keras.Nanda tidak habis pikir, kenapa ibunya terjebak dengan pria semacam itu?***"Bukankah sudah pasti? Ayah merayu ibu."Malam ini
Sejak kecil, Nada dan Nanda selalu bertanya kepada ibunya. Kenapa ayah menikah lagi? Kenapa ayah membuang mereka berdua? Ibu Nada dan Nanda tidak bisa mencari jawaban yang pas, karena tidak tahu isi hati sang suami. "Apakah Nanda dan Nada tidak pernah kamu ajarkan ilmu agama dengan benar? Bagaimana bisa mereka berdua bersikap preman ke Ayah kandungnya?" Ibu Nada membalas perkataan pria itu. "Lalu bagaimana dengan kamu? Kamu sendiri tidak pernah menghargai anak-anak sejak kecil." "Itu karena mereka menghubungi aku hanya untuk minta uang, mereka bahkan tidak menanyakan kabar aku! Yang mereka inginkan hanya uang, uang dan uang." Ibu Nada dan Nanda berusaha menabahkan diri, tidak ingin terpancing emosi pada pria yang sudah menghancurkan hidupnya. "Mereka berdua waktu itu masih kecil dan belum paham tentang perilaku bejat kamu! Sekarang mereka sudah dewasa dan paham dengan kelakuan kamu sendiri. Kamu pikir, selamanya mereka mau dipengaruhi?" "Kamu-" "Waktu itu mereka masih kecil dan
Karena semalam nekat lembur berdua, hasilnya Nada merasa lesu sekaligus selalu menguap, minum kopi tidak baik untuk bayi di perutnya, sementara Putra mual terus di kantor.Choky mengerutkan kening dengan jijik. "Kalau masuk angin, istirahat saja, minta cuti sakit. Bukannya memaksakan diri, terus akunya jadi eneg."Putra tidak peduli dengan perkataan Choky. "Semalam aku lembur, hanya masuk angin tidak perlu sampai cuti."Choky menakuti Putra. "Masuk angin tidak bisa diremehkan begitu saja, bagaimana kalau ternyata kena angin duduk? Kamu mau mati muda?"Putra merinding ketika Choky menyebut kata itu. "Kamu ingin membunuh aku?""Aku memang sering membunuh dan melukai orang, tapi tidak mungkin aku membunuh orang dengan cara memasukan angin."Putra takut mati muda dan tidak bisa melihat bayi yang belum keluar, dia buru-buru menghubungi bagian reservasi dan kebetulan Nada yang angkat telepon. "Oh, kenapa kamu yang angkat?" tanyanya."Serius kamu bertanya seperti itu?"Putra menepuk keningny
Karena semalam nekat lembur berdua, hasilnya Nada merasa lesu sekaligus selalu menguap, minum kopi tidak baik untuk bayi di perutnya, sementara Putra mual terus di kantor. Choky mengerutkan kening dengan jijik. "Kalau masuk angin, istirahat saja, minta cuti sakit. Bukannya memaksakan diri, terus akunya jadi eneg." Putra tidak peduli dengan perkataan Choky. "Semalam aku lembur, hanya masuk angin tidak perlu sampai cuti." Choky menakuti Putra. "Masuk angin tidak bisa diremehkan begitu saja, bagaimana kalau ternyata kena angin duduk? Kamu mau mati muda?" Putra merinding ketika Choky menyebut kata itu. "Kamu ingin membunuh aku?" "Aku memang sering membunuh dan melukai orang, tapi tidak mungkin aku membunuh orang dengan cara memasukan angin." Putra takut mati muda dan tidak bisa melihat bayi yang belum keluar, dia buru-buru menghubungi bagian reservasi dan kebetulan Nada yang angkat telepon. "Oh, kenapa kamu yang angkat?" tanyanya. "Serius kamu bertanya seperti itu?" Putra menepuk
Kalau dipikirkan lagi secara logika, memang masuk akal. Putra dan Nada terlihat pucat serta mual, namun sekarang malah memiliki tenaga untuk bertengkar."Mereka terkena flu?""Hii- kata orang tua, kalau saling bermusuhan, sakitnya bisa bersamaan."Choky dan General manager hanya memakan pizza sambil mendengar celetukan orang-orang."Jangan-jangan mereka akan menjadi pasangan?"Semua orang yang sedang mengintip sontak terdiam sesaat lalu menggeleng dengan yakin, kecuali Choky dan General manager."Tidak mungkin.""Tidak akan.""Aku pasti akan berpikir dua kali untuk menikahi musuh.""Aku juga sama."Choky mengambil kembali pizza dari kotak di tangannya, dia yakin Putra pasti tidak akan mau makan ini. "Siapa tahu mereka memiliki hubungan terlarang."General manager tersedak mendengar ucapan ngawur Choky, untung saja tangan kirinya sudah tersedia cola. Eh, tangan kanan bisa buat makan, terus tangan kiri buat minum bisa nggak ya?"Pak Choky ini tidak pernah tahu prinsi permusuhan abadi. B
Lima orang tim marketing, termasuk Nada. Bisa mendengar teriakan emosional Putra."Bu, yang sabar ya.""Anggap saja sambil lalu.""Kami tahu, bu Nada tidak sengaja bertengkar dengan pak Putra."Nada menghela napas panjang sambil membereskan mejanya, tadi dia tidak tahu kenapa Putra menyuruh ikut, lalu berhenti di depan front office dan menunggu.Nada terpaksa masuk ke dalam ruangan marketing, namun tidak tahu apa yang harus dilakukannya, hanya berdiri diam di samping meja. Begitu mendengar teriakan Putra, dia bergegas mengemasi barang-barangnya."Ibu mau kemana?""Ibu tidak dipecat kan?"Nada tidak tahu nasib masa depan dan tidak bisa menjawab."NADA YOSITA!"Nada terkejut dan bergerak lebih cepat, setelahnya pamit ke rekan kerja. "File yang saya minta tadi, kirim saja ke email, saya harus ikut pak Putra keluar."Tim marketing lainnya hanya mengangguk bersamaan, ada juga yang menangisi nasib Nada, seolah mereka akan berpisah.Nada mengintip sedikit dari balik pintu, melihat situasi, a