Share

36

“Gimana kabar orang tuamu, Nak?” tanya ibu ketika aku membantunya di dapur.

“Ayah dan ibuku baik, Bu.”

“Tania, kalau suamimu manja harap dimaklumi, ya. Cara pikirnya memang tak sematang almarhum Farhan, mungkin karena Fahry anak terakhir dan selalu dituruti Farhan kemauannya.”

Aku menautkan alis mencari apa maksud di balik kalimat ibu.

“Kenapa bilang gitu, Bu?”

“Kemarin saat kamu dan Khanza nginap di rumah ibumu, Fahry malah masuk ke kamar ibu dan minta ditemanin. Katanya ia kesepian karena kalian enggak ada. Saat Ibu suruh menyusul, suamimu malah menangis, Nak. Malah ngomong yang enggak-enggak katanya takut kehilangan Tania. Mungkin kamu perlu menghubungi Nak Gibran lagi, tanyakan apa ada yang salah setelah Fahry kecelakaan. Ibu heran bisa-bisanya ia menangis pada ibu merasa takut kehilangan istri dan anaknya hanya karena kamu dan Khanza nginap di rumah ayahmu.”

Aku terdiam. Ibu memang belum tau apapun mengenai keberadaan Nasya di mobil Mas Fahry saat kecelakaan. Maka, aku berusaha u
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status