Share

35

“Bagaimana kalau ke Bandung?” Entah kenapa aku tertantang untuk kembali memancingnya.

Kulihat Mas Fahry mencengkeram setir mobilnya, buku-buku tangannya terlihat memutih akibat cengkraman kuatnya pada setir. Kurasa ia sedang menahan emosinya.

“Harus bagaimana lagi aku meminta maaf padamu, Tania? Apa kesalahanku kemarin benar-benar tak bisa untuk dimaafkan lagi?”

“Bagaiamana aku bisa memaafkanmu jika kenyataannya semakin ke sini semakin banyak bukti kebersamaanmu dengannya yang membuat hatiku sakit, Mas? Bagaimana aku bisa mengabaikan percakapanmu dengan rekanmu waktu itu yang mengatakan Nasya punya bukti foto-foto saat kalian bersama di puncak? Lalu saat kamu dengan penuh perhatian menanyakan kabarnya lewat telepon tadi? Yang mana yang harus kupercaya, Mas?”

Lelaki itu menelan salivanya beberapa kali. Jakunnya terlihat bergerak naik turun. Aku melirik sekilas padanya, kulihat rambut-rambut halus mulai tumbuh tak beraturan di sepanjang rahangnya. Biasanya akulah yang rajin membersihkan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status