Share

39

Ponsel Mas Fahry masih berada dalam genggamanku ketika mereka berdua menghampiri kursi di mana aku sedang duduk.

“Khanza haus, Bunda,” ucap putriku, kusodorkan sebotol minuman padanya.

Kulihat Mas Fahry melirik sekilas ke arah ponselnya. Bisa saja aku menghapus pesan-pesan Nasya tadi dan pura-pura tak membuka ponselnya, karena selama ini aku memang tak pernah ikut campur apalagi membuka-buka ponsel Mas Fahry. Hanya saja kali ini aku harus berterus terang padanya, aku ingin melihat sejauh mana reaksinya. Maka aku bisa menyimpulkan sejauh mana keseriusannya menyelesaikan masalah ini.

“Maaf, Mas. Tadi Nasya mengirim pesan dan aku membukanya karena penasaran. Mas Fahry boleh memarahiku untuk itu,” ucapku padanya saat Khanza tengah menghampiri badut yang berada beberapa meter dari kami.

Ia diam. Hanya kembali melirik ponselnya.

“Ini. Sekali lagi maaf sudah membaca pesannya. Jika Mas Farhry keberatan ....”

“Nggak, Tania! Aku nggak keberatan. Kamu mau balas pesannya juga aku enggak akan kebe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status