Share

46. Melihat Kau Menangis

Pesawat Emirates yang kutumpangi mendarat sempurna di bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang. Setelah lebih seminggu di Leads untuk menemui adikku–Tara, akhirnya aku kembali. Kesibukan setelah ini tentu saja seperti biasa: berjibaku dengan proyek-proyek baru yang ditangani PT. Panorama Aurora. Ah, aku lebih suka menyebutnya dengan nama internasionalnya, Aurora Corporation.

Dari bandara Soekarno-Hatta aku terbang lagi ke kota kecilku, Jambi. Rendra menanti di pintu kedatangan.

“Gimana perjalanan ke London-nya, Pak?” tanya Rendra basa-basi.

“Hmmh, membosankan seperti biasa, Ren.”

“Anda selalu merasa bosan akhir-akhir ini.”

Aku tak menjawab. Sudah lama rasanya aku tak merasakan warna lagi dalam hidupku. Sejak menyelesaikan kuliah aku hanya sibuk bekerja saja. Tiada waktu untuk memikirkan kesenangan. Sebenarnya ada rasa rindu pada masa-masa yang selalu kuingat. Beberapa tahun lalu, di jalan itu. Di depan gang itu.

Kuraba wajahku, tak terasa senyum mengembang. Aku ingat dulu wajah ini pernah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status