Share

Pengkhianatan

Author: Vinassa
last update Last Updated: 2025-03-09 16:05:34

Laksmi merasakan bulu kuduknya meremang. Dia menajamkan pendengarannya, mencoba menangkap suara lain di antara keheningan yang tiba-tiba terasa begitu mencekam.

Dani juga tampak waspada, matanya menyipit ke arah pintu belakang yang kini sedikit terbuka. Angin malam menyusup masuk, menggoyangkan tirai lusuh yang tergantung di jendela.

"Ini rencanamu?" Dani bertanya pelan, tapi nada suaranya tajam.

Laksmi mendengus. "Harusnya aku yang bertanya begitu."

Mereka saling menatap, sama-sama curiga. Tapi siapa pun yang ada di luar sana, bukan bagian dari rencana mereka.

Laksmi merogoh sesuatu dari balik mantelnya—sebuah pistol kecil dengan peredam suara. Ia menggenggamnya erat, bersiap menghadapi apa pun yang akan datang.

Dani, sementara itu, melangkah perlahan ke arah pintu, tangannya sudah meraih belati kecil yang terselip di pinggangnya.

Hening.

Lalu—

Braaak!

Pintu belakang terbuka lebih lebar, dan sesosok pria bertubuh tegap menerobos masuk. Wajahnya tertutup separuh oleh masker hitam, mat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • AKU ISTRIMU MAS!    Permainan Baru

    Udara malam menusuk kulit saat Laksmi menerobos keluar dari bangunan tua itu. Napasnya berat, tetapi langkahnya tetap gesit. Dia tahu Dani dan anak buahnya tidak akan membiarkannya kabur begitu saja.Benar saja—Dor! Dor!Peluru menghantam tembok di dekatnya, memercikkan serpihan beton. Laksmi tidak berhenti. Dia berlari melintasi gang sempit, menyeberang jalan, lalu masuk ke gang kecil lain yang lebih gelap.Langkah kaki terdengar di belakangnya. Mereka mengejar.Laksmi menggertakkan giginya. Dia harus mencari cara untuk menghilang sebelum mereka mengepungnya.Di depan, sebuah pasar malam kecil masih beroperasi. Lampu-lampu neon berkedip, suara pedagang bercampur dengan musik jalanan. Tanpa ragu, Laksmi menyelinap masuk, melebur di antara kerumunan.Dia menurunkan tudung mantelnya, lalu mengambil syal dari salah satu kios dan melilitkannya ke kepalanya dengan cepat. Sekarang dia terlihat seperti warga biasa.

    Last Updated : 2025-03-10
  • AKU ISTRIMU MAS!    Drama rumah tangga

    Bara menoleh perlahan, matanya menyipit penuh selidik. "Apa maksudmu?"Nenek itu terkekeh, suara seraknya terdengar menggelitik. "Maksudku, istrimu... Liyana, dia ada di dekatmu."Bayu—atau lebih tepatnya, Liyana—merasa jantungnya hampir lompat dari tempatnya. Tangannya yang tersembunyi di balik saku mencengkeram kain celana itu erat. Sial. Dia tahu?Bara menatap nenek itu tajam, tapi alih-alih tegang, bibirnya justru berkedut seolah ingin tertawa. "Nenek, aku tak punya waktu untuk lelucon murahan.""Tapi ini bukan lelucon," nenek itu menyeringai. "Istri yang kau cari adalah ... aku."Hening.Bayu nyaris tersedak ludahnya sendiri. Bara menatap si nenek dengan ekspresi yang sulit dijelaskan—antara geram, bingung, dan nyaris tertawa."Kau? Liyana?" Bara mengulang dengan nada geli.Si nenek mengangguk anggun, seolah benar-benar percaya dengan ucapannya sendiri. "Tentu saja. Sudah berapa kali aku harus katakan! Bahw

    Last Updated : 2025-03-11
  • AKU ISTRIMU MAS!    Tipu Muslihat

    Bara mengerjapkan mata, mencoba mencerna kata-kata nenek itu. "Apa maksudmu?"Si nenek tersenyum semakin lebar, langkahnya maju mendekati Bara. "Mas Bara, aku istrimu. Benar-benar istrimu."Bayu hampir menjatuhkan gelas dari tangannya. Tangannya buru-buru meraih kain lap untuk mengeringkan sisa air di jemarinya, tapi tubuhnya sedikit gemetar. Sial, nenek ini makin gila atau justru makin berbahaya?Bara, yang biasanya sulit dibuat kehilangan kesabaran, kini tampak benar-benar frustrasi. Ia menghela napas panjang, lalu menatap si nenek dengan tatapan setengah ingin tertawa, setengah ingin meneriakinya."Nek..." Bara berusaha tetap tenang. "Aku tidak tahu siapa yang menyuruhmu melakukan ini, tapi yang jelas—""Mas Bara," si nenek memotong dengan suara lebih lembut. "Lihat aku baik-baik. Aku ini Liyana. Istrimu."Bara mengatupkan rahangnya, otaknya mencoba memahami situasi ini. Nenek ini jelas tidak waras... atau dia tahu sesuatu yan

    Last Updated : 2025-03-12
  • AKU ISTRIMU MAS!    Pembuktian

    Bara menatap cincin itu tanpa berkedip. Napasnya tertahan di tenggorokan. Itu… cincinnya.Bukan cincin pernikahan yang ia simpan di laci, tetapi cincin kecil dengan ukiran di dalamnya. Cincin yang dulu ia berikan diam-diam pada Liyana, jauh sebelum mereka menikah. Cincin yang hanya mereka berdua yang tahu.Darah Bayu seperti berhenti mengalir. SIAL. Ini tidak masuk akal!Bara menegakkan tubuhnya, matanya menatap si nenek lebih tajam. "Dari mana kau mendapatkan ini?"Si nenek hanya tersenyum, menggulirkan cincin itu di antara jari-jarinya. "Kau sendiri yang memberikannya padaku, Mas."Bara terdiam. Ini sudah melewati batas kebetulan.Bayu harus berpikir cepat. Ini bisa berbahaya. Sangat berbahaya."Saya pikir cincin itu ada di laci meja Pak Bara," Bayu akhirnya buka suara, mencoba menetralkan situasi. "Mungkin nenek ini mengambilnya?"Si nenek menoleh ke arah Bayu, senyumnya melebar. "Kau gugup, Nak?"Ba

    Last Updated : 2025-03-13
  • AKU ISTRIMU MAS!    Buruk

    Bayu meremas sudut meja tanpa sadar. Apa lagi yang mau dia tunjukkan?!Bara menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap si nenek dengan ekspresi waspada. "Baik, tunjukkan."Si nenek mengangguk, lalu perlahan merogoh sesuatu dari balik selendangnya. Bayu menahan napas, merasa deja vu setelah kejadian cincin kemarin.Tapi kali ini, yang dikeluarkan nenek itu bukanlah cincin.Melainkan… sebuah surat.Bayu langsung merasa darahnya membeku.Bara menyipitkan mata, tangannya terulur mengambil surat itu. Kertasnya sudah agak menguning, tapi lipatannya masih rapi. Seolah seseorang telah menyimpannya dengan sangat hati-hati.Bara membuka lipatan kertas itu dan mulai membaca.Bayu menahan diri agar tidak gemetar di tempat. Sial. Dari mana dia dapat itu?!Mata Bara membelalak. Sorot matanya berubah, dari penuh kewaspadaan menjadi keterkejutan.Ia membaca ulang tulisan di surat itu, seolah tidak percaya. "Ini…"

    Last Updated : 2025-03-14
  • AKU ISTRIMU MAS!    Nenek Lampir dan Rahasia

    Bayu merasakan kepanikan merayap di dadanya. Ia harus menghentikan ini sebelum Bara benar-benar percaya pada nenek gila ini. Tapi sebelum ia sempat berkata apa pun, Bara berdiri dengan ekspresi yang sulit ditebak. Ada kebingungan, keterkejutan, dan sesuatu yang lebih dalam… sesuatu yang membuat Bayu semakin cemas. “Jawaban itu…” Bara bergumam, suaranya hampir tak terdengar. Ia menatap si nenek lama, seolah mencari kebohongan di matanya. Si nenek tersenyum penuh kemenangan. “Sekarang kau percaya, Mas?” Bayu buru-buru memotong, “Pak Bara, ini bisa saja trik! Dia bisa saja mendengar kalimat itu dari seseorang!” Bara menoleh padanya, tatapannya tajam. “Dari siapa?” Bayu terdiam. Sial. Ia terlalu gegabah. Si nenek terkekeh. “Bayu, kau selalu mencoba mengalihkan pembicaraan. Kenapa? Apa kau takut sesuatu?” Bayu menggertakkan giginya. “Saya hanya tidak ingi

    Last Updated : 2025-03-15
  • AKU ISTRIMU MAS!    Tes DNA

    Hening sejenak di ujung telepon.Lalu suara itu tertawa pelan. “Kau sedang dalam masalah besar, ya?”Bayu tidak punya waktu untuk bercanda. “Kau bisa atau tidak?”Suara di seberang menghela napas. “Mengubah hasil tes DNA bukan perkara mudah, apalagi kalau tes dilakukan di rumah sakit besar.”Bayu mengepalkan tangan. “Aku tahu. Tapi aku tidak punya pilihan lain.”Ada jeda beberapa detik sebelum suara itu menjawab, “Siapa yang akan dites?”Bayu menggigit bibir. “Aku dan… satu orang lagi.”“Aku butuh nama.”Bayu ragu sejenak sebelum akhirnya berbisik, “Bara Danendra.”Suara di telepon langsung berubah serius. “Bara Danendra? Pengusaha itu?”Bayu tidak menjawab.Lalu suara di seberang kembali berbicara, lebih pelan dari sebelumnya. “Kau benar-benar bermain dengan api.”“Aku tahu,” Bayu menutup mata, “tapi aku tidak punya pilihan.”Suara itu terdiam sejenak, lalu akhirnya

    Last Updated : 2025-03-16
  • AKU ISTRIMU MAS!    Permainan belum berakhir

    Bayu menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Tangannya masih gemetar saat ia memasukkan ponsel ke dalam saku. Ia harus kembali ke meja sebelum Bara curiga. Ketika ia melangkah masuk ke dalam kafe, Bara sudah bersandar di kursi dengan tangan terlipat di dada. Matanya menyipit, menatap Bayu dengan tatapan yang sulit dibaca. “Lama sekali teleponnya.” Bayu memaksakan senyum. “Maaf, Pak Bara. Ada urusan mendadak.” Bara tidak berkata apa-apa, hanya menatapnya lebih lama sebelum akhirnya mengalihkan perhatian ke ponselnya. Si nenek, yang sedari tadi duduk dengan senyum penuh arti, menyesap tehnya sebelum berkata, “Hasil tesnya pasti sudah keluar.” Bayu merasakan dadanya mencelos. “Baiklah,” Bara bangkit dari kursinya. “Ayo kita lihat hasilnya.” --- Mereka kembali ke

    Last Updated : 2025-03-17

Latest chapter

  • AKU ISTRIMU MAS!    Pengorbanan Demi Kebenaran

    Malam Masih Terus Bergulir – Perjalanan Menuju KebenaranMobil yang dikendarai Bara melaju pelan di jalanan berbatu yang mengarah ke luar area perkebunan. Lampu sorot depannya menembus kabut tipis, membelah malam yang semakin pekat. Tangan Bara menggenggam erat setir, tatapannya lurus ke depan. Ia belum sepenuhnya yakin arah ini akan membawanya pada jawaban, tapi nalurinya bicara lain.Bayu.Ia tidak pernah menyangka akan memikirkan seseorang sedalam ini, secepat ini. Bayu bukan hanya asisten. Bukan sekadar bawahan yang datang membawa data kejahatan. Ada sesuatu yang lebih rumit… dan lebih personal. Sesuatu yang mengikat mereka tanpa bisa dijelaskan dengan logika.Sementara itu, di dalam mobil tua yang Larissa kendarai, Bayu menatap layar ponsel yang terus menampilkan titik merah. Truk itu bergerak pelan, menyusuri jalan kecil yang sepertinya menuju daerah terpencil di luar desa.“Mereka berhenti,” kata Larissa pelan. Ia memiringkan layar ke arah Bayu. “Sekitar satu kilometer lagi.”B

  • AKU ISTRIMU MAS!    Rahasia yang disembunyikan

    Masih Malam Itu, di Kamar Sri SatmikaBayu menggigil pelan di balik tirai. Napasnya tercekik di tenggorokan saat mendengar suara langkah kaki Sri Satmika mendekat ke arah meja rias, hanya beberapa langkah dari tempatnya bersembunyi. Gelas diletakkan di atas meja, dan suara derit kursi berbunyi pelan. Wanita tua itu duduk.Suara desahannya terdengar lirih, seperti sedang berbicara pada diri sendiri."Kenapa kau belum juga menyerah, Liyana..." katanya pelan. "Kalau saja kau tahu siapa aku sebenarnya."Bayu mencengkeram kain tirai lebih erat. Jantungnya terasa mau meledak. Apakah dia sedang berbicara pada seseorang? Atau hanya monolog biasa? Tapi yang jelas, nama itu—namanya—diucapkan dengan sangat sadar.Beberapa menit berlalu. Suara napas wanita tua itu melambat, menandakan ia mulai terlelap. Bayu tak bisa tinggal lebih lama. Ia perlu keluar.Perlahan, ia mengintip dari balik tirai. Sri Satmika telah bersandar di kursi, mata tertutup, napas tenang.Bayu melangkah ringan, nyaris tanpa s

  • AKU ISTRIMU MAS!    Kebenaran akan muncul

    ---Masih dini hari, kamar utama terasa sesakBayu menutup pintu kamar perlahan, meninggalkan Bara yang masih berdiri membelakangi jendela. Langit di luar belum sepenuhnya terang, namun cahaya samar mulai menyusup di antara tirai. Bayu berjalan pelan menuju koridor, dadanya terasa seperti dipenuhi duri. Setiap langkah menjauh dari kamar Bara adalah langkah menuju keputusasaan yang harus ia telan sendiri.Ia tidak tidur malam itu.Di kamarnya yang gelap, Bayu duduk di lantai, menatap kosong ke arah dinding. Di meja kecil, tersimpan ponsel dengan satu pesan draf yang belum pernah ia kirim:"Pak, saya ini sebenarnya—"Ia menghapusnya. Lagi.Tangannya gemetar. Ia ingin jujur. Ingin melepaskan semuanya. Tapi wajah kedua orangtuanya selalu muncul di benaknya. Ibunya yang lembut, ayahnya yang keras tapi hangat. Mereka bukan hanya sandaran hidup—mereka adalah alasan kenapa ia harus bertahan menyamar sejauh ini.Bayu menarik napas panjang. “Aku harus temukan mereka... sebelum semuanya hancur.”

  • AKU ISTRIMU MAS!    Ingin Mengatakan

    Tepi Sungai, Masih Dini Hari.Bara berdiri mematung. Kata-kata sang nenek menggantung di udara, menusuk relung pikirannya seperti jarum-jarum halus."Aku mungkin bukan Liyana yang kau kenal, Mas... tapi aku adalah Liyana yang tersisa."Apa maksudnya? Kalimat itu tak memberi kejelasan, justru menyesakkan.“Liyana yang tersisa?” Bara mengulang pelan, setengah tak percaya. “Ibu bicara seperti seseorang yang... menyerah.”Sang nenek melangkah mendekat. Bayu langsung bergerak, berdiri setengah di depan Bara—refleks pelindung yang tak bisa ia kendalikan.Namun Bara mengangkat tangan, menghentikan Bayu tanpa berkata apa-apa.“Aku tidak menyerah, Mas Bara,” ucap si nenek tenang. “Aku hanya… menyadari, bahwa kadang cinta tak harus dikenali lewat wajah yang sama.”Bara menahan napas.Bayu, di sisi lain, nyaris kehilangan kendali.Berhenti. Jangan bujuk dia lagi dengan puisi-puisi palsu itu.“Kalau begitu…” Bara berkata perlahan, “katakan padaku satu hal. Apa yang kau ingat tentang pernikahan ki

  • AKU ISTRIMU MAS!    Ingin Mengatakan

    Tepi Sungai, Masih Dini Hari.Bara berdiri mematung. Kata-kata sang nenek menggantung di udara, menusuk relung pikirannya seperti jarum-jarum halus."Aku mungkin bukan Liyana yang kau kenal, Mas... tapi aku adalah Liyana yang tersisa."Apa maksudnya? Kalimat itu tak memberi kejelasan, justru menyesakkan.“Liyana yang tersisa?” Bara mengulang pelan, setengah tak percaya. “Ibu bicara seperti seseorang yang... menyerah.”Sang nenek melangkah mendekat. Bayu langsung bergerak, berdiri setengah di depan Bara—refleks pelindung yang tak bisa ia kendalikan.Namun Bara mengangkat tangan, menghentikan Bayu tanpa berkata apa-apa.“Aku tidak menyerah, Mas Bara,” ucap si nenek tenang. “Aku hanya… menyadari, bahwa kadang cinta tak harus dikenali lewat wajah yang sama.”Bara menahan napas.Bayu, di sisi lain, nyaris kehilangan kendali.Berhenti. Jangan bujuk dia lagi dengan puisi-puisi palsu itu.“Kalau begitu…” Bara berkata perlahan, “katakan padaku satu hal. Apa yang kau ingat tentang pernikahan ki

  • AKU ISTRIMU MAS!    Kebingungan

    ---Dini HariDi Dalam MobilMeski jam menunjukkan lewat tengah malam, Bara sudah duduk di kursi kemudi, mobil terparkir jauh dari vila utama. Ia menyalakan tablet kecil yang terkoneksi ke server pengawasan perkebunan. Jemarinya cepat, tajam, seperti pikirannya malam ini.Ia membuka rekaman CCTV di sekitar kamar tamu, ruang makan, halaman belakang. Matanya menyipit saat menemukan potongan waktu ketika “nenek Liyana” berdiri sendirian di dapur, seperti sedang berbicara... tapi tak ada siapa-siapa di sekitarnya.Bara menekan pause.“Ngomong dengan siapa dia?”Lalu ia mempercepat. Ada satu bagian aneh—nenek itu masuk ke gudang kecil di belakang rumah, tempat penyimpanan alat-alat tua. Ia keluar dua jam kemudian... membawa sesuatu dalam tas plastik hitam.“Kenapa harus diam-diam? Apa yang dia sembunyikan?”Bara menuliskan waktu kejadian itu. Niatnya sudah bulat. Pagi nanti, sebelum siapa pun bangun, ia akan ke g

  • AKU ISTRIMU MAS!    Bimbang

    ---Di Taman Belakang, Pukul 04.27 PagiEmbun masih menetes di ujung daun saat Bara melangkah cepat ke luar rumah. Kepalanya dipenuhi spekulasi: kenapa nenek Liyana bisa lolos? Siapa yang membantunya? Atau… apakah dia tak selemah yang ia kira?Senter di tangannya menyapu tiap sudut taman, menyusuri jalur kerikil, menyusup ke balik semak bunga lavender.Dan di sanalah dia melihatnya.Nenek itu.Duduk di bangku kayu tua yang menghadap ke arah bukit. Rambutnya tergerai kusut, gaunnya sedikit kotor, tapi wajahnya... damai. Terlalu damai untuk seseorang yang katanya tak bisa bangun dari tempat tidur.“Nek!” seru Bara, langkahnya mempercepat. “Apa yang sedang Anda lakukan di sini?”Wanita itu menoleh perlahan, lalu tersenyum.“Aku hanya… mencari angin segar, Mas.”Mas. Bukan “Nak”.Bara menelan ludah. Ia duduk di sebelahnya, masih menjaga jarak. “Kenapa Anda pergi diam-diam? Pelayan pan

  • AKU ISTRIMU MAS!    Topeng yang Menyala

    Di Rumah Utama Bara menuangkan teh hangat ke dalam cangkir porselen, mengaturnya di atas nampan dengan tenang yang pura-pura. Di hadapannya, si “nenek Liyana” duduk di kursi malas, berselimut kain hangat, tatapannya penuh kasih. “Mas Bara,” panggil si nenek, lembut. “Kamu makin mirip ayahmu. Tapi lebih lembut. Lebih tulus.” Bara tersenyum tipis. “Saya cuma berusaha jadi orang baik, Bu—eh, maksud saya… kamu.” Ia masih kikuk, menyebut perempuan tua ini sebagai istrinya. Tapi sejak “Liyana” datang dalam wujud tua dan renta, semua orang di rumah menjadi lebih tenang. Seolah misteri itu telah selesai. Tapi tidak dengan Bara. Dalam diam, ia mempelajari gerak-gerik perempuan tua itu. Ia tidak bodoh. Namun, ia juga kelelahan mencari Liyana yang entah ke mana. Jadi mungkin, menerima kenyataan semu lebih baik daripada terus dihantui kehilangan. “Aku ingat pelukanmu, Mas. Dingin. Tapi selalu membuatku hangat,” ujar si nenek tiba-tiba. Bara menegang. Pelukan itu… hanya satu orang yang ta

  • AKU ISTRIMU MAS!    Bayangan di Balik Cermin

    ---Bara menatap nenek Liyana dari balik meja makan. Cahaya sore yang menembus jendela membuat keriput di wajah perempuan tua itu tampak lembut, hampir hangat. Ia sedang menuangkan teh ke dalam cangkirnya sendiri, lalu ke cangkir Bara dengan tangan yang sedikit bergetar.“Aku tahu Mas Bara suka teh yang agak pahit,” katanya, tersenyum pelan. “Masih ingat dulu kita sering minum teh di teras belakang? Kau selalu komplain kalau tehnya kebanyakan gula.”Bara terdiam, tak langsung menjawab. Ia memandang teh di cangkir, lalu meneguknya perlahan. “Iya. Aku ingat.”Nenek Liyana tertawa kecil, suaranya terdengar rapuh, tapi ada kehangatan yang aneh di dalamnya. “Kau terlalu jujur waktu itu. Tapi aku suka… aku suka Mas Bara yang jujur.”Bayu yang berdiri tak jauh di sudut ruangan hanya bisa menahan napas. Adegan itu membuat perutnya mual—bukan karena rasa jijik, tapi karena perasaan bercampur yang meletup tanpa permisi. Di satu sisi, ia lega k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status