Share

Bimbang

Penulis: Vinassa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-07 13:33:04

---

Di Taman Belakang, Pukul 04.27 Pagi

Embun masih menetes di ujung daun saat Bara melangkah cepat ke luar rumah. Kepalanya dipenuhi spekulasi: kenapa nenek Liyana bisa lolos? Siapa yang membantunya? Atau… apakah dia tak selemah yang ia kira?

Senter di tangannya menyapu tiap sudut taman, menyusuri jalur kerikil, menyusup ke balik semak bunga lavender.

Dan di sanalah dia melihatnya.

Nenek itu.

Duduk di bangku kayu tua yang menghadap ke arah bukit. Rambutnya tergerai kusut, gaunnya sedikit kotor, tapi wajahnya... damai. Terlalu damai untuk seseorang yang katanya tak bisa bangun dari tempat tidur.

“Nek!” seru Bara, langkahnya mempercepat. “Apa yang sedang Anda lakukan di sini?”

Wanita itu menoleh perlahan, lalu tersenyum.

“Aku hanya… mencari angin segar, Mas.”

Mas. Bukan “Nak”.

Bara menelan ludah. Ia duduk di sebelahnya, masih menjaga jarak. “Kenapa Anda pergi diam-diam? Pelayan pan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • AKU ISTRIMU MAS!    Kebingungan

    ---Dini HariDi Dalam MobilMeski jam menunjukkan lewat tengah malam, Bara sudah duduk di kursi kemudi, mobil terparkir jauh dari vila utama. Ia menyalakan tablet kecil yang terkoneksi ke server pengawasan perkebunan. Jemarinya cepat, tajam, seperti pikirannya malam ini.Ia membuka rekaman CCTV di sekitar kamar tamu, ruang makan, halaman belakang. Matanya menyipit saat menemukan potongan waktu ketika “nenek Liyana” berdiri sendirian di dapur, seperti sedang berbicara... tapi tak ada siapa-siapa di sekitarnya.Bara menekan pause.“Ngomong dengan siapa dia?”Lalu ia mempercepat. Ada satu bagian aneh—nenek itu masuk ke gudang kecil di belakang rumah, tempat penyimpanan alat-alat tua. Ia keluar dua jam kemudian... membawa sesuatu dalam tas plastik hitam.“Kenapa harus diam-diam? Apa yang dia sembunyikan?”Bara menuliskan waktu kejadian itu. Niatnya sudah bulat. Pagi nanti, sebelum siapa pun bangun, ia akan ke g

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • AKU ISTRIMU MAS!    Malam Pertama Yang Aneh

    ______"Siapa, kau!" Bara kaget saat mendapati seorang Nenek-nenek tengah berada di kamarnya terduduk di kursi rias. Menatap cermin."Aa ... aku ... Istrimu, Mas." Wanita yang tampak delapan puluh tahunan itu berbalik dari cermin.Sontak wajah Bara berkerut. Heran."Kau, bukan Istriku!" Bara mendekati wanita itu dari ambang pintu kamar yang baru dibukanya."Mas ... Aku Lily istrimu," ucap wanita itu parau sembari menitikkan air mata."Kau bukan Liyana!" Kini Bara semakin marah. Lantas saja ia merasa risih pada sosok wanita asing itu.Apalagi Wanita paruh baya yang mengaku sebagai Istrinya. Jelas beda! wanita yang baru di ijab olehnya tadi pagi sangat cantik dan masih muda."Aku Liyana, Mas!" Dia masih bersih kukuh. Mengaku bahwa dirinya Liyana."Tidak, kau bukan istriku!" teriak Bara kali ini sembari menggelengkan kepalanya. Wanita paruh baya itu hanya bisa menangis. Dan terus berucap bahwa dia adalah istrinya.Namun, Bara terus menolak. Merasa tidak terima."Jangan bercanda! Di mana

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • AKU ISTRIMU MAS!    Nenek Bergaun Pengantin

    ____Mereka terus saja berpandangan. Hingga dua mangkuk mie tersaji di atas meja yang baru di antarkan oleh lelaki bertubuh tambun. "Silahkan, dek, nek," ucapnya sembari menaruh mangkuk di atas meja yang membuyarkan lamunan mereka. "Iya, mas," balas cowok itu."Oh yah ... Nenek dari mana? Atau mau ke mana? Kalau mau, biar saya antarkan?" tawar cowok itu lagi "Nenek gak usah takut, aku gak gigit kok," ungkapnya lagi sembari terkekeh. Namun, wanita itu diam saja seakan tak ada yang lucu. Membuat cowok itu kini merasa canggung. Lalu, tiba-tiba saja wanita paruh baya itu memberikan selembar kertas."Nenek, mau pergi ke sini? Nanti saya antarkan. Sekarang kita makan dulu yah," tawarnya lagi. Karena jujur saja ia sudah lapar. Cacing-cacing di perutnya seakan sedang melakukan pargoy dan berdemo sedari tadi, di tambah keadaan yang masih hujan membuat ia seakan mati kutu karena kelaparan. Sesudah makan, cowok muda itu pun mengantarkan nenek yang baru di temuinya ke alamat yang ia berikan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • AKU ISTRIMU MAS!    Malam Pertama Yang Tak Tersentuh

    ____"Apa, kamu mau menikah dengan Tuan Bara?" Rusman sontak berdiri dari kursi yang terbuat dari bambu berwarna coklat."I ... iya, Pak," ucap Lily sembari menunduk.Sedangkan Fatimah hanya bisa menenangkan suaminya. Ikut berdiri lalu menyuruh lagi duduk."Tapi ... Ly, kamu itu harus sadar diri, strata kita berbeda dengan Tuan Bara. Dia itu ningrat turunan darah biru." Rusman meneguk secangkir kopi yang diberikan oleh Fatimah."Lily cinta pak sama Mas Bara." Entah, kenapa mendengar ucapan anaknya hati Rusman semakin kalut. Dia cukup sadar diri bahwa orang terpandang seperti keluarga Danendra akan malu berbesan dengan keluarganya. "Cinta, omong kosong!" Rusmana berdecih.Semilir angin yang begitu sejuk. Entah, kenapa sekarang rasanya tak ada. Hawa seakan panas. Hati Lily seakan menjerit sakit. Ia tak pernah mendengar Bapak marah, biasanya Bapak selalu menuruti kemauannya. Entah, kenapa kali ini berbeda.Suasana sekarang menjadi hening, tak ada percakapan diantara mereka. Kemudian sos

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • AKU ISTRIMU MAS!    Mencari Liyana

    Bara benar-benar sangat kesal bagaimana wanita ini bisa tahu bahwa dia ada di sini.Sebenarnya, Bara sengaja keluar dari rumah untuk pergi ke kantor. Tapi, entah kenapa keadaan yang tengah menimpanya membuat ia stress dan melajukan mobil dengan kecepatan yang tinggi. Hingga membawanya ke tempat ini. Tempat di mana ia dan Lily bertemu. Selama ini Bara di kenal dengan sosok cowok cool dan tak banyak bicara. Orang-orang juga senggan terhadapnya. Tapi, tiba-tiba saja ia bertemu dengan wanita random seperti Lily. Walaupun kata orang gadis itu lugu dan polos. Justru itulah yang membuat ia berbeda dengan wanita lain."Maaf, Tuan. Saya tak sengaja," ucap seseorang yang baru menyenggol tubuhnya secara tiba-tiba, hingga ia masuk ke dalam lumpur. Karena jalanan di kebun teh ini sangat becek sehabis hujan tadi malam. Tak lupa, keranjang bambu berisikan daun-daun teh tiba-tiba terbang lalu jatuh, tepat pada kepalanya masuk ke dalam keranjang teh itu." Aduh, apa ini! Bisa lihat-lihat gak sih!" te

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • AKU ISTRIMU MAS!    Kembali Lagi

    Bara terus saja mencari di mana sosok nenek-nenek yang ia lihat di kamarnya itu. Namun, sudah beberapa kilo meter ia tempuh, gunung yang ia daki bahkan lautan yah ia sebrangi tak kunjung ia temui.Mulai dari jalanan sekitar rumahnya, di bawah kerikil dan batu. Bahkan atas pohon juga ia naiki. Yang ada hanya wanita berdaster putih dengan rambut yang acak-acakan dan terjulur panjang, yang menutupi wajahnya tengah duduk di sana. Sembari tertawa cekikikan lalu menangis.Merasa lelah, Bara pun memutuskan untuk kembali ke rumahnya.Saat, ia baru saja masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Tiba-tiba suara bell berbunyi bersamaan dengan ketukan pintu dari luar.Bara pun kembali memutar badannya untuk membuka pintu dan menghampiri siapa orang yang malam-malam begini berkunjung ke rumahnya. Apa jangan-jangan wanita di atas pohon tadi? Seketika bulu kuduknya merinding."Assalamu'alaikum," ucap suara dari luar sana. Pertanda mungkin itu bukan makhluk jadi-jadian.Bara pun dengan cepat membuka pi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • AKU ISTRIMU MAS!    Tinggal Seatap

    "Apa ada yang sakit?" tanya Abara kini sembari melihat ke arah Nenek tua itu, yang sudah ia baringkan di atas kasurnya."Tentu saja, sepertinya pinggangku ini terkilir," ucapan wanita paruh baya itu membuat Bara geleng-geleng kepala. Dimana-mana harusnya kaki yang terkilir ini malah pinggang"Boleh minta bantuan lagi?" ucap lagi nenek itu"Apa?" "Bolehkah jika kau membantu untuk mengoleskan balsem ke pinggangku?" pintanya. Sontak membuat Bara bergidik ngeri."Saya gak jago ngurut dan cukup gak suka sama aroma balsem," terang Bara kini menolak membuat Nenek itu agak sedikit kecewa"Bara, ayolah. Aku kan istrimu, tak seharus-""Stop! Jangan mengaku anda istri saya," potong Bara kini. Akhirnya, ia buru-buru mengambil balsem di nakas dekat kasur. Ia pikir mungkin itu milik nenek itu.Dari pada lama-lama berdebat kusir, mending ia cepat-cepat mengabulkan permintaan nenek di hadapannya ini."Sebelah mana yang sakit?" tanyanya dengan acuh."Sebelah sini," balas nenek sembari membuka sedikit

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • AKU ISTRIMU MAS!    Pencarian Asisten Rumah Tangga

    Abara berjalan menuju kamar mandi sambil tetap membayangkan wajah sang nenek yang mengaku sebagai istrinya. Ia merasa kesal dan ingin segera mencari solusi.Setelah mandi, Abara sarapan dan memutuskan untuk berangkat ke kantor. Di dalam mobil, dia memikirkan rencana untuk mencari pembantu rumah tangga."Ini adalah solusi terbaik," katanya pada dirinya sendiri. "Dengan begitu, aku bisa menghindari nenek itu."*Sesampainya di kantor, Abara langsung menemui sekretarisnya, Lestari.“Lestari, aku butuh bantuanmu,” kata Abara. "Saya ingin mencari pembantu rumah tangga. Bisakah Anda membantu saya mencarikannya?"Lestari mengangguk. “Tentu saja, Tuan. Saya akan mencari beberapa kandidat yang cocok.”Setelah menerima perintah,Lestaripun segera memberitahu beberapa rekannya dan membuat loker di media sosial untuk mencari asisten Bara. Dan tak butuh waktu lama, banyak orang yang menghubungi dan melamar melalui chat pada nomor yang ia lampirkan.Ketika dirasa sudah menemukan beberapa yang tepat,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • AKU ISTRIMU MAS!    Kebingungan

    ---Dini HariDi Dalam MobilMeski jam menunjukkan lewat tengah malam, Bara sudah duduk di kursi kemudi, mobil terparkir jauh dari vila utama. Ia menyalakan tablet kecil yang terkoneksi ke server pengawasan perkebunan. Jemarinya cepat, tajam, seperti pikirannya malam ini.Ia membuka rekaman CCTV di sekitar kamar tamu, ruang makan, halaman belakang. Matanya menyipit saat menemukan potongan waktu ketika “nenek Liyana” berdiri sendirian di dapur, seperti sedang berbicara... tapi tak ada siapa-siapa di sekitarnya.Bara menekan pause.“Ngomong dengan siapa dia?”Lalu ia mempercepat. Ada satu bagian aneh—nenek itu masuk ke gudang kecil di belakang rumah, tempat penyimpanan alat-alat tua. Ia keluar dua jam kemudian... membawa sesuatu dalam tas plastik hitam.“Kenapa harus diam-diam? Apa yang dia sembunyikan?”Bara menuliskan waktu kejadian itu. Niatnya sudah bulat. Pagi nanti, sebelum siapa pun bangun, ia akan ke g

  • AKU ISTRIMU MAS!    Bimbang

    ---Di Taman Belakang, Pukul 04.27 PagiEmbun masih menetes di ujung daun saat Bara melangkah cepat ke luar rumah. Kepalanya dipenuhi spekulasi: kenapa nenek Liyana bisa lolos? Siapa yang membantunya? Atau… apakah dia tak selemah yang ia kira?Senter di tangannya menyapu tiap sudut taman, menyusuri jalur kerikil, menyusup ke balik semak bunga lavender.Dan di sanalah dia melihatnya.Nenek itu.Duduk di bangku kayu tua yang menghadap ke arah bukit. Rambutnya tergerai kusut, gaunnya sedikit kotor, tapi wajahnya... damai. Terlalu damai untuk seseorang yang katanya tak bisa bangun dari tempat tidur.“Nek!” seru Bara, langkahnya mempercepat. “Apa yang sedang Anda lakukan di sini?”Wanita itu menoleh perlahan, lalu tersenyum.“Aku hanya… mencari angin segar, Mas.”Mas. Bukan “Nak”.Bara menelan ludah. Ia duduk di sebelahnya, masih menjaga jarak. “Kenapa Anda pergi diam-diam? Pelayan pan

  • AKU ISTRIMU MAS!    Topeng yang Menyala

    Di Rumah Utama Bara menuangkan teh hangat ke dalam cangkir porselen, mengaturnya di atas nampan dengan tenang yang pura-pura. Di hadapannya, si “nenek Liyana” duduk di kursi malas, berselimut kain hangat, tatapannya penuh kasih. “Mas Bara,” panggil si nenek, lembut. “Kamu makin mirip ayahmu. Tapi lebih lembut. Lebih tulus.” Bara tersenyum tipis. “Saya cuma berusaha jadi orang baik, Bu—eh, maksud saya… kamu.” Ia masih kikuk, menyebut perempuan tua ini sebagai istrinya. Tapi sejak “Liyana” datang dalam wujud tua dan renta, semua orang di rumah menjadi lebih tenang. Seolah misteri itu telah selesai. Tapi tidak dengan Bara. Dalam diam, ia mempelajari gerak-gerik perempuan tua itu. Ia tidak bodoh. Namun, ia juga kelelahan mencari Liyana yang entah ke mana. Jadi mungkin, menerima kenyataan semu lebih baik daripada terus dihantui kehilangan. “Aku ingat pelukanmu, Mas. Dingin. Tapi selalu membuatku hangat,” ujar si nenek tiba-tiba. Bara menegang. Pelukan itu… hanya satu orang yang ta

  • AKU ISTRIMU MAS!    Bayangan di Balik Cermin

    ---Bara menatap nenek Liyana dari balik meja makan. Cahaya sore yang menembus jendela membuat keriput di wajah perempuan tua itu tampak lembut, hampir hangat. Ia sedang menuangkan teh ke dalam cangkirnya sendiri, lalu ke cangkir Bara dengan tangan yang sedikit bergetar.“Aku tahu Mas Bara suka teh yang agak pahit,” katanya, tersenyum pelan. “Masih ingat dulu kita sering minum teh di teras belakang? Kau selalu komplain kalau tehnya kebanyakan gula.”Bara terdiam, tak langsung menjawab. Ia memandang teh di cangkir, lalu meneguknya perlahan. “Iya. Aku ingat.”Nenek Liyana tertawa kecil, suaranya terdengar rapuh, tapi ada kehangatan yang aneh di dalamnya. “Kau terlalu jujur waktu itu. Tapi aku suka… aku suka Mas Bara yang jujur.”Bayu yang berdiri tak jauh di sudut ruangan hanya bisa menahan napas. Adegan itu membuat perutnya mual—bukan karena rasa jijik, tapi karena perasaan bercampur yang meletup tanpa permisi. Di satu sisi, ia lega k

  • AKU ISTRIMU MAS!    Diburu Waktu

    Bayu menatap orang di hadapannya dengan napas memburu. Sosok itu—seseorang yang seharusnya tidak ada lagi di dunia ini—tersenyum miring, seolah menikmati keterkejutannya.“Kau... siapa sebenarnya?” suara Bayu bergetar. Ia berusaha mempertahankan ketenangannya, tapi dadanya terasa sesak.Orang itu melangkah maju, cahaya redup lampu jalan menyinari wajahnya yang familiar, tapi ada sesuatu yang berbeda. Sorot matanya lebih gelap, lebih tajam.“Kau masih tidak mengenaliku, Liyana?” suaranya rendah, penuh sindiran.Bayu mengepalkan tangannya. Nama itu. Sudah lama ia tidak mendengarnya dari orang lain selain Ryven.“Kau salah orang,” jawabnya dingin. “Aku Bayu.”Orang itu terkekeh. “Oh, tentu saja. Bayu yang selalu berada di sisi Bara, kan?”Bayu merasakan hawa dingin menjalari tengkuknya. Orang ini tahu terlalu banyak.“Sudahlah, aku tidak punya banyak waktu.” Orang itu mendekat, mencondongkan tubuhnya sedikit. “Aku

  • AKU ISTRIMU MAS!    Kebenaran yang mengguncang

    Bayu menarik napas dalam-dalam, matanya menyipit saat menatap layar ponsel. Ia menggigit bibirnya, jemarinya sedikit gemetar. Pesan itu seperti pisau bermata dua. Jika ia menemui orang itu, bisa saja ini jebakan. Tapi jika tidak, nyawanya dan orang-orang yang ia lindungi bisa berada dalam bahaya.Dengan hati-hati, ia mengetik balasan.“Aku akan datang.”Setelah mengirim pesan itu, Bayu merasakan debar jantungnya semakin kencang. Ia harus mempersiapkan diri. Tidak ada jaminan bahwa pertemuan ini akan berjalan aman. Ia tidak tahu siapa yang mengiriminya pesan, tapi satu hal pasti—orang itu mengetahui identitasnya.Bayu berdiri, berjalan menuju jendela dan mengintip ke luar. Jalanan tampak lengang, hanya lampu jalan yang redup menerangi trotoar. Dalam keheningan itu, ia merasa ada sepasang mata yang mengawasinya dari kejauhan.Ia menoleh ke belakang, memastikan pintu kamar terkunci. Bara masih di atas, mungkin sudah terlelap. Ia tidak bisa membiarkan siapapun, terutama Bara, mengetahui p

  • AKU ISTRIMU MAS!    Penyamaran yang terancam

    Langkah mereka semakin cepat, menyelinap dalam bayang-bayang malam yang kian pekat. Bayu merasakan detak jantungnya menghentak di dadanya, seakan memberinya peringatan. Setiap langkah terasa berat, bukan karena kelelahan, melainkan karena beban keputusan yang harus ia hadapi.Di persimpangan jalan yang remang, Ryven tiba-tiba menarik lengannya, membuat Bayu nyaris kehilangan keseimbangan.“Tunggu,” bisik Ryven, matanya menyipit ke arah sudut jalan. “Ada yang mengawasi.”Bayu menahan napas, otaknya langsung bekerja cepat. Pandangannya mengikuti arah tatapan Ryven—dan benar saja. Di kejauhan, di balik tembok tua yang hampir tertutup bayangan, ada seseorang berdiri. Siluetnya samar, tapi jelas orang itu memperhatikan mereka.“Siapa dia?” bisik Bayu, tangannya refleks meraba sesuatu di sakunya—bukan senjata, tapi sekadar memastikan dirinya siap menghadapi apa pun.Ryven tak langsung menjawab. Ia merogoh ponselnya, berpura-pura mengecek sesuatu, lalu berbisik pelan, “Jangan bereaksi berleb

  • AKU ISTRIMU MAS!    Jejak di balik bayangan

    Bayu berlari menyusul Bara, napasnya tersengal. Jantungnya berpacu bukan hanya karena langkahnya yang cepat, tapi juga karena ketakutan yang menyesakkan dada. “Pak Bara!” serunya, tapi pria itu terus berjalan tanpa menoleh. Langkah Bayu terhenti di depan pintu rumah yang sudah terbuka lebar. Ia menatap punggung Bara yang berdiri di tengah ruangan, tubuhnya tegang, seolah menahan amarah yang siap meledak kapan saja. “Pak Bara…” suara Bayu melemah, tapi Bara tiba-tiba berbalik, membuat Bayu terkejut. “Kau tahu sesuatu, kan?” Suara Bara terdengar parau, matanya menyala. “Tentang nenek itu. Tentang hasil tes. Apa yang kau sembunyikan dariku?” Bayu menggigit bibir. “Saya… saya tidak tahu apa yang Bapak maksud.” “Jangan bohong!” Bara membanting meja di depannya, membuat Bayu tersentak. “Sejak awal kau selalu mencurigakan! Kenapa kau begitu peduli dengan hasil tes itu? Siapa kau sebenarnya, Bayu?”

  • AKU ISTRIMU MAS!    Diambang Kebenaran

    Bayu duduk memeluk lutut di lantai kamar yang dingin. Nafasnya bergetar, dada terasa sesak, dan pikiran berkecamuk. Suara langkah Bara yang menjauh terdengar begitu menyakitkan. Ia ingin mengejar, ingin memohon agar Bara mendengarkannya, tapi tubuhnya terasa berat.Aku harus melakukan sesuatu. Aku tidak bisa diam saja.Bayu menghapus air mata yang menggenang di pipinya. Ia merogoh ponsel dari saku, menatap layar yang buram karena tangannya gemetar. Jarinya mengetik pesan cepat untuk Ryven.“Aku butuh bantuanmu. Cari tahu siapa yang memanipulasi hasil tes DNA itu.”Pesan terkirim. Bayu menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Matanya terpaku pada bayangan dirinya di kaca jendela kamar. Wajah pucat itu terasa asing. Mata sembab dan bibir yang gemetar membuatnya terlihat begitu lemah.Tiba-tiba, suara dering ponsel memecah keheningan. Bayu buru-buru mengangkatnya. “Ryven?”“Aku sudah menduga kau akan bilang begitu.” Suara Ry

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status