Beranda / Rumah Tangga / AKU BUKAN MENANTU IMPIAN / Part 1. Mertua dan iparku.

Share

AKU BUKAN MENANTU IMPIAN
AKU BUKAN MENANTU IMPIAN
Penulis: Anjani

Part 1. Mertua dan iparku.

Penulis: Anjani
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-24 14:18:26

AKU BUKAN MENANTU IMPIAN

Part 1. Mertua dan iparku.

Walau tinggal berjauhan, aku masih sering mendengar keluh kesah ibu mertuaku. Kami merantau ke Jakarta, sedang mertua tinggal dikampung halaman. Ia selalu berkabar pada suamiku tentang tingkah polah anak perempuannya atau biasa kusebut adik ipar. Anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan di antara empat saudara. Setetelah menikah dan punya seorang anak, dan masih tinggal di rumah orangtua. "Suaminya itu malas banget. Kerjaannya main burung melulu. Nggak mikir cari uang, nggak mikir cari makan buat anak istri. Boro-boro ngasih uang buat orang tua, buat diri sendiri juga nggak mampu,"curhatnya pada suamiku via telfon."Makan darimana dia Bu kalo ngga kerja?" tanya mas Ridwan.

"Ya dari ibulah. Laki pemalas gitu kok di belain terus!"cerocos ibu mertua.

"Padahal udah ibu suruh pisah aja. Mumpung anak baru satu."Ya begitulah. Setiap hari kudengar keluhannya. Tak pernah ada kabar indah dari bibir wanita itu, walau hanya sekata. Bukankah yang di ceritakan itu anak kandungnya? Anak kesayangannya, yang setau ku begitu dimanjakan. Tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci bajunyapun yang melakukan bapak atau ibu mertua. Ipah tidak mendapatkan pendidikan yang seharusnya dari dalam keluarga. Karena dia adalah si Bontot dan anak perempuan satu satunya.Itu dulu waktu Ipah masih perawan. Belum punya tanggungjawab apa apa. Sebelum ia menikah.

Sekarang semua sudah harus berubah. Ipah sudah berkeluarga. Tapi, kebiasaannya belum berubah, masih pemalas. Bahkan di tambah punya suami yang berkarakter sama. Tidak punya inisiatif untuk hidup mandiri. Setidaknya mencari nafkah untuk keluarga kecilnya. Semua masih mengharap pemberian orangtua, dalam segala hal. Yang pasti menambah beban keluarga Mertuaku.Itu mungkin yang membuat ibu Mertua berkeluh kesah setiap hari. Curhat, walau jarak jauh dengan suamiku.

"Sabarlah Bu," kata mas Ridwan menenangkan dan mengakhiri keluhan ibunya.

" Besok aku transfer."

Hening suara sang Ibu, setiap mendengar kata transfer. Mungkin sedikit lega bisa membantu kebutuhan hidup di kampung, yang berat menanggung beban keluarga Ipah.

Tapi begitulah, Mas Ridwan paling rajin memberi uang untuk Ibunya.

"Paling juga buat kasih makan Ipah dan suaminya yang pemalas itu," ucap ibu mertua.

"Ya buat apa ajalah. Yang penting Ibu punya uang."

Begitulah suamiku. Tak pernah sayang bila untuk keluarganya. 'Tapi tak apalah. Mumpung punya rejeki, pikirku.

***

Singkat cerita, terjadilah perselisihan yang cukup rumit antara mertua dan Ipah. Ipah nekat minggat bersama suami dan anaknya dan pulang ke kampung suami, di Pulau Gadung , Jakarta.

Begitu juga kehidupan ku, ikut berubah. Usaha suamiku bangkrut. Harta yang ku punya habis untuk menutup hutang, bahkan uang simpananku dari usaha buka salon kecil kecilan, yang sedianya akan ku gunakan untuk tambahan membeli rumah ikut amblas tak tersisa.

"Kita harus pulang kampung ya Dek," kata mas Ridwan.

"Tapi Mas, apa ibu mu bisa terima aku. Sedangkan dengan Ipah anak kandungnya aja dia nggak bisa akur. Bagaimana dengan aku yang Mas tau berkarakter keras," kataku ragu.

"Ya, kan tau sendiri. Ipah itu lakinya pemalas. Makan aja nggak bisa sendiri. Nganggur seumur umur. Sudah 5 tahun tinggal di kampung nggak bisa apa apa. Kalo aku kan pekerja keras Dek. Aku mau kerja apa aja demi keluarga kita. Mungkin rejeki kita bukan di sini, tapi di kampung. Ibu aku tuh sebenarnya baik banget. Kamu aja yang jarang ketemu," terang mas Ridwan panjang lebar.

Akhirnya aku turuti keinginan suamiku. Apalagi ku dengar ibu mertua mulai sering sakit sakitan semenjak bapak mertuaku meninggal.

Hitung-hitung cari ladang pahala ngurusin mertua yang sudah mulai renta. Usianya sudah senja, 70 tahun.Dan tinggal sendiri pula.Bagaimana kalau terjadi sesuatu?

Dari sinilah drama kehidupanku di mulai.

Bersambung,,

Bab terkait

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 2.Mertua ku ternyata matre.

    Aku Bukan Menantu ImpianPart 2.Mertua ku ternyata matre.Akhirnya, di sini lah, di kampung halaman suamiku, di rumah ibu mertuaku.Aku dan kedua anakku di boyong suami ke kampungnya. Bermodal sedikit uang yang masih tersisa, kami ingin membangun kehidupan yang mungkin lebih layak.Mulanya, ibu mertua begitu antusias menerima kedatangan kami. Mungkin karena selama ini hidup seorang diri di rumahnya yang luas itu. Mungkin juga karena tak mampu menahan rasa sepi di kehidupannya yang memang telah senja.Banyak senyum dan tawa kita lalui. Aku sedikit mampu melupakan rasa keterpurukan ku. Aku bersyukur mempunyai mertua seperti dia."Kerasan tinggal di sini Mba?" tanya Mira tetangga depan rumah."Kerasan lah Mir, mau ngapain lagi," jawabku."Mertua Mba Yani ini kan aduhai," timpalnya sambil melirik Dewi, saudara sepupu Mas Ridwan.Keduanya tersenyum kecut, sambil menoleh ke arahku."Emang kenapa sih?" aku sedikit penasaran dengan ucapan mereka, ditambah raut wajah aneh mereka."Nanti Mba Ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-24
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 3. Perdamaian yang hanya berjalan tiga bulan.

    Aku Bukan Menantu Impianpart 3. Perdamaian yang hanya berjalan tiga bulan."Fara, kamu bawa uang tiga ribu aja ya," ucapku pagi itu ketika mereka akan berangkat sekolah." Ini tinggal dua ribu untuk adik mu."Fara tidak menjawab, hanya saja mukanya masam dan ditekuk."Iya dah, Fara pergi, Assalamualaikum," pamitnya."Waalaikumsalam," jawabku.Fara berangkat sekolah di antar Mas Ridwan, dengan motor butut, harta peninggalan kami yang tersisa.Sementara si bontot sekolah dengan jalan kaki setelah aku beri uang jajan dua ribu rupiah, sekolahnya dekat.Aku pandangi kepergiannya. Lima ribu rupiah memberi kehidupan dan cerita tersendiri dalam hidup baru kami. Aku masih ingat sisa uang 15 ribu yang di pegang Ibu. Mungkin ibu sudah tak mengingatnya lagi.****Beberapa hari, aku berpikir keras. Aku tidak tega melihat anak anakku. Untuk mendapatkan uang jajan ke sekolah pun sangat sulit. Hingga aku berpikir untuk membuka kembali usaha salonku yang kebetulan alat alatnya masih lengkap. Aku ingi

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-24
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 4.Awal Corona.

    Aku Bukan Menantu ImpianPart 4.Awal Corona.Suamiku mendapat pekerjaan merupakan kabar yang menggembirakan bagiku. Setidaknya ada sedikit harapan untuk membayar utang bank tiap bulannya, juga untuk ongkos sekolah kedua anakku, dan untuk kami makan sehari hari.Beberapa bulan kemudian memang mas Ridwan kerja di kandang ayam seperti yang telah di katakan padaku. Sementara aku masih tetap menekuni usahaku buka salon potong rambut.Usaha kecil kecilan.Kadang ada langganan datang satu atau dua orang.Tapi kadang tak satupun yang datang. Bahkan sampai berhari-hari.Tak apalah.Namanya juga baru buka usaha, apalagi di tempat yang baru juga.Cobaan belum selesai. Wabah Corona datang menimpa seluruh penjuru dunia. Usaha kandang ayam di mana suami ku bekerja tutup. Katanya untuk sementara waktu saja. Karena ayam hasil panen tak bisa terjual ke luar daerah, akibat PPKM. Akhirnya merugi. Hasil panen di jual dengan harga yang sangat murah untuk menutupi biaya operasional. Itupun tidak tertutup sem

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-24
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 5.Ketika suami kembali kerja.

    Aku Bukan Menantu Impian Part 5.Ketika suami kembali kerja.Beberapa bulan telah berlalu. Kisah menantu dan mertua bergulir seperti biasa.Tak ada yang istimewa, tak ada pula yang berubah.Hubungan Ibu dan Ipah nampaknya sudah membaik.Terlihat beberapa kali ibu menerima telfon dan juga mengirim uang untuk Ipah. Suami lpah tidak bekerja. Hanya Ipah yang bekerja sebagai ART. Tentunya tidak cukup untuk makan dan bayar kontrakan. Karena itulah Ipah menelpon ibunya untuk minta kiriman uang. "Biasanya yang dari Jakarta kirim uang untuk yang di kampung. Tapi ini terbalik. Yang di kampung kirim uang untuk yang di Jakarta," nyinyiran dan sumpah serapah mertuaku. Masalah sumpah serapah tentu Ibu belum berubah. Masih seperti biasanya.Kondisi negeri sampai saat ini belum juga pulih.Tapi Setidaknya, ada sedikit kelonggaran peraturan, yang diberikan pemerintah, demi berjalannya roda perekonomian.Mas Ridwan kembali bekerja di tempat semula. Ekonomi keluarga kecilku ikut bergerak. Walau sedikit, M

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-24
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 6. Ipah purik.

    Aku Bukan Menantu Impian.Part 6. Ipah purik.Pukul 06.30. Mobil travel yang di tumpangi Ipah berhenti tepat di depan rumah Ibu mertua. Ipah pulang bersama tiga orang anaknya. Sementara tiga lainnya tinggal di Jakarta bersama suami dan mertua Ipah.Aku tersenyum menyambutnya, dan sedikit berbasa basi. ."Sehat Mbak?" Ipah menyalami tanganku dengan senyum terukir di wajahnya"Alhamdulillah sehat,"jawabku singkat. Ada yang berubah dengan Ipah. Ia mau menegurku lebih dulu. Bahkan menyalamiku. Berbeda ketika terakhir kali kami bertemu. Ia tak mau bicara kalau aku tak mengajaknya bicara. Bahkan ketika aku basa basi bertanya, ia hanya menjawab sekenanya. Lebih banyak diam tak menjawab.Mungkin, karena sekarang aku sudah punya rumah sendiri. Sudah tinggal pisah dari Ibunya, dan merasa ia tak bisa lagi menindasku, fikirku.Aku bawakan jajanan untuk anak-anak Ipah. Yang paling kecil umur setahun, kemudian tiga tahun dan yang paling besar, sekitar lima tahun.Kemudian aku tinggalkan Ipah ketik

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-24
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 7, Balas dendam.

    Aku Bukan Menantu Impian.Part 7, Balas dendam.Sudah bebera hari Mas Anton dan Mas Heru pulang. Sebelum pulang, mereka berdua meninggalkan uang kepada Ipah untuk keperluan Ibunya. Mas Ridwan pun, sekarang tidur di rumah Ibu. Untuk berjaga-jaga, katanya.Dan pagi sebelum berangkat kerja, Mas Ridwan menyempatkan diri untuk malihat Ibunya. Memastikan sarapan untuk Ibu."Dek nanti tolong bikinkan Ibu sayur bening bayam ya," kata Mas Ridwan sekembalinya dari kamar Ibu."Lha Mas,kan selama ini Ibu juga nggak doyan masakan ku, masa aku masak buat ibu, nanti malah di buang seperti biasanya. Kan sayang. Sekarang apa apa mahal," cerocosku. Memang selama ini Ibu nggak pernah mau makan masakan ku. Setiap aku masak apapun, jika Ibu aku kasih, akan di kembalikan padaku. Satu,dua bahkan mungkin sudah lebih dari puluhan kali. Mungkin dia nggak doyan atau gengsi makan masakan ku, orang yang selalu di caci makinya. Menantu yang tak pernah di anggap. Karena aku bukan menantu impiannya.Sekali dua kal

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 8. Ketika tak ada lagi kiriman.

    Aku Bukan Menantu Impian.Part 8. Ketika tak ada lagi kiriman.Benar saja, beberapa hari ini, banyak tamu yang datang. Tetangga kanan kiri rumah, ada juga saudara jauh. Bawaan mereka banyak dan bermacam macam. Selain berbagai bahan makanan ada juga yang membawa amplop yang pastinya berisi uang.Ipah yang menerima dengan suka cita. Seperti terima amplop kondangan, layaknya.Beberapa hari ini, Ipah bisa belanja banyak dengan uang itu. Juga jajanan untuk ketiga anaknya yang terlihat meriah.Beberapa bulan sudah berlalu , Ibu beberapa kali menjalani terapi dan pengobatan.Tapi belum ada perkembangan yang signifikan. Sementara Mas Anton dan Mas Heru sudah tidak lagi kirim uang.Untuk makan atau berobat Ibu, terpaksa Mas Ridwan membiayai semuanya sendiri.Biayanya tidak sedikit. Sangat besar untuk ukuran keluargaku. Kadang juga Mas Ridwan harus kasbon, hingga saat ditotal gaji Mas Ridwan tidak seberap sisanya, dan anak anak mulai protes pada ayahnya." Yah, kalau uang kita buat berobat N

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 9. Aku memaafkan mertuaku.

    Aku Bukan Menantu Impianpart 9. Aku memaafkan mertuaku.Masih enggan rasanya membantu Ipah dalam kekurangannya. Ia berkeluh kesah karena sudah tak punya uang lagi. Walaupun Mas Ridwan beberapa kali memintaku untuk membantunya, tapi rasa sakit hati yang bertahun tahun ku rasakan membuat hatiku membatu. Aku tersenyum melihat ia hidup dalam kesusahan. Seperti biasa, aku memang bertugas untuk mengantar makan siang untuk Ibu. Sayur bening bayam. Itu sayur andalanku untuk sang MertuaSuatu hari, Ibu bosan dengan menu yang ku sajikan. Ibu minta lauk yang lain. " I...kann.... a....yyaam." katanya terpatah patah." Mau ikan sama ayam ? Minta saja sama tetangga. Kali aja ada yang mau ngasih. " jawabku judes." Bukannya Ibu dulu rajin kasih makanan ke tetangga, apa Ibu pernah memberi makanan kepada saya. Apa Ibu ngga berfikir kalau suatu hari Ibu butuh tenaga saya juga?"" Sudah untung aku mau menuruti perintah Mas Ridwan, membawakan makanan, malah minta yang lain. Minta Ipah sana."Aku men

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08

Bab terbaru

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part71. Anton pulang kampung.

    Aku Bukan Menantu Impian part71. Anton pulang kampung.Mama Yani dan ayah Ridwan juga Fara menyambut kedatangan sang tamu.Tpi mereka sempat heran. Bawaan keluarga ini banyak sekali."Begini, Ridwan dan Yani, sebelumnya saya minta maaf," ucap Anton ketika mereka sudah duduk di ruang tamu. "Sebenarnya saya akan pindah kekampung ini lagi. Sejak saya kena PHK, saya sudah tidak bekerja lagi. Rumah saya sudah di jual. Jadi saya membawa keluarga saya untuk tinggal di sini."Mereka semua terkejut dengan keputusan Anton. Mereka dulu yang ngotot menjual rumah dan sawah milik orangtuanya untuk biaya kuliah anaknya dan untuk membeli mobil. Sekarang mereka sudah tak punya apa-apa lagi di kampung. Tapi malah mau tinggal di kampung. Mobil mereka juga sudah terjual."Ya, sudah. Enggak papa. Untuk sementara waktu, kalian tinggal di sini," ucap ayah Ridwan."Tapi, gimana ya. Kita nggak ada kamar lagi," tutur mama Yani ragu.Meskipun kamar Fara dan Novi akan sering kosong karena kemungkinan juga merek

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 70, Novi menikah.

    Aku Bukan Menantu Impian part 70, Novi menikah.Menyadari perubahan sifat mertuanya, hati Fara makin berbunga. Wanita itu kini memang berubah lebih perhatian pada Fara dan kedua anaknya. Seminggu sekali Bu Manda pasti datang dengan berbagai alasan. Membawa segala macam makanan untuk Galih dan Gania. Fara juga dapat jatah. Bu Manda sering membawakan Fara berbagai macam olahan ikan gurame. Kadang di asama manis, kadang di goreng, kadang juga di bakar. Bahkan sekarang, pak Angga sudah membuat kolam ikan di belakang rumah. Supaya tidak perlu membeli jika ingin masak ikan.Walau begitu memang perhatian Bu Manda lebih cenderung ke Gania. Maklumlah, Bu Manda tak punya anak perempuan. Jadi kasih sayangnya di tumpahkan untuk cucu perempuan nya. Setiap datang selalu saja membawa baju yang cantik buat Gania. Katanya modelnya lucu lucu. Sedang untuk galih, hanya sesekali Bu Manda memberikannya. Kata Bu Manda modelnya bikin bosan. Itu itu saja. Ya, memang itu adanya. Tapi sudahlah. Tak apa. Ba

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 69. Dua hari di rumah mertua.

    Aku Bukan Menantu Impian part 69. Dua hari di rumah mertua.Besok hari Minggu. Jadi hari ini mereka akan menginap. Dari pagi hingga siang hari rumah pak Angga memang ramai. Dua orang cucunya sudah membuat kedua kakek nenek itu heboh.Galih begitu senang bisa berlarian dengan riang. Sedang Gania lebih banyak tidur. Bik Sumi uplek saja di dapur. Banyak sekali yg akan di masaknya hari ini. Gurame asam manis, goreng ayam. Soto juga sudah di siapkan bumbunya untuk besok. Semua adalah masakan kesukaan Andi dan Fara. Hari ini mereka di jadikan tamu istimewa atas perintah Bu Manda. Bu Manda juga tak pernah jauh dari Gania. Di dekapnya sepanjang hari. Hanya akan di serahkan pada Fara jika sedang ingin menyusu saja.Fara juga tidak boleh mengerjakan apapun. Setelah menoyusui Gania ia hanya boleh menonton tv dan tiduran. Kalau terlihat membantu bik Sumi, maka Bu Manda akan ngomelin bik Sumi. Pokoknya kontras dengan sikap Bu Manda beberapa waktu yang lalu.Sedang pak Angga juga sibuk dengan Gali

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 68. Bersatunya menantu dan mertua.

    Aku Bukan Menantu Impian part 68. Bersatunya menantu dan mertua.Silih berganti hari hari datang dan pergi. Kehidupan Fara berlalu dan mengalir begitu saja. Dua bulan kini usia Gania.Dua bulan juga lamanya Bu Manda tak menampakkan diri di hadapan Fara. Sedangkan mama Yani, ayah Ridwan juga Novi hampir setiap minggu mereka menjenguk Galih dan Gania. Keduanya tumbuh dengan lucu.Suatu pagi, di mana Andi sedang menikmati hari bersama istri dan kedua anaknya.Ponsel Andi berbunyi nyaring."Asalamualaikum ayah," sapa Andi melihat nama ayah nya di layar handphone."Waalaikum salam. Andi, bisakah kamu datang dengan istri dan anak anakmu, ibumu sedang sakit. Tapi nggak mau di bawa kerumah sakit. Dia hanya ingin di tengok kamu,""Yah, maaf ya. Ibu hanya menginginkan Andi. Sementara Andi sekarang sudah beristri dan punya anak. Kalo ibu tak menginginkan keluarga Andi, berarti ibu tak perlu berharap kedatangan Andi. Andi nggak bisa ninggalin mereka, Yah. Mereka tanggung jawab Andi,""Makanya

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 67. Gania Putri Anggara

    Aku Bukan Menantu Impian part 67. Gania Putri Anggara Beberapa menit yang lalu, ponsel Andi yang di silent itu bergetar. Tapi saat itu masih jam kerja. Andi mengacuhkannya.Sekarang sudah jam istirahat. Andi sudah duduk di kantin untuk makan siang. Ia juga sudah pesan makanan yang di inginkan. Hari ini hari pertama masuk kerja sejak pulang dari rumah sakit. Kondisinya juga sudah cukup baik. Biaya rumah sakit kemarin menguras seluruh uangnya. Untung ayah Ridwan dan ayahnya ikut membantu. Kalau tidak, mungkin uangnya sendiri tidak akan cukup untuk membiayai biaya mereka berdua. Untuk saat ini, Andi memang belum mau menggunakan uang istrinya. Walau ia tau tabungan Fara juga cukup lumayan karena usahanya maju akhir akhir ini.Mengingat sekarang sudah tambah anak berarti tambah pula biaya hidupnya. Semangat kerja Andi pulih berkali lipat. Walau baru kemarin pulang dari rumah sakit ia juga tak mau berlama-lama libur.Andi mengambil ponselnya dan membukanya. Sebuah pesan wa masuk dari

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 66. Pulang.

    Aku Bukan Menantu Impian part 66. Pulang.Novi mengambil Galih dari gendongan Andi."Kak Fara sudah siuman ya?" tanya Novi."Iya. Sudah. Tau dari mana?""Ayah yang telpon,""Apa nggak papa Galih kita bawa masuk keruang ibunya?""Nggak papa kak. Sebentar saja. Kasian dia kangen ayah ibunya. Galih nanyain kalian terus. Tapi untung dia nggak rewel, pintar lho dia. Sepertinya ngerti ayah ibunya dalam kesusahan,""Oh iya. Kamu pintar ya nak? pinter lah. Kan sudah punya adik. Itu adik nak,"Andi menunjukkan pada Galih kalau di dalam sana ada adiknya. Lucunya anak itu malah tak merespon, membuat Andi gemas sendiri. Di ciumnya kembali anak sulungnya itu. Tak percaya sudah punya anak dua. Sepasang lagi. Siapa yang tak bahagia cobak?"Kita jenguk kak Fara," usul Novi."Ayok,"Di depan ruang rawat Fara mama Yani, ayah Ridwan dan pak Angga sudah ada di sana. Sepertinya mereka baru keluar dari ruangan rawat Fara."Sudah tengok kak Fara?" tanya Novi."Sudah, tapi tak boleh lama lama. Waktunya di

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 65. Cucu perempuan.

    Aku Bukan Menantu Impian part 65. Cucu perempuan.Mendengar kabar itu, semua bisa meloloskan napas. Sedikit lega. "Alhamdulilah," ucap mereka serempak."Bagaimana dengan ibunya dokter?" tanya Andi."Maaf, untuk saat ini ibu Fara belum sadarkan diri, karena pendarahan. Bayinya bisa di jenguk di ruang inkubator, sementara Bu Fara masih di UGD,"Bagai di sambar petir rasanya. Tubuh Andi luruh, duduk lemas di kursi roda. Ia menggeleng beberapa kali. Berusaha menolak kebenaran. Tapi kejadian ini benar-benar nyata adanya. Begitu juga mama Yani yang nampak tak setegar ayah Ridwan."Tolong siapkan juga pendonor darah, karena kemungkinan persediaan darah di rumah sakit tidak cukup.""Baik, dokter," ayah Ridwan yang menjawab.Andi sudah lemah lunglai. Menangis pun ia sudah tak malu lagi. "Kamu harus sabar," pak Angga memeluk putranya mencoba memberi kekuatan.Begitu juga Bu Manda mengelus punggung Andi. Mama Yani terduduk di lantai. Seluruh persendiannya rasa lepas. Airmatanya sudah tumpah

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 64. Melahirkan anak perempuan

    Aku Bukan Menantu Impian part 64. Melahirkan anak perempuan Tok, tok, tok.Mama Yani sambil mengucek matanya yang sangat mengantuk membuka pintu kamarnya. Ia sangat terkejut melihat Fara yang nampak kacau dengan berurai airmata."Fara, ada apa? Galih rewel?"karena memang sejak tadi Galih yang rewel, maka di pikiran mama Yani hanya Galih."Galih enggak papa, ma. Kak Andi kecelakaan,""Hah, apa?!""Kak Andi kecelakaan ma,""Kecelakaan? di mana?""Sekarang di rumah sakit sehat mulia, tolong ayah antar aku kesana ya, ma,""Iya, iya. Kamu siap siap biar di antar ayah. Biar mama yang jaga Galih,"Sementara, Fara bersiap mengambil kerudung bergo dan memakai jaket tebal, mama Yani membangunkan suami nya.Rumah sakit sehat mulia memang agak jauh. Jika di tempuh menggunakan motor dan keadaan sepi begini memakan waktu sekitar dua puluh menit.Tanpa banyak bertanya ayah Ridwan mengeluarkan motornya. Sambil memakai jaket dan mengenakan helm. Sepanjang jalan Fara menangis. Tak henti hentinya

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 63. Lukanya Fara.

    Aku Bukan Menantu Impian part 63. Lukanya Fara.Perih, itu yang di rasakan Fara. Kenapa wanita itu selalu memojokkan dan menyalahkan. Siapa yang ingin buru buru hamil. Tak ada juga yang mau.Fara hanya menghapus airmatanya. Andi pun hanya bisa terdiam."Maaf," hanya itu kata kata yang ia ucapkan. Sudah terlalu sering. Ia takut Fara bosan dengan itu semua. Ibunya tak pernah berubah. Selalu membuat suasana menjadi runyam.Bagi Fara, lukanya sudah membekas begitu dalam. Bahkan sudah meninggalkan trauma. Sedangkan Andi juga sebanarnya sudah tak kuat dan ingin melawan tapi tetap takut di sebut anak durhaka."Sudah kak. Nggak papa kok," bahkan Fara yang sudah terluka, yang kini menghiburnya."Iya dek. Makasih,"Galih sudah terdiam tak lagi menangis sejak neneknya keluar rumah. Harusnya seorang nenek itu menyayangi cucunya. Bukan menakuti. Apa mungkin galih akan menganggapnya seorang nenek? Mungkin saat ini anggapan itu tak penting. Tapi manusia ada masanya. Masa di mana seseorang akan me

DMCA.com Protection Status