Share

Part 4.Awal Corona.

Penulis: Anjani
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-24 14:18:59

Aku Bukan Menantu Impian

Part 4.Awal Corona.

Suamiku mendapat pekerjaan merupakan kabar yang menggembirakan bagiku. Setidaknya ada sedikit harapan untuk membayar utang bank tiap bulannya, juga untuk ongkos sekolah kedua anakku, dan untuk kami makan sehari hari.

Beberapa bulan kemudian memang mas Ridwan kerja di kandang ayam seperti yang telah di katakan padaku. Sementara aku masih tetap menekuni usahaku buka salon potong rambut.

Usaha kecil kecilan.Kadang ada langganan datang satu atau dua orang.Tapi kadang tak satupun yang datang. Bahkan sampai berhari-hari.

Tak apalah.Namanya juga baru buka usaha, apalagi di tempat yang baru juga.

Cobaan belum selesai.

Wabah Corona datang menimpa seluruh penjuru dunia. Usaha kandang ayam di mana suami ku bekerja tutup. Katanya untuk sementara waktu saja. Karena ayam hasil panen tak bisa terjual ke luar daerah, akibat PPKM. Akhirnya merugi. Hasil panen di jual dengan harga yang sangat murah untuk menutupi biaya operasional. Itupun tidak tertutup semua.

Suamiku kembali menganggur. Sementara akibat dampak Corona, warga desa menerima dana BLT. Bantuan Langsung Tunai dari pemerintah.Setiap KK yang terdampak mendapat uang 600 ribu tiap bulan.Begitu juga Ibu Mertua.

Tapi tidak dengan ku. Aku belum menjadi warga desa di mana aku bertempat tinggal saat ini, karena belum selesai pengajuan pindah KK.

Bertepatan dengan bulan Ramadan, keluargaku benar benar berpuasa. Jangankan untuk membeli makanan berbuka puasa, untuk membeli sekilo beraspun kadang tak ada.

Jangan di tanya rasanya, saat ekonomi keluarga ku benar benar ada di titik nol. Sementara keluarga lain mendapatkan bantuan dari pemerintah, aku tidak mendapatkan apapun dan dari manapun. Kesulitan yang luarbiasa, yang harus keluarga kecilku alami.

Penduduk warga desa yang lain, dengan penuh semangat dan berseri seri mendatangi Balai Desa untuk mengambil uang bantuann. Kapan lagi mendapat uang sebanyak itu. Tunai dan gratis lagi. Setelahnya, mereka berbondong bondong pergi ke pasar membeli sembako dan keperluan yang lain. Begitu juga Ibu Mertua.

Tapi, Ibu tidak membawa apapun ketika pulang. Ku lihat sekilas ada yang berkilau di jemarinya.Yang berarti Ibu hanya membeli cincin dengan uang bantuan itu, karena memang Ibu tidak kekurangan kalau hanya soal sembako. Sangat kontras dengan kehidupan keluargaku.

Ya Allah, seandainya aku dapat uang sebesar itu, pasti aku akan membeli beras, minyak goreng, bawang merah, bawang putih dan keperluan makan untuk anak-anak ku. Sederhana.Tapi begitu mustahil untuk terwujud.

Aku masih terus berhayal.Tak terasa air mataku mengalir.

'Ya Allah, berilah aku kekuatan dan kesabaran menghadapi cobaan ini, doaku.

Beberapa hari kemudian, kulihat Ibu mertua membereskan dapur. Membawa meja kecil dan membawa kompor satu tungku. Juga sebuah tabung gas ukuran tiga kilo.

"Saya mau masak sendiri," ujarnya.

"Namanya juga satu orang ngelawan kalian berempat ya saya yang kalah."

Rasa tak enak kurasakan.

Bagaimana kalau tetangga melihat ini. Orang tua yang sudah cukup renta, masak aja harus sendiri, batinku. Apa yang dipikirkan orang tentang aku, menantu seperti apa aku.

Tapi sebodo amatlah. Itu maunya kok. Bukan mauku.

Tapi bilang apa dia tadi.Orang satu lawan empat ya kalah. Kalah apanya? Kalah banyak makannya? Ya Allah Bu bu. Ibu juga ngga pernah beli apa apa semenjak Mas Ridwan bekerja.Bayar listrik dan sebagainya ibu tidak pernah mau tau. Mungkin Ibu takut uangnya termakan aku atau anak anakku.

Lagi pula mereka cucumumu Nek, pikirku. Apa Kau merasa rugi?

"Ya ga papa Bu. Yang penting Ibu seneng," jawabku.

Beberapa hari kemudian, Dewi keponakan Mas Ridwan menghampiriku.

"Di beliin apa Mba sama Bu De?" tanyanya.

"Beli apa sih Wi?" aku balik bertanya.

"Kan Bude abis terima uang sewa sawah. Masa ngga di beliin apa apa?"

"Oooo. Mungkin abis buat beli kompor dan gas. Sekarang masak sendiri Wik."

"Yahhhh. Masa duit lima juta ngga ngasi cucunya. Ini bulan puasa lagi. Emang dia super pelit Mba orangnya."

" Biarlah Wik. Aku dah mulai terbiasa ngadepinnya,"jawabku.

Itulah mungkin yang di katakan para tetangga ketika aku baru tinggal di sini. Pelitnya sudah pasti. Bahkan jajanpun di umpetin di balik bajunya. Kalau makan di dalam kamar.Tapi aku tak pernah ambil pusing. Aku tak pernah memikirkan nya. Bahkan anaku pun sepertinya sudah sangat biasa dengan kelakuan Neneknya.

Walau aku berfikir, tidak seharusnya Ibu berbuat seperti itu. Boleh benci bahkan pelit padaku. Tapi tidak dengan anak anakku. Mereka cucunya. Masih darah dagingnya. Aku takut mereka akan membenci neneknya, hingga kelak nanti dewasa.

Tapi, kembali aku ingat Ipah anak bontotnya, yang pergi meninggalkannya. Minggat kekampung suaminya karena selalu bermusuhan dengan Ibunya. Ipah anak kandungnya. Lahir dari rahimnya.

Apalagi cuma aku dan anakku, yang mungkin tak pernah ada artinya atau tak pernah di anggap siapa siapa baginya.

****

Pagi ini Ku lihat Ibu sibuk mematut baju. Sepertinya Ibu habis belanja baju baru. Ada beberapa potong. Ada juga sepasang sandal yang di kenakan sambil berjalan jalan di depan kaca lemarinya.

Sedikit banyak, aku cukup mengenal siapa mertuaku. Duniawinya masih menguasai diri.. Emosinya masih tak bisa di jaga. Sedangkan usianya telah senja. Tak ku temukan sedikit pun sifat seseorang yang punya fikiran bijaksana layaknya orang tua.

Memang. Dulu Ibu termasuk orang yang cukup berada. Orang tuanya punya banyak tanah di mana mana. Walaupun kebanyakan tanah itu di jual untuk modal nikah. Memang ayahnya Mertuaku dulu punya istri banyak. Sampai akhirnya beliau meninggal, tapi masih mewariskan rumah ini dan dua petak sawah yang kini di sewakan oleh Ibu.

Bersambung,,

Bab terkait

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 5.Ketika suami kembali kerja.

    Aku Bukan Menantu Impian Part 5.Ketika suami kembali kerja.Beberapa bulan telah berlalu. Kisah menantu dan mertua bergulir seperti biasa.Tak ada yang istimewa, tak ada pula yang berubah.Hubungan Ibu dan Ipah nampaknya sudah membaik.Terlihat beberapa kali ibu menerima telfon dan juga mengirim uang untuk Ipah. Suami lpah tidak bekerja. Hanya Ipah yang bekerja sebagai ART. Tentunya tidak cukup untuk makan dan bayar kontrakan. Karena itulah Ipah menelpon ibunya untuk minta kiriman uang. "Biasanya yang dari Jakarta kirim uang untuk yang di kampung. Tapi ini terbalik. Yang di kampung kirim uang untuk yang di Jakarta," nyinyiran dan sumpah serapah mertuaku. Masalah sumpah serapah tentu Ibu belum berubah. Masih seperti biasanya.Kondisi negeri sampai saat ini belum juga pulih.Tapi Setidaknya, ada sedikit kelonggaran peraturan, yang diberikan pemerintah, demi berjalannya roda perekonomian.Mas Ridwan kembali bekerja di tempat semula. Ekonomi keluarga kecilku ikut bergerak. Walau sedikit, M

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-24
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 6. Ipah purik.

    Aku Bukan Menantu Impian.Part 6. Ipah purik.Pukul 06.30. Mobil travel yang di tumpangi Ipah berhenti tepat di depan rumah Ibu mertua. Ipah pulang bersama tiga orang anaknya. Sementara tiga lainnya tinggal di Jakarta bersama suami dan mertua Ipah.Aku tersenyum menyambutnya, dan sedikit berbasa basi. ."Sehat Mbak?" Ipah menyalami tanganku dengan senyum terukir di wajahnya"Alhamdulillah sehat,"jawabku singkat. Ada yang berubah dengan Ipah. Ia mau menegurku lebih dulu. Bahkan menyalamiku. Berbeda ketika terakhir kali kami bertemu. Ia tak mau bicara kalau aku tak mengajaknya bicara. Bahkan ketika aku basa basi bertanya, ia hanya menjawab sekenanya. Lebih banyak diam tak menjawab.Mungkin, karena sekarang aku sudah punya rumah sendiri. Sudah tinggal pisah dari Ibunya, dan merasa ia tak bisa lagi menindasku, fikirku.Aku bawakan jajanan untuk anak-anak Ipah. Yang paling kecil umur setahun, kemudian tiga tahun dan yang paling besar, sekitar lima tahun.Kemudian aku tinggalkan Ipah ketik

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-24
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 7, Balas dendam.

    Aku Bukan Menantu Impian.Part 7, Balas dendam.Sudah bebera hari Mas Anton dan Mas Heru pulang. Sebelum pulang, mereka berdua meninggalkan uang kepada Ipah untuk keperluan Ibunya. Mas Ridwan pun, sekarang tidur di rumah Ibu. Untuk berjaga-jaga, katanya.Dan pagi sebelum berangkat kerja, Mas Ridwan menyempatkan diri untuk malihat Ibunya. Memastikan sarapan untuk Ibu."Dek nanti tolong bikinkan Ibu sayur bening bayam ya," kata Mas Ridwan sekembalinya dari kamar Ibu."Lha Mas,kan selama ini Ibu juga nggak doyan masakan ku, masa aku masak buat ibu, nanti malah di buang seperti biasanya. Kan sayang. Sekarang apa apa mahal," cerocosku. Memang selama ini Ibu nggak pernah mau makan masakan ku. Setiap aku masak apapun, jika Ibu aku kasih, akan di kembalikan padaku. Satu,dua bahkan mungkin sudah lebih dari puluhan kali. Mungkin dia nggak doyan atau gengsi makan masakan ku, orang yang selalu di caci makinya. Menantu yang tak pernah di anggap. Karena aku bukan menantu impiannya.Sekali dua kal

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 8. Ketika tak ada lagi kiriman.

    Aku Bukan Menantu Impian.Part 8. Ketika tak ada lagi kiriman.Benar saja, beberapa hari ini, banyak tamu yang datang. Tetangga kanan kiri rumah, ada juga saudara jauh. Bawaan mereka banyak dan bermacam macam. Selain berbagai bahan makanan ada juga yang membawa amplop yang pastinya berisi uang.Ipah yang menerima dengan suka cita. Seperti terima amplop kondangan, layaknya.Beberapa hari ini, Ipah bisa belanja banyak dengan uang itu. Juga jajanan untuk ketiga anaknya yang terlihat meriah.Beberapa bulan sudah berlalu , Ibu beberapa kali menjalani terapi dan pengobatan.Tapi belum ada perkembangan yang signifikan. Sementara Mas Anton dan Mas Heru sudah tidak lagi kirim uang.Untuk makan atau berobat Ibu, terpaksa Mas Ridwan membiayai semuanya sendiri.Biayanya tidak sedikit. Sangat besar untuk ukuran keluargaku. Kadang juga Mas Ridwan harus kasbon, hingga saat ditotal gaji Mas Ridwan tidak seberap sisanya, dan anak anak mulai protes pada ayahnya." Yah, kalau uang kita buat berobat N

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 9. Aku memaafkan mertuaku.

    Aku Bukan Menantu Impianpart 9. Aku memaafkan mertuaku.Masih enggan rasanya membantu Ipah dalam kekurangannya. Ia berkeluh kesah karena sudah tak punya uang lagi. Walaupun Mas Ridwan beberapa kali memintaku untuk membantunya, tapi rasa sakit hati yang bertahun tahun ku rasakan membuat hatiku membatu. Aku tersenyum melihat ia hidup dalam kesusahan. Seperti biasa, aku memang bertugas untuk mengantar makan siang untuk Ibu. Sayur bening bayam. Itu sayur andalanku untuk sang MertuaSuatu hari, Ibu bosan dengan menu yang ku sajikan. Ibu minta lauk yang lain. " I...kann.... a....yyaam." katanya terpatah patah." Mau ikan sama ayam ? Minta saja sama tetangga. Kali aja ada yang mau ngasih. " jawabku judes." Bukannya Ibu dulu rajin kasih makanan ke tetangga, apa Ibu pernah memberi makanan kepada saya. Apa Ibu ngga berfikir kalau suatu hari Ibu butuh tenaga saya juga?"" Sudah untung aku mau menuruti perintah Mas Ridwan, membawakan makanan, malah minta yang lain. Minta Ipah sana."Aku men

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 10. Sadar.

    Aku Bukan Menantu Impianpart 10. Sadar.Balas dendam tidak akan merubah apapun. Kejahatan tidak perlu di balas dengan kejahatan. Ibu kini sudah tak berdaya. Tak ada lagi ucapan yang menyakiti hati. Tak ada lagi suara yang memaki maki. Tak ada lagi kata kata menggelegar penuh kesombongan. Masanya telah berakhir kini. Aku ingin hidup damai bersama anak-anak dan juga suamiku.Tanpa ada lagi rasa dendam.Aku ingin berkaca dengan pengalaman ini. 'Jangan lah memandang seseorang dari yang kau lihat saja. Saat ini dia tak berarti bagimu, belum tentu esok hari. Mungkin, bahkan hidup mu akan tergantung padanya.'Sore selepas magrib, seperti biasa Mas Ridwan menengok Ibu. Kali ini, aku ikut." Assalamualaikum,,," Mas Ridwan membuka pintu kamar Ibu sembari mengucap salam. " Wa...a..la...ikum...salam.,"Pelan, hampir tak terdengar, Ibu menjawab salam Mas Ridwan. Kemudian Mas Ridwan duduk di sisi Ibu yang tengah berbaring." Ibu sudah makan?" Mas Ridwan bertanya." Su...daah." Aku pandangi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 11. Aku mengurus Ibu.

    Aku Bukan Menantu Impian.Part 11. Aku mengurus Ibu.Pagi menjelang siang,aku beranjak ke kamar Ibu mertua, membawa nasi, sayur dan sepotong ikan untuk ibu ." Assalamualaikum," aku memberi salam sembari membuka kamar Ibu. Pengab. Jendela belum di buka. Mungkin Ipah belum sempat.Aku mebuka jendela. Kamar ibu brantakan, belum di sapu." Ibu aku suapin ya?" kataku. Ibu mengangguk. Aku suapi Ibu,Beberapa suap saja, ibu sudah menggeleng tanda sudah kenyang. Aku juga tidak memaksa untuk melanjutkan." Nanti di makan lagi ya, Bu," kataku. Kembali Ibu mengangguk. " Ba...nguuun..." suara Ibu.Sepertinya Ibu ingin bangun dari tempat tidur. Aku membantunya, mendudukan ibu di tepi tempat tidurnya. Ku benahi tempat tidur ibu yang berantakan. Aku sapu lantainya, Lalu aku pel, pakai pewangi lantai yang ku ambil dari rumahku. Supaya kamar ibu wangi dan steril." Nah, wangi kan Bu," kataku mengajaknya tersenyum. lbu mengangguk tanda senang.Beberapa saat lamanya, aku temani ibu. Bercerita te

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 12. Semakin kritis

    Aku Bukan Menantu ImpianPart 12. Semakin kritisHari terus saja berganti. Keadaan Ibu belum juga membaik. Terapi dan rawat jalan masih rutin dilakukan. Aku dan Mas Ridwan sepertinya terlalu berat menanggung biaya ibu sendiri. Tak ada bantuan sama sekali dari Mas Anton dan Mas Heru. Apalagi aku juga harus membantu Ipah untuk keperluan hidup sehari hari. Sebenarnya Ibu sering menolak untuk di ajak berobat ataupun terapi. Tapi aku dan Mas Ridwan selalu berhasil membujuknya. Mungkin Ibu tau biayanya cukup berat untuk kami, tanpa bantuan anak anaknya yang lain. Segala cara tetap kami usahakan untuk kesembuhan wanita yang selama ini begitu sangat membenciku. Nah....kan....Tapi lain lagi dengan anak anaku. Mereka marah ketika tau banyak barang ku jual setiap hari jadwal berobat atau terapi Ibu."Apalagi yang akan di jual setelah ini, Ma?" tanya Fara agak kesal. Aku baru saja menjual beberapa ekor ayam piaraanku. "Besok jangan sampai jual tv. Nanti kita nonton tv di rumah tetangga." N

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11

Bab terbaru

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part71. Anton pulang kampung.

    Aku Bukan Menantu Impian part71. Anton pulang kampung.Mama Yani dan ayah Ridwan juga Fara menyambut kedatangan sang tamu.Tpi mereka sempat heran. Bawaan keluarga ini banyak sekali."Begini, Ridwan dan Yani, sebelumnya saya minta maaf," ucap Anton ketika mereka sudah duduk di ruang tamu. "Sebenarnya saya akan pindah kekampung ini lagi. Sejak saya kena PHK, saya sudah tidak bekerja lagi. Rumah saya sudah di jual. Jadi saya membawa keluarga saya untuk tinggal di sini."Mereka semua terkejut dengan keputusan Anton. Mereka dulu yang ngotot menjual rumah dan sawah milik orangtuanya untuk biaya kuliah anaknya dan untuk membeli mobil. Sekarang mereka sudah tak punya apa-apa lagi di kampung. Tapi malah mau tinggal di kampung. Mobil mereka juga sudah terjual."Ya, sudah. Enggak papa. Untuk sementara waktu, kalian tinggal di sini," ucap ayah Ridwan."Tapi, gimana ya. Kita nggak ada kamar lagi," tutur mama Yani ragu.Meskipun kamar Fara dan Novi akan sering kosong karena kemungkinan juga merek

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 70, Novi menikah.

    Aku Bukan Menantu Impian part 70, Novi menikah.Menyadari perubahan sifat mertuanya, hati Fara makin berbunga. Wanita itu kini memang berubah lebih perhatian pada Fara dan kedua anaknya. Seminggu sekali Bu Manda pasti datang dengan berbagai alasan. Membawa segala macam makanan untuk Galih dan Gania. Fara juga dapat jatah. Bu Manda sering membawakan Fara berbagai macam olahan ikan gurame. Kadang di asama manis, kadang di goreng, kadang juga di bakar. Bahkan sekarang, pak Angga sudah membuat kolam ikan di belakang rumah. Supaya tidak perlu membeli jika ingin masak ikan.Walau begitu memang perhatian Bu Manda lebih cenderung ke Gania. Maklumlah, Bu Manda tak punya anak perempuan. Jadi kasih sayangnya di tumpahkan untuk cucu perempuan nya. Setiap datang selalu saja membawa baju yang cantik buat Gania. Katanya modelnya lucu lucu. Sedang untuk galih, hanya sesekali Bu Manda memberikannya. Kata Bu Manda modelnya bikin bosan. Itu itu saja. Ya, memang itu adanya. Tapi sudahlah. Tak apa. Ba

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 69. Dua hari di rumah mertua.

    Aku Bukan Menantu Impian part 69. Dua hari di rumah mertua.Besok hari Minggu. Jadi hari ini mereka akan menginap. Dari pagi hingga siang hari rumah pak Angga memang ramai. Dua orang cucunya sudah membuat kedua kakek nenek itu heboh.Galih begitu senang bisa berlarian dengan riang. Sedang Gania lebih banyak tidur. Bik Sumi uplek saja di dapur. Banyak sekali yg akan di masaknya hari ini. Gurame asam manis, goreng ayam. Soto juga sudah di siapkan bumbunya untuk besok. Semua adalah masakan kesukaan Andi dan Fara. Hari ini mereka di jadikan tamu istimewa atas perintah Bu Manda. Bu Manda juga tak pernah jauh dari Gania. Di dekapnya sepanjang hari. Hanya akan di serahkan pada Fara jika sedang ingin menyusu saja.Fara juga tidak boleh mengerjakan apapun. Setelah menoyusui Gania ia hanya boleh menonton tv dan tiduran. Kalau terlihat membantu bik Sumi, maka Bu Manda akan ngomelin bik Sumi. Pokoknya kontras dengan sikap Bu Manda beberapa waktu yang lalu.Sedang pak Angga juga sibuk dengan Gali

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 68. Bersatunya menantu dan mertua.

    Aku Bukan Menantu Impian part 68. Bersatunya menantu dan mertua.Silih berganti hari hari datang dan pergi. Kehidupan Fara berlalu dan mengalir begitu saja. Dua bulan kini usia Gania.Dua bulan juga lamanya Bu Manda tak menampakkan diri di hadapan Fara. Sedangkan mama Yani, ayah Ridwan juga Novi hampir setiap minggu mereka menjenguk Galih dan Gania. Keduanya tumbuh dengan lucu.Suatu pagi, di mana Andi sedang menikmati hari bersama istri dan kedua anaknya.Ponsel Andi berbunyi nyaring."Asalamualaikum ayah," sapa Andi melihat nama ayah nya di layar handphone."Waalaikum salam. Andi, bisakah kamu datang dengan istri dan anak anakmu, ibumu sedang sakit. Tapi nggak mau di bawa kerumah sakit. Dia hanya ingin di tengok kamu,""Yah, maaf ya. Ibu hanya menginginkan Andi. Sementara Andi sekarang sudah beristri dan punya anak. Kalo ibu tak menginginkan keluarga Andi, berarti ibu tak perlu berharap kedatangan Andi. Andi nggak bisa ninggalin mereka, Yah. Mereka tanggung jawab Andi,""Makanya

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 67. Gania Putri Anggara

    Aku Bukan Menantu Impian part 67. Gania Putri Anggara Beberapa menit yang lalu, ponsel Andi yang di silent itu bergetar. Tapi saat itu masih jam kerja. Andi mengacuhkannya.Sekarang sudah jam istirahat. Andi sudah duduk di kantin untuk makan siang. Ia juga sudah pesan makanan yang di inginkan. Hari ini hari pertama masuk kerja sejak pulang dari rumah sakit. Kondisinya juga sudah cukup baik. Biaya rumah sakit kemarin menguras seluruh uangnya. Untung ayah Ridwan dan ayahnya ikut membantu. Kalau tidak, mungkin uangnya sendiri tidak akan cukup untuk membiayai biaya mereka berdua. Untuk saat ini, Andi memang belum mau menggunakan uang istrinya. Walau ia tau tabungan Fara juga cukup lumayan karena usahanya maju akhir akhir ini.Mengingat sekarang sudah tambah anak berarti tambah pula biaya hidupnya. Semangat kerja Andi pulih berkali lipat. Walau baru kemarin pulang dari rumah sakit ia juga tak mau berlama-lama libur.Andi mengambil ponselnya dan membukanya. Sebuah pesan wa masuk dari

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 66. Pulang.

    Aku Bukan Menantu Impian part 66. Pulang.Novi mengambil Galih dari gendongan Andi."Kak Fara sudah siuman ya?" tanya Novi."Iya. Sudah. Tau dari mana?""Ayah yang telpon,""Apa nggak papa Galih kita bawa masuk keruang ibunya?""Nggak papa kak. Sebentar saja. Kasian dia kangen ayah ibunya. Galih nanyain kalian terus. Tapi untung dia nggak rewel, pintar lho dia. Sepertinya ngerti ayah ibunya dalam kesusahan,""Oh iya. Kamu pintar ya nak? pinter lah. Kan sudah punya adik. Itu adik nak,"Andi menunjukkan pada Galih kalau di dalam sana ada adiknya. Lucunya anak itu malah tak merespon, membuat Andi gemas sendiri. Di ciumnya kembali anak sulungnya itu. Tak percaya sudah punya anak dua. Sepasang lagi. Siapa yang tak bahagia cobak?"Kita jenguk kak Fara," usul Novi."Ayok,"Di depan ruang rawat Fara mama Yani, ayah Ridwan dan pak Angga sudah ada di sana. Sepertinya mereka baru keluar dari ruangan rawat Fara."Sudah tengok kak Fara?" tanya Novi."Sudah, tapi tak boleh lama lama. Waktunya di

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 65. Cucu perempuan.

    Aku Bukan Menantu Impian part 65. Cucu perempuan.Mendengar kabar itu, semua bisa meloloskan napas. Sedikit lega. "Alhamdulilah," ucap mereka serempak."Bagaimana dengan ibunya dokter?" tanya Andi."Maaf, untuk saat ini ibu Fara belum sadarkan diri, karena pendarahan. Bayinya bisa di jenguk di ruang inkubator, sementara Bu Fara masih di UGD,"Bagai di sambar petir rasanya. Tubuh Andi luruh, duduk lemas di kursi roda. Ia menggeleng beberapa kali. Berusaha menolak kebenaran. Tapi kejadian ini benar-benar nyata adanya. Begitu juga mama Yani yang nampak tak setegar ayah Ridwan."Tolong siapkan juga pendonor darah, karena kemungkinan persediaan darah di rumah sakit tidak cukup.""Baik, dokter," ayah Ridwan yang menjawab.Andi sudah lemah lunglai. Menangis pun ia sudah tak malu lagi. "Kamu harus sabar," pak Angga memeluk putranya mencoba memberi kekuatan.Begitu juga Bu Manda mengelus punggung Andi. Mama Yani terduduk di lantai. Seluruh persendiannya rasa lepas. Airmatanya sudah tumpah

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 64. Melahirkan anak perempuan

    Aku Bukan Menantu Impian part 64. Melahirkan anak perempuan Tok, tok, tok.Mama Yani sambil mengucek matanya yang sangat mengantuk membuka pintu kamarnya. Ia sangat terkejut melihat Fara yang nampak kacau dengan berurai airmata."Fara, ada apa? Galih rewel?"karena memang sejak tadi Galih yang rewel, maka di pikiran mama Yani hanya Galih."Galih enggak papa, ma. Kak Andi kecelakaan,""Hah, apa?!""Kak Andi kecelakaan ma,""Kecelakaan? di mana?""Sekarang di rumah sakit sehat mulia, tolong ayah antar aku kesana ya, ma,""Iya, iya. Kamu siap siap biar di antar ayah. Biar mama yang jaga Galih,"Sementara, Fara bersiap mengambil kerudung bergo dan memakai jaket tebal, mama Yani membangunkan suami nya.Rumah sakit sehat mulia memang agak jauh. Jika di tempuh menggunakan motor dan keadaan sepi begini memakan waktu sekitar dua puluh menit.Tanpa banyak bertanya ayah Ridwan mengeluarkan motornya. Sambil memakai jaket dan mengenakan helm. Sepanjang jalan Fara menangis. Tak henti hentinya

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 63. Lukanya Fara.

    Aku Bukan Menantu Impian part 63. Lukanya Fara.Perih, itu yang di rasakan Fara. Kenapa wanita itu selalu memojokkan dan menyalahkan. Siapa yang ingin buru buru hamil. Tak ada juga yang mau.Fara hanya menghapus airmatanya. Andi pun hanya bisa terdiam."Maaf," hanya itu kata kata yang ia ucapkan. Sudah terlalu sering. Ia takut Fara bosan dengan itu semua. Ibunya tak pernah berubah. Selalu membuat suasana menjadi runyam.Bagi Fara, lukanya sudah membekas begitu dalam. Bahkan sudah meninggalkan trauma. Sedangkan Andi juga sebanarnya sudah tak kuat dan ingin melawan tapi tetap takut di sebut anak durhaka."Sudah kak. Nggak papa kok," bahkan Fara yang sudah terluka, yang kini menghiburnya."Iya dek. Makasih,"Galih sudah terdiam tak lagi menangis sejak neneknya keluar rumah. Harusnya seorang nenek itu menyayangi cucunya. Bukan menakuti. Apa mungkin galih akan menganggapnya seorang nenek? Mungkin saat ini anggapan itu tak penting. Tapi manusia ada masanya. Masa di mana seseorang akan me

DMCA.com Protection Status