Share

Part 6. Ipah purik.

Author: Anjani
last update Last Updated: 2022-06-24 14:19:18

Aku Bukan Menantu Impian.

Part 6. Ipah purik.

Pukul 06.30. Mobil travel yang di tumpangi Ipah berhenti tepat di depan rumah Ibu mertua. Ipah pulang bersama tiga orang anaknya. Sementara tiga lainnya tinggal di Jakarta bersama suami dan mertua Ipah.

Aku tersenyum menyambutnya, dan sedikit berbasa basi. .

"Sehat Mbak?" Ipah menyalami tanganku dengan senyum terukir di wajahnya

"Alhamdulillah sehat,"jawabku singkat.

Ada yang berubah dengan Ipah. Ia mau menegurku lebih dulu. Bahkan menyalamiku. Berbeda ketika terakhir kali kami bertemu. Ia tak mau bicara kalau aku tak mengajaknya bicara. Bahkan ketika aku basa basi bertanya, ia hanya menjawab sekenanya. Lebih banyak diam tak menjawab.

Mungkin, karena sekarang aku sudah punya rumah sendiri. Sudah tinggal pisah dari Ibunya, dan merasa ia tak bisa lagi menindasku, fikirku.

Aku bawakan jajanan untuk anak-anak Ipah. Yang paling kecil umur setahun, kemudian tiga tahun dan yang paling besar, sekitar lima tahun.

Kemudian aku tinggalkan Ipah ketika Ibu menghampirinya.

Biarkan dia melepas rindu atau mungkin Ibu mau menceritakan tentang aku,seperti biasanya. Bodo amat!

Tapi, beberapa saat kemudian, yang ku denger Ibu malah bersumpah serapah.

"Dari dulu Ibu suruh kamu pisah. Suami pemalas seperti itu kok di bela belain. Sekarang anak kamu sudah banyak. Kebutuhan kamu sudah banyak. Baru sekarang kamu sadar?" Ibu terus nyerocos menyambut kedatangan Ipah.

'Oh, jadi ceritanya Ipah sedang purik. Alias pulang kampung dalam keadaan ngambek dan akan tinggal di kampung,' batinku dengan kepala menganguk tanda mengerti.

Sejak melahirkan anak ke enamnya, setahun yang lalu, Ipah dan anak anaknya di boyong suaminya ke rumah mertuanya. Karena Berat membayar kontrakan dengan gaji seorang ART. Sementara suaminya, kadang kerja, kadang tidak. Lebih banyak nganggur nya.

'' Untuk makan pun sangatlah berat," katanya.

Maka itu mereka kemudian tinggal bersama keluarga Robi, suami Ipah. Di dalam rumah yang kecil, dan dengan beberapa adik Robi yang juga sudah berkeluarga dan punya beberapa anak.

"Mertuamu baik kan Pah?" tanya Meli sang tetangga mendengar cerita Ipah.

"Hugh.. apanya yang baik. Kalau di kasih duit ya baik. Aku kan jarang punya duit. Jarang ngasih duit. Makanya mertuaku benci banget sama aku dan anak anakku. Boro boro kasih duit buat Mertua, buat makan sendiri kadang tak cukup. Mana Robi nganggur melulu, ,malas banget dia kerja. Eh malah sekarang dia pacaran sama janda," keluhnya.

Ipah nyerocos menceritakan kisah pilu hidupnya sambil sesekali berlinang air mata.

Ah Ipah, mungkin derita mu lebih dari apa yang ku alami. Semoga dengan ini,membuat Ibu mu bisa menghargai aku sebagai menantu. Karena sesungguhnya menantu pun adalah seorang manusia.

Sekarang, Ipah ingin menata hidup di kampung. Tak ingin lagi mengikuti Robi tinggal di Jakarta. Apalagi serumah dengan sang mertua yang kata Ipah jahat dan matre.

Tentu saja kisah hidup Ipah yang begitu miris, membuat Mertua ku bengong. Padahal selama ini juga sering di bantu kirim uang. Tapi semua tidak membuat keluarga anaknya berubah lebih baik. Bahkan lebih hancur dari sebelumnya.

Terbayang, bagaimana Ibu mertua bisa menghidupi anak anak Ipah, apalagi kalau suami Ipah menyusul dan membawa tiga orang anaknya lagi. Nampaknya, mertuaku sudah kebingungan sendiri.

Dulu saja, anak Ipah baru satu sudah ribut terus menerus. Kebutuhan dapur tidak terpenuhi karena suami Ipah selalu nganggur. Bagaimana dengan sekarang? Anak Ipah sudah banyak. Apa iya mau pisah kompor, seperti kehidupan nya dengan sang menantu selama ini?

Lalu siapa yang akan menafkahi Ipah dan anak anaknya selama tinggal di kampung? Apa mungkin suaminya mau kirim uang untuk Ipah? Bukankah Ipah pulang juga karena suaminya tidak pernah kasih uang padanya.

Tiba tiba, ku lihat badan Ibu oleng dan limbung. Beberapa saat kemudian Ibu terduduk dikursi sambil memegangi kepalanya, lalu jatuh pingsan.

Aku berlari ke arah Ibu. Menangkap tubuh Ibu supaya tidak terjatuh. Sambil berteriak memanggil Mas Ridwan. Begitu juga Ipah dan Meli yang sedang bercengkerama. Kami sama sama terkejut bukan main.

"Mas! Mas Ridwan. Tolong Ibu Mas!"

Mas Ridwan berlarian ke arah Ibu. Lalu membopong tubuh ibunya di bantu Ipah dan aku. Beberapa saat Ibu tak sadarkan diri.

Ibu di bawa kerumah sakit terdekat.

Tiga hari sudah ibu di rumah sakit, keadaan Ibu sudah lebih baik. Kata dokter,darah Ibu naik, dan ada gejala stroke. Ibu boleh di bawa pulang dan melakukan rawat jalan.

Biaya rumah sakit cukup besar. Mas Anton anak pertama dan Heru anak kedua Ibu, pulang.

Bertiga suamiku, mereka membayar biaya rumah sakit.

Ibu susah sekali untuk bicara. Kakinya terasa berat. Hingga Ibu juga susah berjalan. Tangan kanannya lumpuh. Tapi yang kiri masih bisa di gerakkan.

Untuk saat ini, Ibu harus istirahat total.

"Ini semua karena kamu Ipah!!" bentak Mas Anton di sore itu.

" Rumah tanggamu yang selalu menyusahkan ibu."

"Kamu nyalahin aku Mas?" Ipah tak terima di salahkan.

"Ya. Kamu kalau ada masalah dikit-dikit sudah laporan sama Ibu."

"Ya tuh. Ga bisa selesaiin sendiri masalahnya." tambah Mas Heru.

"Dah pada tua anak juga udah banyak, masih saja ngga berubah. Buat apa kamu dulu minggat, terus balik lagi. Tapi masalahnya tetap sama."

'Nah kena kamu sekarang Pah,'aku mencibir.

Di keroyok sama saudara kamu sendiri. Di saat tak berdaya, dan tak mampu berbuat apa apa. Hai, rasakan itu, itu yang aku rasakan dulu saat kamu caci maki aku.

"Ja-nga-ngan ma-ra-hi di-dia!"

Ibu mertua berucap. Terpatah patah. Susah sekali.

'Nah itu Bu, kisah hidup Ipah jauh lebih miris di bandingkan aku. Aku yang kau benci dan sering kau caci maki, selalu di lindungi oleh Mas Ridwan dengan penuh kasih sayang. Tapi lihatlah Ipah, anakmu. Bahkan suaminya pun tak perduli dengannya lagi. Penderitaan Ipah akan Kau rasakan juga, Ibu Mertuaku tersayang,

Dua hari berikutnya, Mas Heru dan Mas Anton pamit pulang. Pekerjaan nya tidak bisa menunggu lebih lama. Anak dan istrinya pun mengharap mereka untuk segera pulang.

"Yani," kata mas Anton pagi itu. Ada Ipah, Mas Heru dan Mas Ridwan juga.

"Saya minta tolong kamu jaga ibu ya," katanya.

"Kalian keluarga terdekat Ibu."

"Loh Mas, sejak kapan Ibu anggap saya kelurga terdekatnya? Coba Mas tanya dulu ke Ibu, kalau Ibu nggak terima nanti malah sakitnya lebih parah loh," aku menyindir.

" Tidak begitu juga Yan,," tambah Mas Heru." Ridwan dan keluarganya lah sekarang yang bantuannya sangat di perlukan Ibu."

" Sekarang!? Kemarin kemana kalian, waktu aku di caci maki Ibu. Kemana kalian waktu sepanjang hidup ku di tindas. Kemana kalian ketika saya tidak punya harga diri di rumah ini. Apakah kalian ada yang membela saya di depan Ibu.Kamu juga Mas,"aku menunjuk Mas Ridwan. "Apa kamu pernah membela aku di depan Ibu kamu. Kamu hanya diam waktu saya di caci maki. Sekarang saja kalian bilang aku kelurga dekat!"

Aku bicara dengan nada yang sedikit terbawa emosi. Mereka yang mendengar hanya terdiam.

Suasana hening, tak ada yang menjawab. Ku rasa Ibu juga mendengar ucapan ku, karena pembicaraan kami ini ada di depan kamar Ibu.

"Yan," kata Mas Anton akhirnya. "Atas nama Ibu aku minta maaf, Ridwan juga sering curhat sama aku tentang perlakuan Ibu padamu. Maaf aku juga nggak bisa berbuat apa-apa. Dan dengan kejadian yang menimpa Ibu, mungkin Ibu akan berubah."

Terlambat! bisa apa Ibu dengan keadaannya sekarang?

Tak berubah pun tak masalah buat ku, aku bisa menghidupi keluargaku sendiri. Apalagi aku sudah pisah rumah. Hidupku sudah normal, tidak akan ada lagi tekanan dari keluarga kalian.

Dulu, kalian tidak berbuat apa-apa, tapi saat ibu kalian tak berdaya, kalian minta bantuan ku.

"Kan ada Ipah," sahutku sinis menunjuk Ipah.

"Ipah tidak bisa di andalkan. Dia juga punya bayi."

Kami semua melirik ke arah Ipah yang merengut. Wajahnya di tekuk. Kesal tapi tak bisa berbuat banyak.

" Hmm. Lihat aja nanti, kalau aku sempat," jawabku sambil pergi meninggalkan mereka.

Bersambung...

Related chapters

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 7, Balas dendam.

    Aku Bukan Menantu Impian.Part 7, Balas dendam.Sudah bebera hari Mas Anton dan Mas Heru pulang. Sebelum pulang, mereka berdua meninggalkan uang kepada Ipah untuk keperluan Ibunya. Mas Ridwan pun, sekarang tidur di rumah Ibu. Untuk berjaga-jaga, katanya.Dan pagi sebelum berangkat kerja, Mas Ridwan menyempatkan diri untuk malihat Ibunya. Memastikan sarapan untuk Ibu."Dek nanti tolong bikinkan Ibu sayur bening bayam ya," kata Mas Ridwan sekembalinya dari kamar Ibu."Lha Mas,kan selama ini Ibu juga nggak doyan masakan ku, masa aku masak buat ibu, nanti malah di buang seperti biasanya. Kan sayang. Sekarang apa apa mahal," cerocosku. Memang selama ini Ibu nggak pernah mau makan masakan ku. Setiap aku masak apapun, jika Ibu aku kasih, akan di kembalikan padaku. Satu,dua bahkan mungkin sudah lebih dari puluhan kali. Mungkin dia nggak doyan atau gengsi makan masakan ku, orang yang selalu di caci makinya. Menantu yang tak pernah di anggap. Karena aku bukan menantu impiannya.Sekali dua kal

    Last Updated : 2022-07-08
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 8. Ketika tak ada lagi kiriman.

    Aku Bukan Menantu Impian.Part 8. Ketika tak ada lagi kiriman.Benar saja, beberapa hari ini, banyak tamu yang datang. Tetangga kanan kiri rumah, ada juga saudara jauh. Bawaan mereka banyak dan bermacam macam. Selain berbagai bahan makanan ada juga yang membawa amplop yang pastinya berisi uang.Ipah yang menerima dengan suka cita. Seperti terima amplop kondangan, layaknya.Beberapa hari ini, Ipah bisa belanja banyak dengan uang itu. Juga jajanan untuk ketiga anaknya yang terlihat meriah.Beberapa bulan sudah berlalu , Ibu beberapa kali menjalani terapi dan pengobatan.Tapi belum ada perkembangan yang signifikan. Sementara Mas Anton dan Mas Heru sudah tidak lagi kirim uang.Untuk makan atau berobat Ibu, terpaksa Mas Ridwan membiayai semuanya sendiri.Biayanya tidak sedikit. Sangat besar untuk ukuran keluargaku. Kadang juga Mas Ridwan harus kasbon, hingga saat ditotal gaji Mas Ridwan tidak seberap sisanya, dan anak anak mulai protes pada ayahnya." Yah, kalau uang kita buat berobat N

    Last Updated : 2022-07-08
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 9. Aku memaafkan mertuaku.

    Aku Bukan Menantu Impianpart 9. Aku memaafkan mertuaku.Masih enggan rasanya membantu Ipah dalam kekurangannya. Ia berkeluh kesah karena sudah tak punya uang lagi. Walaupun Mas Ridwan beberapa kali memintaku untuk membantunya, tapi rasa sakit hati yang bertahun tahun ku rasakan membuat hatiku membatu. Aku tersenyum melihat ia hidup dalam kesusahan. Seperti biasa, aku memang bertugas untuk mengantar makan siang untuk Ibu. Sayur bening bayam. Itu sayur andalanku untuk sang MertuaSuatu hari, Ibu bosan dengan menu yang ku sajikan. Ibu minta lauk yang lain. " I...kann.... a....yyaam." katanya terpatah patah." Mau ikan sama ayam ? Minta saja sama tetangga. Kali aja ada yang mau ngasih. " jawabku judes." Bukannya Ibu dulu rajin kasih makanan ke tetangga, apa Ibu pernah memberi makanan kepada saya. Apa Ibu ngga berfikir kalau suatu hari Ibu butuh tenaga saya juga?"" Sudah untung aku mau menuruti perintah Mas Ridwan, membawakan makanan, malah minta yang lain. Minta Ipah sana."Aku men

    Last Updated : 2022-07-08
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 10. Sadar.

    Aku Bukan Menantu Impianpart 10. Sadar.Balas dendam tidak akan merubah apapun. Kejahatan tidak perlu di balas dengan kejahatan. Ibu kini sudah tak berdaya. Tak ada lagi ucapan yang menyakiti hati. Tak ada lagi suara yang memaki maki. Tak ada lagi kata kata menggelegar penuh kesombongan. Masanya telah berakhir kini. Aku ingin hidup damai bersama anak-anak dan juga suamiku.Tanpa ada lagi rasa dendam.Aku ingin berkaca dengan pengalaman ini. 'Jangan lah memandang seseorang dari yang kau lihat saja. Saat ini dia tak berarti bagimu, belum tentu esok hari. Mungkin, bahkan hidup mu akan tergantung padanya.'Sore selepas magrib, seperti biasa Mas Ridwan menengok Ibu. Kali ini, aku ikut." Assalamualaikum,,," Mas Ridwan membuka pintu kamar Ibu sembari mengucap salam. " Wa...a..la...ikum...salam.,"Pelan, hampir tak terdengar, Ibu menjawab salam Mas Ridwan. Kemudian Mas Ridwan duduk di sisi Ibu yang tengah berbaring." Ibu sudah makan?" Mas Ridwan bertanya." Su...daah." Aku pandangi

    Last Updated : 2022-07-08
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 11. Aku mengurus Ibu.

    Aku Bukan Menantu Impian.Part 11. Aku mengurus Ibu.Pagi menjelang siang,aku beranjak ke kamar Ibu mertua, membawa nasi, sayur dan sepotong ikan untuk ibu ." Assalamualaikum," aku memberi salam sembari membuka kamar Ibu. Pengab. Jendela belum di buka. Mungkin Ipah belum sempat.Aku mebuka jendela. Kamar ibu brantakan, belum di sapu." Ibu aku suapin ya?" kataku. Ibu mengangguk. Aku suapi Ibu,Beberapa suap saja, ibu sudah menggeleng tanda sudah kenyang. Aku juga tidak memaksa untuk melanjutkan." Nanti di makan lagi ya, Bu," kataku. Kembali Ibu mengangguk. " Ba...nguuun..." suara Ibu.Sepertinya Ibu ingin bangun dari tempat tidur. Aku membantunya, mendudukan ibu di tepi tempat tidurnya. Ku benahi tempat tidur ibu yang berantakan. Aku sapu lantainya, Lalu aku pel, pakai pewangi lantai yang ku ambil dari rumahku. Supaya kamar ibu wangi dan steril." Nah, wangi kan Bu," kataku mengajaknya tersenyum. lbu mengangguk tanda senang.Beberapa saat lamanya, aku temani ibu. Bercerita te

    Last Updated : 2022-07-11
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 12. Semakin kritis

    Aku Bukan Menantu ImpianPart 12. Semakin kritisHari terus saja berganti. Keadaan Ibu belum juga membaik. Terapi dan rawat jalan masih rutin dilakukan. Aku dan Mas Ridwan sepertinya terlalu berat menanggung biaya ibu sendiri. Tak ada bantuan sama sekali dari Mas Anton dan Mas Heru. Apalagi aku juga harus membantu Ipah untuk keperluan hidup sehari hari. Sebenarnya Ibu sering menolak untuk di ajak berobat ataupun terapi. Tapi aku dan Mas Ridwan selalu berhasil membujuknya. Mungkin Ibu tau biayanya cukup berat untuk kami, tanpa bantuan anak anaknya yang lain. Segala cara tetap kami usahakan untuk kesembuhan wanita yang selama ini begitu sangat membenciku. Nah....kan....Tapi lain lagi dengan anak anaku. Mereka marah ketika tau banyak barang ku jual setiap hari jadwal berobat atau terapi Ibu."Apalagi yang akan di jual setelah ini, Ma?" tanya Fara agak kesal. Aku baru saja menjual beberapa ekor ayam piaraanku. "Besok jangan sampai jual tv. Nanti kita nonton tv di rumah tetangga." N

    Last Updated : 2022-07-11
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   Part 1 3. Anak anakku mulai berubah

    Aku Bukan Menantu ImpianPart 1 3. Anak anakku mulai berubah Hari sudah menjelang sore. Saatnya aku memberikan obat untuk Ibu, setelah sebelumnya menyuapi.Aku ajak ibu ngobrol. Apa saja aku bahas, supaya ibu tidak merasa kesepian. Walau ibu hanya mendengar tanpa membalas sepatah pun kata kataku, tapi ku rasa ibu merasa senang karena di temani. Selama ini, semenjak aku rajin merawat Ibu, tak pernah lagi Ipah peduli dengan ibunya. Ketika malam pun, biasanya mas Ridwan yang menjaga dan menemani Ibu. 'Ipah, di mana kamu ketika ibumu membutuhkanmu?' aku membatin.Tapi ya sudahlah, mungkin ini rejeki Ibu. Ketika dalam keadaan yang sangat memprihatinkan, tak ada anak anaknya di sisi.'Tak ada yang peduli dengan saya' ucapan itu memang sering Ibu ucapkan berulang kali. Tapi aku tau, ucapan itu di tujukan padaku. Karena hanya aku yang di benci ibu waktu itu. Tapi siapa sangka hal itu benar benar terjadi, dan ironisnya hanya aku yang ada di saat ibu membutuhkan.Sore selepas magrib. Aku, M

    Last Updated : 2022-07-11
  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 14. Meninggal dunia.

    Aku Bukan Menantu Impianpart 14. Meninggal dunia.Di rumah pun tidak membuat aku lebih tenang. Mondar mandir menunggu kabar dari Mas Ridwan. Ipah menangis. Ia ingin menyusul ibunya ke rumah sakit. Aku berhasil membujuk Ipah untuk menunggu kabar di rumah saja. Menunggu pagi untuk berangkat ke rumah sakit. Apa lagi dia memiliki anak kecil yang tak mungkin di tinggal.Akhirnya karena lelah, aku terlelap walau sesaat. Tapi tak berapa lama, aku terbangun kembali mendengar suara dari ponsel yang ku letakkan di meja samping tempat tidurku.Drrrrt... drrrrt...Hp ku bergetar. Kulirik layar hp, jam sebelas tepat. Aku mengucek mata. Masih sangat mengantuk. Nama Mas Ridwan nampak di layar dan aku mengangkatnya." Assalamualaikum Mas," suara ku berat menahan rasa kantuk." Waalaikumsalam, Ibu sudah meninggal, Dek," suara Mas Ridwan serak menahan tangis di sebrang sana."Apa Mas?!" teriakku tertahan. "innallillahiwainnalillahirijiun." akhirnya aku berucap pelan. Lemas seluruh tubuh. Tak terasa l

    Last Updated : 2022-07-17

Latest chapter

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part71. Anton pulang kampung.

    Aku Bukan Menantu Impian part71. Anton pulang kampung.Mama Yani dan ayah Ridwan juga Fara menyambut kedatangan sang tamu.Tpi mereka sempat heran. Bawaan keluarga ini banyak sekali."Begini, Ridwan dan Yani, sebelumnya saya minta maaf," ucap Anton ketika mereka sudah duduk di ruang tamu. "Sebenarnya saya akan pindah kekampung ini lagi. Sejak saya kena PHK, saya sudah tidak bekerja lagi. Rumah saya sudah di jual. Jadi saya membawa keluarga saya untuk tinggal di sini."Mereka semua terkejut dengan keputusan Anton. Mereka dulu yang ngotot menjual rumah dan sawah milik orangtuanya untuk biaya kuliah anaknya dan untuk membeli mobil. Sekarang mereka sudah tak punya apa-apa lagi di kampung. Tapi malah mau tinggal di kampung. Mobil mereka juga sudah terjual."Ya, sudah. Enggak papa. Untuk sementara waktu, kalian tinggal di sini," ucap ayah Ridwan."Tapi, gimana ya. Kita nggak ada kamar lagi," tutur mama Yani ragu.Meskipun kamar Fara dan Novi akan sering kosong karena kemungkinan juga merek

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 70, Novi menikah.

    Aku Bukan Menantu Impian part 70, Novi menikah.Menyadari perubahan sifat mertuanya, hati Fara makin berbunga. Wanita itu kini memang berubah lebih perhatian pada Fara dan kedua anaknya. Seminggu sekali Bu Manda pasti datang dengan berbagai alasan. Membawa segala macam makanan untuk Galih dan Gania. Fara juga dapat jatah. Bu Manda sering membawakan Fara berbagai macam olahan ikan gurame. Kadang di asama manis, kadang di goreng, kadang juga di bakar. Bahkan sekarang, pak Angga sudah membuat kolam ikan di belakang rumah. Supaya tidak perlu membeli jika ingin masak ikan.Walau begitu memang perhatian Bu Manda lebih cenderung ke Gania. Maklumlah, Bu Manda tak punya anak perempuan. Jadi kasih sayangnya di tumpahkan untuk cucu perempuan nya. Setiap datang selalu saja membawa baju yang cantik buat Gania. Katanya modelnya lucu lucu. Sedang untuk galih, hanya sesekali Bu Manda memberikannya. Kata Bu Manda modelnya bikin bosan. Itu itu saja. Ya, memang itu adanya. Tapi sudahlah. Tak apa. Ba

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 69. Dua hari di rumah mertua.

    Aku Bukan Menantu Impian part 69. Dua hari di rumah mertua.Besok hari Minggu. Jadi hari ini mereka akan menginap. Dari pagi hingga siang hari rumah pak Angga memang ramai. Dua orang cucunya sudah membuat kedua kakek nenek itu heboh.Galih begitu senang bisa berlarian dengan riang. Sedang Gania lebih banyak tidur. Bik Sumi uplek saja di dapur. Banyak sekali yg akan di masaknya hari ini. Gurame asam manis, goreng ayam. Soto juga sudah di siapkan bumbunya untuk besok. Semua adalah masakan kesukaan Andi dan Fara. Hari ini mereka di jadikan tamu istimewa atas perintah Bu Manda. Bu Manda juga tak pernah jauh dari Gania. Di dekapnya sepanjang hari. Hanya akan di serahkan pada Fara jika sedang ingin menyusu saja.Fara juga tidak boleh mengerjakan apapun. Setelah menoyusui Gania ia hanya boleh menonton tv dan tiduran. Kalau terlihat membantu bik Sumi, maka Bu Manda akan ngomelin bik Sumi. Pokoknya kontras dengan sikap Bu Manda beberapa waktu yang lalu.Sedang pak Angga juga sibuk dengan Gali

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 68. Bersatunya menantu dan mertua.

    Aku Bukan Menantu Impian part 68. Bersatunya menantu dan mertua.Silih berganti hari hari datang dan pergi. Kehidupan Fara berlalu dan mengalir begitu saja. Dua bulan kini usia Gania.Dua bulan juga lamanya Bu Manda tak menampakkan diri di hadapan Fara. Sedangkan mama Yani, ayah Ridwan juga Novi hampir setiap minggu mereka menjenguk Galih dan Gania. Keduanya tumbuh dengan lucu.Suatu pagi, di mana Andi sedang menikmati hari bersama istri dan kedua anaknya.Ponsel Andi berbunyi nyaring."Asalamualaikum ayah," sapa Andi melihat nama ayah nya di layar handphone."Waalaikum salam. Andi, bisakah kamu datang dengan istri dan anak anakmu, ibumu sedang sakit. Tapi nggak mau di bawa kerumah sakit. Dia hanya ingin di tengok kamu,""Yah, maaf ya. Ibu hanya menginginkan Andi. Sementara Andi sekarang sudah beristri dan punya anak. Kalo ibu tak menginginkan keluarga Andi, berarti ibu tak perlu berharap kedatangan Andi. Andi nggak bisa ninggalin mereka, Yah. Mereka tanggung jawab Andi,""Makanya

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 67. Gania Putri Anggara

    Aku Bukan Menantu Impian part 67. Gania Putri Anggara Beberapa menit yang lalu, ponsel Andi yang di silent itu bergetar. Tapi saat itu masih jam kerja. Andi mengacuhkannya.Sekarang sudah jam istirahat. Andi sudah duduk di kantin untuk makan siang. Ia juga sudah pesan makanan yang di inginkan. Hari ini hari pertama masuk kerja sejak pulang dari rumah sakit. Kondisinya juga sudah cukup baik. Biaya rumah sakit kemarin menguras seluruh uangnya. Untung ayah Ridwan dan ayahnya ikut membantu. Kalau tidak, mungkin uangnya sendiri tidak akan cukup untuk membiayai biaya mereka berdua. Untuk saat ini, Andi memang belum mau menggunakan uang istrinya. Walau ia tau tabungan Fara juga cukup lumayan karena usahanya maju akhir akhir ini.Mengingat sekarang sudah tambah anak berarti tambah pula biaya hidupnya. Semangat kerja Andi pulih berkali lipat. Walau baru kemarin pulang dari rumah sakit ia juga tak mau berlama-lama libur.Andi mengambil ponselnya dan membukanya. Sebuah pesan wa masuk dari

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 66. Pulang.

    Aku Bukan Menantu Impian part 66. Pulang.Novi mengambil Galih dari gendongan Andi."Kak Fara sudah siuman ya?" tanya Novi."Iya. Sudah. Tau dari mana?""Ayah yang telpon,""Apa nggak papa Galih kita bawa masuk keruang ibunya?""Nggak papa kak. Sebentar saja. Kasian dia kangen ayah ibunya. Galih nanyain kalian terus. Tapi untung dia nggak rewel, pintar lho dia. Sepertinya ngerti ayah ibunya dalam kesusahan,""Oh iya. Kamu pintar ya nak? pinter lah. Kan sudah punya adik. Itu adik nak,"Andi menunjukkan pada Galih kalau di dalam sana ada adiknya. Lucunya anak itu malah tak merespon, membuat Andi gemas sendiri. Di ciumnya kembali anak sulungnya itu. Tak percaya sudah punya anak dua. Sepasang lagi. Siapa yang tak bahagia cobak?"Kita jenguk kak Fara," usul Novi."Ayok,"Di depan ruang rawat Fara mama Yani, ayah Ridwan dan pak Angga sudah ada di sana. Sepertinya mereka baru keluar dari ruangan rawat Fara."Sudah tengok kak Fara?" tanya Novi."Sudah, tapi tak boleh lama lama. Waktunya di

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 65. Cucu perempuan.

    Aku Bukan Menantu Impian part 65. Cucu perempuan.Mendengar kabar itu, semua bisa meloloskan napas. Sedikit lega. "Alhamdulilah," ucap mereka serempak."Bagaimana dengan ibunya dokter?" tanya Andi."Maaf, untuk saat ini ibu Fara belum sadarkan diri, karena pendarahan. Bayinya bisa di jenguk di ruang inkubator, sementara Bu Fara masih di UGD,"Bagai di sambar petir rasanya. Tubuh Andi luruh, duduk lemas di kursi roda. Ia menggeleng beberapa kali. Berusaha menolak kebenaran. Tapi kejadian ini benar-benar nyata adanya. Begitu juga mama Yani yang nampak tak setegar ayah Ridwan."Tolong siapkan juga pendonor darah, karena kemungkinan persediaan darah di rumah sakit tidak cukup.""Baik, dokter," ayah Ridwan yang menjawab.Andi sudah lemah lunglai. Menangis pun ia sudah tak malu lagi. "Kamu harus sabar," pak Angga memeluk putranya mencoba memberi kekuatan.Begitu juga Bu Manda mengelus punggung Andi. Mama Yani terduduk di lantai. Seluruh persendiannya rasa lepas. Airmatanya sudah tumpah

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 64. Melahirkan anak perempuan

    Aku Bukan Menantu Impian part 64. Melahirkan anak perempuan Tok, tok, tok.Mama Yani sambil mengucek matanya yang sangat mengantuk membuka pintu kamarnya. Ia sangat terkejut melihat Fara yang nampak kacau dengan berurai airmata."Fara, ada apa? Galih rewel?"karena memang sejak tadi Galih yang rewel, maka di pikiran mama Yani hanya Galih."Galih enggak papa, ma. Kak Andi kecelakaan,""Hah, apa?!""Kak Andi kecelakaan ma,""Kecelakaan? di mana?""Sekarang di rumah sakit sehat mulia, tolong ayah antar aku kesana ya, ma,""Iya, iya. Kamu siap siap biar di antar ayah. Biar mama yang jaga Galih,"Sementara, Fara bersiap mengambil kerudung bergo dan memakai jaket tebal, mama Yani membangunkan suami nya.Rumah sakit sehat mulia memang agak jauh. Jika di tempuh menggunakan motor dan keadaan sepi begini memakan waktu sekitar dua puluh menit.Tanpa banyak bertanya ayah Ridwan mengeluarkan motornya. Sambil memakai jaket dan mengenakan helm. Sepanjang jalan Fara menangis. Tak henti hentinya

  • AKU BUKAN MENANTU IMPIAN   part 63. Lukanya Fara.

    Aku Bukan Menantu Impian part 63. Lukanya Fara.Perih, itu yang di rasakan Fara. Kenapa wanita itu selalu memojokkan dan menyalahkan. Siapa yang ingin buru buru hamil. Tak ada juga yang mau.Fara hanya menghapus airmatanya. Andi pun hanya bisa terdiam."Maaf," hanya itu kata kata yang ia ucapkan. Sudah terlalu sering. Ia takut Fara bosan dengan itu semua. Ibunya tak pernah berubah. Selalu membuat suasana menjadi runyam.Bagi Fara, lukanya sudah membekas begitu dalam. Bahkan sudah meninggalkan trauma. Sedangkan Andi juga sebanarnya sudah tak kuat dan ingin melawan tapi tetap takut di sebut anak durhaka."Sudah kak. Nggak papa kok," bahkan Fara yang sudah terluka, yang kini menghiburnya."Iya dek. Makasih,"Galih sudah terdiam tak lagi menangis sejak neneknya keluar rumah. Harusnya seorang nenek itu menyayangi cucunya. Bukan menakuti. Apa mungkin galih akan menganggapnya seorang nenek? Mungkin saat ini anggapan itu tak penting. Tapi manusia ada masanya. Masa di mana seseorang akan me

DMCA.com Protection Status