Home / Romansa / AKU BISA TANPA KAMU / TAK PUNYA PEKERJAAN

Share

TAK PUNYA PEKERJAAN

Author: Reinee
last update Last Updated: 2021-09-25 12:30:51
"Jadi kamu dipecat akhirnya?" geram Bu Lis melihat anak gadisnya pulang dengan wajah ditekuk tak karuan.

"Benci aku, Bu. Dendam banget aku sama si Dinda." Gadis itu menghempaskan diri di sofa. Sementara Icha yang sedari tadi memperhatikan dan mendengar nama ibunya disebut-sebut perlahan beringsut dari tempat duduknya ke pojok sofa. Anak itu nampak ketakutan dengan wajah tantenya yang seram karena dipenuhi amarah.

"Ibu bilang juga apa dari kemarin? Nggak usah lah lagi kamu kerja lagi di sana. Si Dinda hanya akan merendahkanmu saja akhirnya? Nggak dengerin ibu sih kamu," gerutu sang ibu.

"Ya gimana lagi sih, Bu. Saat ini aku kan

Masih punya tanggungan utang sama mas Bram. Ibu tau sendiri kan gimana mas Bram kalau marah?"

"Ya sudahlah. Mendingan sekarang kamu cari kerjaan lain saja. Nanti Bram biar ibu yang beritahu. Harus hati-hati memang ngomong sama dia sekarang ini. Bram lagi banyak masalah. Semua ini gara-gara Dinda. Manusia kampungan nggak tau diri itu," sungut bu Lis.

"Mem
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • AKU BISA TANPA KAMU   MENCARI ICHA

    Sampai hampir maghrib, Icha masih belum juga ditemukan. Bram, bu Lis, Dira, dan Lina sudah mulai panik. Pencarian mereka di sekitar kompleks rumah tak membuahkan hasil. Bahkan Bram juga sudah mencarinya sampai ke jalan raya tak jauh dari rumahnya, namun tak ada hasil juga. "Kita lapor polisi aja, Mas," usul Lina saat Bram menghentikan motornya di garasi. Lelaki itu menghentakkan kakinya dengan kesal ke lantai teras. Wajahnya benar-benar kacau membayangkan entah dimana anak semata wayangnya yang belum genap berusia 5 tahun itu berada saat ini. "Kalau hilangnya baru aja, lapor polisi juga percuma, Lin," timpal Dira. "Lalu gimana, Mbak? Ini udah mau malem lho. Makin susah nyarinya nanti kalau gelap." "Lina benar, Bram. Kita lapor polisi saja," kata Bu Lis. "Sekarang kalian baru bingung? Tadi waktu aku titipkan anakku di rumah kalian ngapain aja? Nggak ada yang peduli kan sama Icha?" Bram menendang kursi teras dengan kesal hingga benda itu nyaris terlempar ke halaman. Saat semua

    Last Updated : 2021-09-26
  • AKU BISA TANPA KAMU   BANTUAN RIFAT

    "Kalian dimana sekarang?" Kalimat itu yang meluncur dari Rifat setelah Dinda menceritakan padanya soal Icha yang tiba-tiba hilang saat sedang berada di rumah Bram. "Aku sama mas Hanif masih berusaha mencari di sekitar tempat tinggal mas Bram," jawab Dinda masih dengan suaranya yang serak dan gemetar. "Oke, jangan panik, Din. Sekarang kamu kirim foto Icha ke aku sama ciri-cirinya ya. Setelah ini nanti aku susul kalian," ujar lelaki di seberang sana itu. "Aku kirim sekarang, Mas?" tanya Dinda. "Iya sekarang. Cepat ya, aku tunggu," sahut Rifat. "Baik. Terima kasih sebelumnya ya, Mas." "Nevermind." Sesuai perintah Rifat, Dinda segera mengirimkan beberapa foto Icha yang ada di galeri ponselnya berikut penjelasan ciri-ciri anaknya yang akan bisa membantu untuk pencarian. Malam itu benar-benar berlalu begitu lambat bagi Dinda. Hingga hampir tengah malam saat akhirnya Rifat menyusulnya dan Hanif, Icha masih belum juga ditemukan. Hanif sedang mengajak Dinda berhenti di depan sebuah

    Last Updated : 2021-09-26
  • AKU BISA TANPA KAMU   CEMBURUNYA BRAM

    "Apa yang kalian lakukan di sini?" Bram mendekati ketiganya dengan tatapan tak suka. Dinda, Hanif, dan Rifat hanya saling berpandangan. "Kami lagi nyari Icha," jawab Hanif kemudian, karena baik Rifat maupun Dinda terlihat tak ada yang ingin bersuara. Apalagi Dinda, yang justru melengos malas dari suaminya. "Ayo Din, ikut aku!" kata Bram tiba-tiba sambil mengulurkan sebelah tangannya pada sang istri. Mendengar itu, Dinda baru menoleh ke arah lelaki itu. "Kemana?" tanyanya. Hatinya berharap Bram sudah menemukan keberadaan anaknya. "Ya nyari anak kita lah," sahut Bram. "Kalau cuma duduk-duduk di sini nggak bakal bisa ketemu," ketus lelaki itu. Kali ini tangannya mulai memegang pergelangan tangan Dinda. "Kami sedang istirahat sebentar, Bram. Dinda juga kelelahan," jelas Hanif. "Polisi juga sudah bergerak mencarinya, kamu tenang saja," timpal Rifat yang sedari tadi juga hanya terdiam. Teringat pertemuan terakhirnya dengan sahabatnya itu yang berlangsung saling ancam membuatnya

    Last Updated : 2021-09-27
  • AKU BISA TANPA KAMU   ICHA DITEMUKAN

    "Kita ke kantor polisi, Mas," kataku pada mas Bram setelah sambungan telepon dengan Rifat diputus. "Ada apa?" tanya mas Bram penasaran. "Mereka bilang Icha sudah ditemukan." "Oya? Gimana keadaannya? Anakku baik-baik saja kan?" "Aku nggak sempat nanya tadi. Ayo cepet kita ke sana," desakku. Lalu mas Bram pun segera menyelesaikan makanannya dan kami meluncur dengan roda empatnya menuju kantor Rifat. Saat mobil berhenti di pelataran parkir kantor polisi tempat Rifat bertugas, aku segera bergegas turun tanpa menunggu mas Bram. Segera kuberlari menuju ke lobby dimana kulihat dari jauh Rifat sedang berdiri di sana menyambut kami. "Dimana Icha? Dimana anakku, Mas?" cecarku padanya. "Tenang, Din. Dia di dalam sama mas Hanif." Lalu tanpa menunggu aba-aba lagi, aku pun segera berlari ke dalam. Rifat yang sedikit kaget melihatku berlari segera berjalan cepat mengikutiku. Disusul mas Bram yang juga mengikuti dibelakangnya. Dengan langkah cepat kususuri lorong sambil sesekali kulongokka

    Last Updated : 2021-09-27
  • AKU BISA TANPA KAMU   KEGUNDAHAN DINDA

    Nyatanya bukan perasaan lega yang kurasakan saat akhirnya majelis hakim memutuskan bahwa tuntutan perceraianku dikabulkan. Bukti-bukti yang memberatkan mas Bram memang sangat cukup membuat hakim sulit untuk menolak permohonanku. Namun, ketidak-hadirannya di sidang kali ini dalam kondisi perubahan sikapnya semalam justru membuatku begitu gundah. Apa sebenarnya yang sedang terjadi dengan mas Bram? Rifat, yang siang itu menyempatkan untuk hadir di persidangan juga nampak tak begitu berniat mendekatiku. Mungkin dia bisa melihat wajah tak cerahku sejak persidangan dimulai dan yang langsung keluar dari ruangan usai persidangan mendahului yang lain. Sementara Ema berjalan beriringan dengannya seperti sedang mengajaknya berbincang serius mengenai sesuatu. Namun jelas kulihat dari tempat dudukku jika pendangan lelaki itu sesekali menatapku penuh tanya. "Din, pulang sekarang kan?" tanya Ema saat mereka berdua telah mencapai tempatku duduk. Aku menganggukkan kepala pelan. "Mau kuantar?" t

    Last Updated : 2021-09-28
  • AKU BISA TANPA KAMU   MEMBAWA LARI ICHA

    Kelelahan berlari mengejar mobil mas Bram membuatku akhirnya menyerah saat teringat keadaan ibu, mba Santi, dan anak-anaknya yang tadi kutinggalkan di rumah. Beberapa tetangga yang sempat melihatku, mulai mendekat untuk menanyai apa yang terjadi. Hingga akhirnya kuceritakan semua pada mereka. Lalu dengan bantuan para tetangga, aku pun membawa keempatnya ke klinik terdekat setelah putus asa karena tak kunjung berhasil membangunkan mereka. Dalam Kondisi panik karena Icha dibawa lari lagi oleh mas Bram dan kondisi keluargaku yang masih belum tersadar, hanya mas Hanif yang ada di dalam pikiranku untuk kuhubungi saat ini. "Ka-kamu tenang dulu ya, Din. Aku segera datang. Kamu jangan panik ya, tenang ya, tenang," ucapnya dengan sedikit terbata setelah menerima teleponku dan kuceritakan semua yang baru saja kualami. Tak berselang lama setelah kuputuskan sambungan telepon dengan mas Hanif, dokter memanggilku ke ruangannya. Melihat wajahku yang begitu kalut, dokter wanita itu memberikanku

    Last Updated : 2021-09-28
  • AKU BISA TANPA KAMU   DITANGKAPNYA BRAM

    Rifat menyambutku dan mas Hanif di lobby kantornya saat kami datang. Aku langsung celingukan berusaha menemukan dimana mas Bram dan anakku berada. "Bram masih dalam pemeriksaan," kata Rifat menyadari kebingunganku. "Icha mana, Mas?" tanyaku kemudian. "Icha ..." Rifat nampak terdiam sejenak menatapku. Dahiku mengernyit saat dia beralih menatap ke mas Hanif nampak sedikit kebingungan untuk berkata. "Tunggu di sini dulu aja, Din. Icha sebentar lagi datang kok," katanya kemudian. Bukannya tenang dan menuruti kata-katanya yang penuh tanda tanya, aku justru menjadi cemas. Kurasa ada yang sedang disembunyikan mereka berdua dariku saat ini. "Ada apa sih, Mas? Icha kenapa? Anakku kenapa?" Aku mulai mendekat padanya untuk meminta penjelasan. Ucapanku bahkan sepertinya terdengar sedikit kasar. "Din ... tenang." Mas Hanif seperti biasa berusaha membuatku tenang. "Icha nggak apa-apa. Tadi hanya terjatuh dan luka sedikit. Sekarang sedang dibawa ke klinik sama anak buahku. Sebentar lagi

    Last Updated : 2021-09-29
  • AKU BISA TANPA KAMU   KEJUTAN

    Satu minggu setelah permintaan maafku pada Rifat hari itu, aku pikir dia akan lebih sering menghubungiku. Tapi nyatanya dugaanku salah. Dia justru sama sekali tidak pernah muncul lagi. Bahkan dalam obrolan mas Hanif sekalipun, namanya tak pernah dia sebut. Lelaki itu seperti menghilang di telan bumi. Sementara itu, mau tak mau aku masih harus tetap mengikuti perkembangan kasus mas Bram karena bagaimanapun aku adalah salah satu yang terlibat dalam beberapa kasus yang dituntutkan kepadanya. Dua minggu berikutnya, saat aku dipanggil pihak kepolisian sebagai saksi korban kasus KDRT yang dilakukan oleh mantan suamiku itu, aku pun tetap tak melihat sosok lelaki itu di kantornya. Entahlah, namun tiba-tiba seperti ada yang hilang dari hidupku saat ini tanpa melihat kehadirannya lagi. Dan seperti siang ini, usai memenuhi panggilan guna memberikan saksi untuk kedua kalinya, aku berjalan dengan malas keluar dari lobby kantor Rifat. Meski langkahku sangat tak bersemangat, namun mataku mendad

    Last Updated : 2021-09-29

Latest chapter

  • AKU BISA TANPA KAMU   RENCANA LAIN PAK ARNO

    Usai ditemui bu Intan, beberapa myhari berikutnya Hanif menjadi lebih waspada. Percakapan w******p Delisha dengan seorang yang disebutnya notaris yang menyuruh Delisha mengambil berkas-berkas penting di kantornya untuk dipindahtangankan secara paksa itu membuatnya harus ekstra hati-hati. Meskipun kenyataannya, Hanif harus mentertawakan kebodohan orang-orang yang menyangka bahwa perusahaan sebonafid milik pak Arno itu dipikir akan menyimpan berkas-berkas aset penting di kantor. 'Penjahat yang sangat bodoh rupanya,' kata Hanif dalam hati. Pak Arno bukan orang amatir dalam dunia bisnis. Perusahaan yang dirintisnya bertahun-tahun dari nol itu tak mungkin mengamankan berkas-berkas aset berharganya sembarangan. Orangtua itu jelaslah sudah menyimpannya di tempat yang sangat aman. Namun kenyataannya, Delisha memang membabi buta dalam bertindak. Mengincar harta ayah angkatnya dengan caara yang kotor namun tanpa perhitungan. Hingga kemudian hari yang ditunggu Hanif pun tiba. Saat pagi itu di

  • AKU BISA TANPA KAMU   KETAHUAN

    Hanif baru akan menyalakan mesin mobilnya di parkiran sebuah kafe usai bertemu dengan seorang klien malam itu, saat sebuah suara menghentikannya."Pak Hanif, tunggu!" teriakan seorang wanita. Saat Hanif menoleh, ternyata bu Intan sudah ada di samping pintu mobilnya yang kacanya belum sepenuhnya tertutup."Bu Intan? Ngapain di sini?" tanya Hanif keheranan."Pak, saya ingin bicara sebentar. Ini penting, Pak. Menyangkut bu Delisha," ucap wanita itu sedikit terbata. Hanif sontak mengernyitkan dahi. Haruskan dia percaya pada wanita yang ternyata sudah berkhianat pada kepercayaan yang diberikan selama bertahun-tahun oleh pakdhenya itu? Hanif ragu.Melihat ketidakpercayaan dalam sorot mata mantan atasanny

  • AKU BISA TANPA KAMU   KEMBALINYA ICHA

    "Baju-baju Icha mau diapakan, Yah?" Icha sedikit kaget melihat Bram sedang duduk di lantai rumah dan memasukkan baju dan barang-barang Icha ke dalam tas besar."Ke sinilah, Cha. Duduk dekat ayah," ucap Bram.Icha melangkah pelan mendekati ayahnya. Lalu duduk bersila sembari memperhatikan Bram yang hampir selesai memasukkan semua barang ke dalam tasnya."Ayah tau beberapa hari ini kamu sedang mikirin ibu. Kamu pasti kangen kan sama ibu?""Enggak kok, Yah," sahut anak itu."Dengarkan ayah dulu. Ayah ini sudah mengenalmu sejak kamu bayi, Cha. Ayah juga bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Sama kayak ibu. Hari ini tadi ayah ketemu sama

  • AKU BISA TANPA KAMU   PENGAKUAN BU INTAN

    Kekacauan di rumah Hanif karena marahnya Santi dan bu Ranti rupanya terbawa oleh Hanif sampai di kantor. Penampilan sang direktur hari itu sangat kusut membuat beberapa staf berbisik-bisik usai menyambutnya."Tolong kumpulkan seluruh staf. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan," kata Hanif cepat pada salah satu karyawan sebelum dirinya masuk ke ruang kerjanya.Delisha yang rupanya telah berada di ruangannya itu sedikit kaget melihat kekacauan di wajah Hanif."Ada apa? Kenapa kacau begitu, Hanif?" tanyanya basa-basi. Padahal wanita itu sudah bisa menduga pasti telah ada sesuatu yang terjadi di rumah Hanif hingga lelaki itu nampak sangat kacau pagi itu."Bukan urusanmu!" gertak Hanif. Dia b

  • AKU BISA TANPA KAMU   TERJEBAK

    Kian hari Delisha makin gencar mendekati Hanif. Sementara bu Intan berada pada dilemanya dari hari ke hari. Meski pada awalnya dia tergoda dengan tawaran sang anak angkat pemilik perusahaan untuk merebut kepemimpinan dengan iming-iming sebuah mobil mewah, namun rupanya semakin ke sini hatinya tak tega juga menyaksikan niat jahat Delisha pada Hanif."Tolong hentikan, Bu. Pak Hanif itu orang baik. Ibu jangan libatkan pak Hanif dalam rencana ibu," pintanya siang itu pada Delisha saat wanita itu datang berkunjung ke ruang kerjanya."Siapa sih memangnya yang melibatkan Hanif? Aku hanya memperalatnya saja, bu Intan. Itu beda.""Itu malah lebih menyedihkan, Bu. Saya mohon hentikan saja ini. Pak Hanif itu sangat dekat dengan Pak Arno. Saya yakin jika Anda bisa baik dengannya,

  • AKU BISA TANPA KAMU   KEGELISAHAN ICHA

    Malam itu pukul 12 malam, warung kopi Bram sudah tampak sepi. Lelaki yang sudah mulai sedikit tumbuh jenggot di dagunya itu terlihat sedang membersihkan peralatan kotor sambil sesekali melirik ke anaknya yang duduk termenung di sebuah bangku pelanggan yang kosong.Malam minggu, Bram biasanya membiarkan Icha untuk menemaninya hingga larut. Walau biasanya Icha akan sudah mengantuk saat jarrum jam menunjuk angka 9. Kali ini sedikit berbeda. Anak gadis kecilnya itu berulang kali mengatakan bahwa dirinya belum mengantuk kala Bram menanyainya. Hingga kemudian saat jam menunjuk angka 12, Icha pun masih terjaga menemani sang ayah berjualan.Selesai dengan pekerjaannya, Bram pun melangkah pelan menghampiri Icha dengan dua gelas teh panas di tangannya."Belum ngantuk juga,

  • AKU BISA TANPA KAMU   NEKAT

    Tiga minggu setelah kehadiran Delisha di kantor cabang itu, para karyawan akhirnya sudah menjadi semakin terbiasa dengan kehadirannya. Wanita yang sering berkeliling dan menegur para karyawan yang sedang ngobrol atau bersantai sejenak di sela-sela aktifitas pekerjaan mereka itu bagai momok yang selalu dihindari setiap karyawan di perusahaan cargo milik pak Arno. Meski begitu, tetap saja, ada beberapa orang yang senang sekali mencari muka pada atasan baru yang terkenal sangat sadis dan sok disiplin itu.Hanif sendiri semakin ke sini semakin merasa tak nyaman. Bukan hanya karena kepemimpinannya yang seolah jadi bercabang dengan adanya wanita itu. Namun juga karena sikap Delisha yang terkadang sangat menganggu privasinya.Sebagai lelaki normal, Hanif merasa tak akan sanggup jika terus-terusan mendapat godaan dari putri angka

  • AKU BISA TANPA KAMU   RUMOR

    Meski telah berusaha menjelaskan pada Bram tentang kondisi rumah tangganya dengan sang suami yang telah membaik, nyatanya malam itu Dinda tetap gagal membawa Icha pulang.Padahal sesuai janjinya, Rifat telah mencarikan seorang asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan sang istri. Dinda juga telah berjanji untuk menjadi ibu yang lebih baik lagi. Namun rupanya Icha telah terlanjur nyaman dengan kehidupan barunya bersama sang ayah.Tangis kesedihan tak terbendung lagi saat perjalanan mereka pulang ke rumah. Rifat yang bisa merasakan kesedihan Dinda pun hanya bisa membiarkan wanitanya itu larut dalam tangisan. Tak sedikit pun lelaki itu berniat untuk menghentikan tangisan Dinda. Hanya sebelah tangannya yang sesekali mengusap punggung untuk sekedar menenangkan hati istrinya.

  • AKU BISA TANPA KAMU   BRAM DAN WARUNG KOPI

    Siang itu Bram sudah bersiap untuk menjemput Icha di sekolah saat bu Lis menghadang di depan motornya."Ada apa, Bu?""Kamu mau kemana, Bram.""Jemput Icha lah. Kemana lagi?"Nampak orangtua itu menghembuskan nafas berat."Kenapa sih, Bu?""Ibu kok kangen ya Bram sama Dira. Bisa nggak habis ini kamu anterin ibu ke rumah Dira?""Ke Surabaya? Ya nggak bisa lah, Bu. Ibu kan tahu sekarang aku ada tanggungan ngurus Icha. Ibu pergi sendiri aja deh naik bis. Nanti Bram antar ibu ke terminal atau agen bisn

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status