Share

FITNAH

Penulis: Reinee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-07 08:36:29
Dinda menginjakkan kaki di halaman rumah dan sedikit kaget karena melihat mobil suaminya ternyata sudah terparkir di garasi rumah.

Hari ini dia memang pulang agak terlambat karena dari rumah Ema tadi Icha merengek mengajak mampir ke minimarket langganan mereka untuk membeli mainan dan makanan kesukaannya.

Melihat sang ayah yang sedang berdiri di ambang pintu rumah, Icha bermaksud untuk menghambur ke arahnya. Namun karena melihat raut muka Bram yang tak enak dipandang mata, Dinda segera saja memegangi tangan kecil anaknya itu lebih erat membuat gadis cilik itu menoleh tak mengerti ke arah ibunya.

"Jam segini terus ya kamu pulangnya?" tanya Bram nampak tak suka. Beberapa menit yang lalu, lelaki itu baru menerima laporan dari ibu dan adiknya tentang Dinda yang ternyata bekerja di kantor yang sama dengan Dira. Apa lagi tentunya kalau bukan adiknya itu menjelek-jelekkan kakak iparnya di depan suaminya. Sudah bukan hal yang aneh bagi Dinda.

"Ada apa sih, Mas, baru datang kok diomelin?
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • AKU BISA TANPA KAMU   RIFAT

    "Kenapa sih, Din? Dari tadi kayak gak tenang gitu?" Mas Hanif menghentikan langkahku saat kami berdua sedang menaiki tangga menuju ruang meeting di lantai atas. Aku yang memang dari tadi merasa tidak tenang dan curiga dengan ulah adik iparku, Dira, berhenti dan menatapnya ragu. Ngomong nggak ya? batinku. "Ada apa?" tanya mas Hanif lagi. "Enggak, Mas. Aku kok lagi agak heran aja ya sama si Dira. Dari kemarin dia kayaknya ngikutin aja kemana kita pergi." "Dira? Ngikutin kita?" "Iyaa, nggak tau juga sih, Mas. Mungkin perasaanku aja kali ya?" Aku mengedikkan bahu. "Dah ah yuuk, buruan, meeting bentar lagi," kataku kemudian, mengajak mas Hanif segera melanjutkan langkah. "Memangnya ada masalah apa lagi sih kalian?" Sambil berjalan, mas Hanif rupanya belum puas dengan penjelasanku. "Nggak ada, Mas. Ya biasalah, di rumah dia ngadu ke ibunya, ke mas Bram. Trus mereka ngomelin aku. Gitu aja sih kayak biasanya." "Trus ngapain dia ngikutin kita?" "Ih mas Hanif nih. Kan aku juga ngga

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • AKU BISA TANPA KAMU   SIMPATI

    (BEBERAPA JAM SEBELUMNYA DI KANTOR POLISI) "Lagi dimana, Bro?" Sebuah panggilan telepon dari Bram siang itu menyela pertemuan Rifat dengan beberapa anak buahnya. Mereka sedang membahas suatu kasus di sebuah ruang meeting di kantornya. "Aku di kantor, ada apa?" "Ibu sama adikku ada di kantormu. Tolong ya, aku nggak bisa nemenin soalnya," kata Bram. "Adikmu? Dira? Yang berkasus sama si Denny itu?" "Bukan. Si Lina. Ibu maksa pengen ketemu sama Denny hari ini. Katanya udah nggak sabar. Aku masih ada meeting di kantorku, jadi nggak bisa nemenin mereka." "Oh, kenapa bukan Dira aja yang ke sini? Kan bisa sekalian diminta keterangan." "Dia kerja, Bro. Mungkin dia nunggu surat penggilan aja biar bisa sekalian buat ijin ke kantornya." "Ya juga sih. Oke, oke, aku akan temui ibu dan adikmu kalau gitu. Kamu tenang aja, biar kuurus." "Oke, thanks ya, Bro." "Santai aja," ucap Rifat sebelum Bram mengakhiri panggilannya. Usai sambungan telepon di tutup, Rifat pun segera berpamitan pada a

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • AKU BISA TANPA KAMU   TUDUHAN YANG KEJAM

    "Dinda belum pulang, Bu?" tanya Bram saat sampai di ruang tengah. Dilihatnya ibu dan kedua adiknya tengah duduk dengan tegang di sofa masing-masing tanpa bicara. "Belum," jawab bu Lis singkat. "Ada apa sih?" Bram mulai mencurigai ada sesuatu yang sedang terjadi di rumah itu. "Ibu tadi jadi pergi ke kantor polisi kan?" tanyanya lagi sambil ikut mendudukkan diri di sofa untuk melepas alas kakinya. "Jadi, Bram. Dan ibu sudah ketemu sama laki-laki nggak tahu diri itu. Untung tadi ada teman kamu si Rifat. Kalau tidak, habis itu si Denny ibu pukulin," kata wanita tua itu antusias. "Hmmm, trus?" Bram menanggapi cerita ibunya setengah hati karena masih sibuk dengan sepatunya. "Yaa gitu. Kata Rifat, nanti Dira akan dipanggil juga sebagai saksi korban." "Iyaa, itu dia sudah bilang juga ke aku." Lalu sejenak suasana hening. Bram yang sekali lagi menyadari ada keanehan di sekitarnya, mulai mengerutkan dahi. "Ini ada apa sih? Tumben pada anteng?" tanyanya keheranan. Lalu terlihat ibu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • AKU BISA TANPA KAMU   TAK DITERIMA

    Bukan pukulan mas Bram yang membuatku sangat kesakitan kali ini. Namun hatiku lebih sakit dengan tuduhan bahwa aku telah menyeleweng di belakangnya. Apalagi orang yang dituduhkannya padaku itu adalah mas Hanif, kakak iparku sendiri. Rasanya cukup sudah semua ini. Sampai di sini aku memutuskan untuk tidak akan lagi mau bertahan. Walaupun sebenarnya aku tak tahu menahu apa yang sebenarnya telah terjadi hingga mas Bram begitu tega menuduhku berselingkuh dengan mas Hanif, tapi tanpa perlu bertanya aku sangat yakin jika semua ini pastilah ulah adik iparku, Dira. Berarti kecurigaanku di kantor dari kemarin itu memang benar adanya, Dira sedang merencanakan sesuatu yang jahat padaku. Sepeninggal Rifat, nyatanya bukannya mendekatiku dan meminta maaf, mas Bram justru masuk begitu saja ke dalam rumah, diikuti oleh keluarganya yang lain. Lina dan ibu mertuaku sempat beberapa kali membujuk Icha untuk ikut masuk bersama mereka, namun anakku sepertinya masih terlihat trauma dengan perlakuan ayahn

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • AKU BISA TANPA KAMU   PAKET MISTERIUS

    (SIANG HARINYA DI RUMAH IBUNDA DINDA) "Pakeeet!" teriakan seseorang dari luar mengagetkan ibu Ranti, ibunda Dinda, yang sedang duduk-duduk santai menunggui dua cucu kembarnya bermain di teras rumah. Bergegas wanita itu menghampiri kurir paket yang telah berjalan mendekat ke arah teras. "Ada paket untuk ibu Santi," kata si kurir. "Oh iya, itu anak saya." "Baik, Bu. Silahkan," kata kurir itu menyerahkan sebuah amplop tanggung berwarna coklat yang dibawanya. Bu Ranti segera menerima amplop tersebut dan berjalan masuk ke dalam rumah saat sang kurir telah meninggalkan depan rumahnya. "San, ada paket nih untuk kamu," kata wanita tua itu pada anak sulungnya yang sedang menyiapkan makan siang untuk mereka di dapur. "Paket? Paket apa, Bu? Santi nggak beli apa-apa tuh," sahut wanita berusia tiga puluh tahunan itu sambil mengelapkan tangannya yang kotor ke apron. "Ibu nggak tau, nggak ada tulisan namanya. Ini." Bu Ranti mengulurkan amplop saat dilihatnya tangan anaknya sudah bers

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • AKU BISA TANPA KAMU   SAHABAT PENYELAMAT

    "Ya Allah, Diiiin, apa yang terjadi? Kenapa jam segini bawa Icha keluar rumah?" Ema kaget saat salah satu asisten rumah tangganya membangunkannya dini hari itu karena kedatangan Dinda. Lalu diamatinya wanita di depannya dengan seksama, wajah lebam di beberapa bagian, lalu mata sembab. Sungguh memprihatinkan keadaan sahabatnya itu saat ini. "Ini ulah suamimu kan?" Ema segera bisa menebak apa yang terjadi. Dinda menggangguk. Lalu tak menunggu lama, Ema pun meminta asisten rumah tangganya untuk membawa Icha ke kamar agar bisa istirahat. Ema memeluk Dinda dengan erat. Hatinya begitu miris dengan keadaan sahabatnya. "Aku dari rumah ibuku, Em ...." Tiba-tiba terdengar suara Dinda yang serak dan wanita itu kembali menangis. Melihat sahabatnya meneteskan air mata, Ema melepaskan pelukannya. Sepertinya ada yang lebih membuat Dinda sedih daripada masalahnya dengan suaminya. "Kenapa dengan ibumu?" tanya Ema penasaran. "Kakak dan ibuku tidak mau menerimaku. Mereka marah padaku, Em."

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-12
  • AKU BISA TANPA KAMU   PENASARAN

    Di rumahnya yang bergaya modern minimalis, Rifat nampak sudah siap dengan seragam dinasnya. Hari ini tak seperti biasanya, dia merasa enggan untuk sarapan. Biasanya dia selalu bangun pagi dan menyiapkan sarapannya sendiri. Menikmatinya dengan secangkir kopi sambil membaca berita pagi di situs-situs favoritnya. Namun entahlah pagi ini, rasanya seperti ada beban. Dia bahkan hampir tidak tidur semalaman. Ada semacam kegelisahan sejak dia pulang dari rumah Bram semalam. Dini hari sekitar jam 3 pagi, Rifat baru bisa memejamkan mata dan terbangun saat suara adzan subuh terdengar dari mushola kompleks dia tinggal. Dengan pekerjaan yang kadang membutuhkannya kapan saja tak kenal waktu, Rifat memang bukan orang yang punya waktu tidur teratur. Namun selama ini sebisa mungkin dia selalu menggunakan waktu istirahatnya dengan maksimal. Rasanya sudah sangat lama dia tidak mengalami kegelisahan seperti semalam. Kegelisahan yang membuatnya merasa sangat aneh. Bukan karena memikirkan sesuatu ten

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • AKU BISA TANPA KAMU   PERTEMUAN

    Aku dan Ema akhirnya sampai di rumah menjelang sore hari. Selepas mengantarkanku berputar-putar ke sana ke mari mengurus semua kepentinganku, Ema memang sengaja mengajakku dan anakku untuk menghabiskan waktu memanjakan diri. Walaupun percuma saja sebenarnya buatku. Memanjakan diri dengan kondisi wajah dan tubuh yang masih lebam-lebam, aku juga tak bisa menikmati me-time kali ini. Tapi walau bagaimanapun, aku tetap berterima kasih pada usaha sahabatku itu untuk membuatku dan anakku bahagia. Apalagi Icha, yang terlihat sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama dengan ibunya seharian ini. Saat mobil berhenti di depan rumah, Ema terlihat sedikit kaget melihat ada sebuah mobil lain sedang terparkir di pinggir jalan depan rumah. Sepertinya aku tidak asing dengan mobil itu, tapi milik siapa? Kucoba untuk mengingat-ingat, tapi tetap tak bisa. "Ada tamu ya, Pak?" tanya Ema saat satpam rumah menghampiri mobil yang kami tumpangi setelah selesai membukakan pintu gerbang. "Iya, Bu, baru

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14

Bab terbaru

  • AKU BISA TANPA KAMU   RENCANA LAIN PAK ARNO

    Usai ditemui bu Intan, beberapa myhari berikutnya Hanif menjadi lebih waspada. Percakapan w******p Delisha dengan seorang yang disebutnya notaris yang menyuruh Delisha mengambil berkas-berkas penting di kantornya untuk dipindahtangankan secara paksa itu membuatnya harus ekstra hati-hati. Meskipun kenyataannya, Hanif harus mentertawakan kebodohan orang-orang yang menyangka bahwa perusahaan sebonafid milik pak Arno itu dipikir akan menyimpan berkas-berkas aset penting di kantor. 'Penjahat yang sangat bodoh rupanya,' kata Hanif dalam hati. Pak Arno bukan orang amatir dalam dunia bisnis. Perusahaan yang dirintisnya bertahun-tahun dari nol itu tak mungkin mengamankan berkas-berkas aset berharganya sembarangan. Orangtua itu jelaslah sudah menyimpannya di tempat yang sangat aman. Namun kenyataannya, Delisha memang membabi buta dalam bertindak. Mengincar harta ayah angkatnya dengan caara yang kotor namun tanpa perhitungan. Hingga kemudian hari yang ditunggu Hanif pun tiba. Saat pagi itu di

  • AKU BISA TANPA KAMU   KETAHUAN

    Hanif baru akan menyalakan mesin mobilnya di parkiran sebuah kafe usai bertemu dengan seorang klien malam itu, saat sebuah suara menghentikannya."Pak Hanif, tunggu!" teriakan seorang wanita. Saat Hanif menoleh, ternyata bu Intan sudah ada di samping pintu mobilnya yang kacanya belum sepenuhnya tertutup."Bu Intan? Ngapain di sini?" tanya Hanif keheranan."Pak, saya ingin bicara sebentar. Ini penting, Pak. Menyangkut bu Delisha," ucap wanita itu sedikit terbata. Hanif sontak mengernyitkan dahi. Haruskan dia percaya pada wanita yang ternyata sudah berkhianat pada kepercayaan yang diberikan selama bertahun-tahun oleh pakdhenya itu? Hanif ragu.Melihat ketidakpercayaan dalam sorot mata mantan atasanny

  • AKU BISA TANPA KAMU   KEMBALINYA ICHA

    "Baju-baju Icha mau diapakan, Yah?" Icha sedikit kaget melihat Bram sedang duduk di lantai rumah dan memasukkan baju dan barang-barang Icha ke dalam tas besar."Ke sinilah, Cha. Duduk dekat ayah," ucap Bram.Icha melangkah pelan mendekati ayahnya. Lalu duduk bersila sembari memperhatikan Bram yang hampir selesai memasukkan semua barang ke dalam tasnya."Ayah tau beberapa hari ini kamu sedang mikirin ibu. Kamu pasti kangen kan sama ibu?""Enggak kok, Yah," sahut anak itu."Dengarkan ayah dulu. Ayah ini sudah mengenalmu sejak kamu bayi, Cha. Ayah juga bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Sama kayak ibu. Hari ini tadi ayah ketemu sama

  • AKU BISA TANPA KAMU   PENGAKUAN BU INTAN

    Kekacauan di rumah Hanif karena marahnya Santi dan bu Ranti rupanya terbawa oleh Hanif sampai di kantor. Penampilan sang direktur hari itu sangat kusut membuat beberapa staf berbisik-bisik usai menyambutnya."Tolong kumpulkan seluruh staf. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan," kata Hanif cepat pada salah satu karyawan sebelum dirinya masuk ke ruang kerjanya.Delisha yang rupanya telah berada di ruangannya itu sedikit kaget melihat kekacauan di wajah Hanif."Ada apa? Kenapa kacau begitu, Hanif?" tanyanya basa-basi. Padahal wanita itu sudah bisa menduga pasti telah ada sesuatu yang terjadi di rumah Hanif hingga lelaki itu nampak sangat kacau pagi itu."Bukan urusanmu!" gertak Hanif. Dia b

  • AKU BISA TANPA KAMU   TERJEBAK

    Kian hari Delisha makin gencar mendekati Hanif. Sementara bu Intan berada pada dilemanya dari hari ke hari. Meski pada awalnya dia tergoda dengan tawaran sang anak angkat pemilik perusahaan untuk merebut kepemimpinan dengan iming-iming sebuah mobil mewah, namun rupanya semakin ke sini hatinya tak tega juga menyaksikan niat jahat Delisha pada Hanif."Tolong hentikan, Bu. Pak Hanif itu orang baik. Ibu jangan libatkan pak Hanif dalam rencana ibu," pintanya siang itu pada Delisha saat wanita itu datang berkunjung ke ruang kerjanya."Siapa sih memangnya yang melibatkan Hanif? Aku hanya memperalatnya saja, bu Intan. Itu beda.""Itu malah lebih menyedihkan, Bu. Saya mohon hentikan saja ini. Pak Hanif itu sangat dekat dengan Pak Arno. Saya yakin jika Anda bisa baik dengannya,

  • AKU BISA TANPA KAMU   KEGELISAHAN ICHA

    Malam itu pukul 12 malam, warung kopi Bram sudah tampak sepi. Lelaki yang sudah mulai sedikit tumbuh jenggot di dagunya itu terlihat sedang membersihkan peralatan kotor sambil sesekali melirik ke anaknya yang duduk termenung di sebuah bangku pelanggan yang kosong.Malam minggu, Bram biasanya membiarkan Icha untuk menemaninya hingga larut. Walau biasanya Icha akan sudah mengantuk saat jarrum jam menunjuk angka 9. Kali ini sedikit berbeda. Anak gadis kecilnya itu berulang kali mengatakan bahwa dirinya belum mengantuk kala Bram menanyainya. Hingga kemudian saat jam menunjuk angka 12, Icha pun masih terjaga menemani sang ayah berjualan.Selesai dengan pekerjaannya, Bram pun melangkah pelan menghampiri Icha dengan dua gelas teh panas di tangannya."Belum ngantuk juga,

  • AKU BISA TANPA KAMU   NEKAT

    Tiga minggu setelah kehadiran Delisha di kantor cabang itu, para karyawan akhirnya sudah menjadi semakin terbiasa dengan kehadirannya. Wanita yang sering berkeliling dan menegur para karyawan yang sedang ngobrol atau bersantai sejenak di sela-sela aktifitas pekerjaan mereka itu bagai momok yang selalu dihindari setiap karyawan di perusahaan cargo milik pak Arno. Meski begitu, tetap saja, ada beberapa orang yang senang sekali mencari muka pada atasan baru yang terkenal sangat sadis dan sok disiplin itu.Hanif sendiri semakin ke sini semakin merasa tak nyaman. Bukan hanya karena kepemimpinannya yang seolah jadi bercabang dengan adanya wanita itu. Namun juga karena sikap Delisha yang terkadang sangat menganggu privasinya.Sebagai lelaki normal, Hanif merasa tak akan sanggup jika terus-terusan mendapat godaan dari putri angka

  • AKU BISA TANPA KAMU   RUMOR

    Meski telah berusaha menjelaskan pada Bram tentang kondisi rumah tangganya dengan sang suami yang telah membaik, nyatanya malam itu Dinda tetap gagal membawa Icha pulang.Padahal sesuai janjinya, Rifat telah mencarikan seorang asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan sang istri. Dinda juga telah berjanji untuk menjadi ibu yang lebih baik lagi. Namun rupanya Icha telah terlanjur nyaman dengan kehidupan barunya bersama sang ayah.Tangis kesedihan tak terbendung lagi saat perjalanan mereka pulang ke rumah. Rifat yang bisa merasakan kesedihan Dinda pun hanya bisa membiarkan wanitanya itu larut dalam tangisan. Tak sedikit pun lelaki itu berniat untuk menghentikan tangisan Dinda. Hanya sebelah tangannya yang sesekali mengusap punggung untuk sekedar menenangkan hati istrinya.

  • AKU BISA TANPA KAMU   BRAM DAN WARUNG KOPI

    Siang itu Bram sudah bersiap untuk menjemput Icha di sekolah saat bu Lis menghadang di depan motornya."Ada apa, Bu?""Kamu mau kemana, Bram.""Jemput Icha lah. Kemana lagi?"Nampak orangtua itu menghembuskan nafas berat."Kenapa sih, Bu?""Ibu kok kangen ya Bram sama Dira. Bisa nggak habis ini kamu anterin ibu ke rumah Dira?""Ke Surabaya? Ya nggak bisa lah, Bu. Ibu kan tahu sekarang aku ada tanggungan ngurus Icha. Ibu pergi sendiri aja deh naik bis. Nanti Bram antar ibu ke terminal atau agen bisn

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status