Share

69. Kesadaran Danuseka.

Ketika sandikala terlewati dan gelap malam mulai merayap, Jerit tangis tersaji gamblang di telinga kedua manusia yang masih khusyuk berkecumik melantunkan doa-doa. Ya! Tidak di pungkiri perkampungan itu dipenuhi dengan arwah yang belum ikhlas meninggalkan raganya, hal itu membuat Danuseka dan Haryo Wicaksono begitu lama berada di tempat itu. Bahkan, ketika doa berakhir tangisan pilu masih terdengar menyayat.

Bahkan, terkadang suara-suara aneh juga terdengar. Seolah menceritakan begitu bengisnya tragedi yang terjadi di perkampungan siang tadi. Kedua lelaki itu hanya menggeleng manakala suara benturan pintu terdengar begitu nyaring, begitu juga rintihan-rintihan kesakitan yang setiap saat terdengar.

“Baiknya segera tinggalkan tempat ini Kang, disini terlalu banyak energi tidak baik,” ujar Danuseka.

“Memang seharusnya begitu, Danuseka. Lagi pula perkampungan ini sudah tidak ada lagi kehidupan.” Jawab Haryo Wicaksono.

Danuseka segera mengajak Haryo Wicaksono pergi meninggalkan tempat itu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status