Beranda / Fantasi / AJISEKA / 71. Kemarahan Rimpang.

Share

71. Kemarahan Rimpang.

Penulis: Arya. P
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Bed*bah! Apa yang terjadi? Kenapa perempuan-perempuan ini mati? Wongso! Wongso!” Teriak seorang lelaki tua yang tak lain Brojolewo.

Ia memanggil bawahan yang selalu mengikuti dirinya, tetapi jawaban tidak kunjung di dengar olehnya. Brojolewo terus memanggil bawahannya, hingga akhirnya ia melihat Wongso tegah terlelap di sudut pos penjagaan. Hal itu membuat Brojolewo geram, pasalnya wanita-wanita itu hasil jarahannya dari dukuh yang di kepalai oleh Suryo Mentak.

Bugh!

Brojolewo menendang tubuh Wongso yang tengah meringkuk pulas.

“Bangun bod*h!” sentaknya.

Wongso terperanjat, ia kaget bukan kepalang manakala sebuah kaki mendarat keras di perutnya. Perutnya terasa mual, tetapi ia tidak berani berucap manakala melihat pelaku yang tidak lain Brojolewo. Lelaki itu beringsut dan segera memperbaiki posisinya.

“Bod*h Kau! Sekarang siapkan lubang besar untuk menguburkan mereka!” titah Brojolewo.

“Ada apa, Ki. Siapa yang di kubur?” tanya Wongso. Raut wajahnya tampak kebingungan manakala dirinya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • AJISEKA    72. Kumbolo terusik.

    “Hua ha ha ha ha, rupanya beberapa hari berada disini usahaku tidak sia-sia. Tunduklah padaku, wahai siluman Kera! Auramu begitu memikat, oleh sebab itu ikutlah denganku agar digdaya yang kau miliki dapat digunakan secara maksimal. Jangan khawatir, aku akan merawat dirimu dan memberi makanan kesukaanmu,” ucapnya sembari menatap tajam ke arah Rimpang.Lalu, mulut lelaki itu berkecumik pelan, membaca mantra untuk menarik Rimpang agar tunduk kepadanya. Namun, lelaki itu tidak mudah menaklukkan Kera raksasa di depannya. Nyatanya Rimpang melakukan perlawanan yang luar biasa.Serangan Rimpang mendarat telak dan menghantam tubuh si lelaki. Seketika kecumik bibirnya terhenti manakala Rimpang berhasil membuatnya terjengkang. Tetapi Hal itu tidak membuat si lelaki mundur, ia malah duduk bersila dan melanjutkan pembacaan mantranya.“Apa yang terjadi? Ada apa ini?” gumam Rimpang manakala mantra mengalun semakin intens.Tubuhnya melemas, lambat Laun energinya serasa tersedot. Di waktu yang bersama

  • AJISEKA    73. Pertolongan dari Gaharu.

    “Bod*h! Segera selesaikan sebelum kekuatan besarnya benar-benar ia gunakan!” Kumbolo berteriak dari dalam relung terdalam Ajiseka.Pemuda itu tidak membantah, ia bergegas menyiapkan diri. Bersamaan dengan itu hawa panas mulai menyebar, menguar dari tubuh lelaki yang masih menggerakkan kedua tangannya. Sedangkan Ajiseka sudah siap dengan pedang Nogoweling di tangannya.BlarDua kekuatan saling beradu, energi pedang Nogoweling berbenturan dengan energi yang keluar dari telapak tangan lawannya. Bahkan, pedang pusaka Ajiseka sampai bergetar akibat benturan itu. Sedangkan lawannya juga tidak jauh berbeda, tangan lelaki itu kebas dan tidak bisa di gerakkan secara normal.Namun, tampaknya anggota sekte Kembang Kenongo itu enggan menyudahi pertarungannya, ia kembali merangsek tanpa memperdulikan tangannya yang masih kebas. Pertarungan jarak dekat pun terjadi, pedang pusaka Nogoweling langsung lesap sesuai keinginan Ajiseka. Ya! Pemuda itu tidak ingin di anggap curang oleh lawannya.“Tidak mud

  • AJISEKA    74. Bangkitnya Roro Palupi.

    Jika manusia biasa yang melihat, sudah pasti orang akan menyaksikan seorang manusia di gotong beramai-ramai oleh kawanan Kera. Dan itulah yang terjadi pada Ajiseka, dirinya di papah oleh Rimpang dan lainnya yang juga siluman Kera. Membawa Ajiseka ke sebuah bangunan milik keluarga Rimpang.Rupanya tempat tinggal mereka berada di atas pepohonan yang tumbuh rindang, tidak hanya satu pohon saja. Tetapi beberapa pohon yang berdiri rapat, dan di atasnya ranting-ranting besar yang saling bertautan. Rindang dan tidak mudah di temukan oleh manusia.Ajiseka memulihkan energinya di tempat itu, ya! Hanya energinya saja, karena sejatinya Ajiseka tidak mengalami luka yang serius. Sedangkan Gaharu masih berdiri gagah di atas pohon yang paling tinggi. Tidak hanya membersamai Ajiseka selama pemulihan, tetapi ia juga memantau keadaan di sekeliling tempat itu. Tentu dirinya khawatir jika ada manusia lain yang hendak melakukan praktik penarikan benda bertuah, termasuk mustika milik siluman.Dingin dan he

  • AJISEKA    75. Kekejian lagi.

    Panas dan membara, sesuai dengan ucapan Sariti, setelah Roro Palupi beberapa saat berendam di telaga. Giliran Sumokolo yang berendam di lautan asmara, rupanya sang junjungan menghendaki Sumokolo menggantikan Tanu yang tewas di tangan Elang Perak. Tidak heran jika Sariti memperdulikan hidup dan mati Roro Palupi, sebab raganya juga ia kehendaki untuk digunakan olehnya.Pada akhirnya penyatuan raga yang tabu itu berlangsung hingga kokok ayam jantan menunaikan tugas rutin penyambutan sang Surya. Selayaknya pengantin yang dimabuk asmara. Bahkan setelah lepas dari pengaruh Sariti, Roro Palupi masih bersikap hangat dengan Sumokolo.Tinggalkan dua sejoli yang tidak mau keluar dari bilik tidurnya.Ajiseka berdiri diantara rapatnya pepohonan, ia menyambut indahnya pagi yang tercemar oleh keberadaan anggota sekte Kembang Kenongo yang mulai hilir mudik di sekitar hamparan hutan yang sengaja mereka rusak. Tidak lama kemudian salah satu orang berteriak memanggil rekannya. Rupanya mereka menemukan l

  • AJISEKA    76. Peran Dewi Panguripan.

    Terlalu mudah untuk menghabisi total 20 lebih anggota sekte yang berada di tingkatkan rendah. Bahkan, Ajiseka hanya perlu mengibaskan beberapa kali pedang pusaka Nogoweling ke arah mereka, maka seluruh anggota sekte itu meregang nyawa.Kini Ajiseka dan rimpang sudah kembali ke padepokan Balung Wojo, tetapi yang tinggal di padepokan hanya Rimpang. Sedangkan Ajiseka langsung menghadap ke padepokan Kahuripan menemui guru besar yang juga ibu angkatnya.“Sesungguhnya dirimu di tuntut untuk memerangi Angkara murka, Anakku... Tidak heran jika Kumbolo dan roh Nogoweling tidak menyatu dengan dirimu manakala di dalam hatimu ada niat menyelamatkan hidup pelaku angkara murka. Bahkan di dalam bayangan masa depan akan terjadi hal yang menakutkan, dimana manusia semakin jauh terperosok di lembah hitam. Lembah yang Ibu maksud adalah sifat ingkar terhadap pemilik alam dan seisinya dan memilih mengabdi kepada jalan sesat” ucap Dewi Panguripan setelah Ajiseka menceritakan kejadian selama bepergian.“Lal

  • AJISEKA    77. Perasaan terpendam Galuh.

    Sementara itu, imbas dari tindakan Ajiseka rupanya memicu tekat aliran hitam untuk mendirikan sebuah desa di wilayah barat. Masih tetap di lokasi yang mereka babat, tetapi tidak merambah lebih luas lagi. Bahkan, hutan yang semula akan di babat tidak lagi di teruskan.Hal itu tidak lain karena usaha pertama mereka memakan banyak korban, setidaknya ada dua tetua padepokan dan puluhan bawahan yang tewas di lokasi itu. Di samping itu pembentukannya bukanlah sebuah padepokan, melainkan desa kecil yang di huni oleh sebagian besar pengabdi junjungan sekte Kembang Kenongo. Seperti halnya wilayah Selatan yang di tempati oleh Haryo Wicaksono, tidak semua penduduk berpihak pada sosok yang sering-kali maujud menjadi wanita ayu bernama Sariti.Namun begitu, mereka tetap mengikuti tata cara kehidupan dan perilaku pengabdi yang taat pada junjungannya. Ya, mereka berasal dari wilayah Selatan, tujuannya adalah memperluas kekuasaan sekte agar di setiap daerah memiliki basis kekuatan. Desa pun terbentuk

  • AJISEKA    78. Pertemuan Ajiseka dan Danuseka.

    Tepi Timur.Danuseka kalut, imbas kekacauan di luaran senyatanya membuat wilayah Punden terkena dampaknya. Lelembut penguasa Punden turut bergeliat, mereka melakukan tipu daya dan memancing warganya agar membuat kesalahan. Hal yang tentu membuat Danuseka harus bertindak cepat, ia bernegosiasi dengan tiga pimpinan lelembut yang menguasai wilayah punden.Ya, dua siluman dan satu arwah penasaran yang di selimuti aura hitam, tepatnya di bayangi iblis kegelapan. Sariti, wanita jelmaan yang bertindak sebagai pimpinan dari dua siluman itu menolak tawaran damai. Pasalnya, Danuseka hanya meminta mereka menghentikan kekejian yang sudah mulai meresahkan warganya.Danuseka lantas mengumpulkan para tetua juga warganya. Ia hendak mengabarkan berita buruk perihal kegagalan usahanya membujuk lelembut Punden.Danuseka menganggap jika dirinya telah gagal menjaga ketenteraman warganya dari gangguan gaib. Hal itu membuat dirinya memikirkan nasib Putranya. Dalam hati ia meminta sang putra agar kembali saj

  • AJISEKA    79. Kehadiran Dewi Panguripan.

    “Ajiseka ... Ajiseka ... “ Galuh berteriak sembari mondar-mandir mencari keberadaan Ajiseka. Pasalnya pemuda yang biasa ia tunggui dari kejauhan itu raib bersama datangnya hujan deras yang mengguyur wilayah selatan Punden. Terlebih saat dirinya datang, ketinggian air di kali tempur lebih dari biasanya. Hal itu memantik rasa khawatirnya terhadap Ajiseka.Gadis itu lantas bertolak ke Padepokan, menemui Dewi Panguripan. Melapor keberadaan Ajiseka yang tiba-tiba menghilang dari tempat menjalankan laku tapa Brata. Rupanya Galuh melupakan ucapan gurunya perihal apa-apa yang menyebabkan Ajiseka selesai dengan laku tirakatnya.Sesampainya di padepokan ia mengadu kepada Dewi Panguripan, menceritakan hilangnya Ajiseka dan perihal ketinggian air yang meningkat di pertemuan dua sungai itu. Tetapi Dewi Panguripan malah tersenyum manakala melihat raut panik di wajah murid perempuannya. Guru besar padepokan lelembut itu mengajak Galuh duduk di sebuah batu besar yang tertata rapi.“Galuh? Tampaknya

Bab terbaru

  • AJISEKA    141. Akhir perjalanan manusia.

    Tidak sedikit warga yang langsung jatuh pingsan manakala sosok hitam besar memorak-porandakan tempat berlangsungnya Ritual doa-doa. Melihat hal itu Ajiseka tidak dapat menahan dirinya, pasalnya malam ini adalah malam sakral pemakaman jasad kuno leluhurnya. Ia langsung menghempaskan kekuatan besarnya ke arah sosok hitam besar itu, lebur dan tanpa ada perlawanan yang berarti.“Lanjutkan ritual doanya, Romo? Biarkan aji yang membersihkan area ini dari gangguan-gangguan itu,” ujar tegas Ajiseka.“Baiklah, saudaraku sekalian, mari lanjutan lantunan doa, agar esok hari dan seterusnya kita terbebas dari ketakutan. Yakinkan yang meragu dan gelisah agar kembali khusyuk, biarkan Ajiseka yang membereskan kekacauan ini.” ajak Danuseka.Disisi lain, tidak ada lagi makhluk yang membayangi arwah Sekar Sari. Ia mengambang di atas cungkup Punden, menyaksikan seluruh warga mendoakan dirinya agar tenang. Namun, ia terganggu dengan kehadiran Ajiseka yang juga mengambang.“Nyai, sesungguhnya apa yang meny

  • AJISEKA    140. Jasad leluhur

    Dhar!Dhar!Ajeng Ratri mengamuk manakala menyadari raga Sekar Sari telah di Hujam dengan senjata, akibatnya pertarungan terjadi di dalam ruangan itu. Bahkan, ruangan yang semula tertata rapi dengan wewangian yang semerbak, kini hancur lebur. Rumah gaib alam mimpi yang ia bangun sedemikian rupa senyatanya hancur dalam beberapa saat saja.“Bedebah! Tidak seharusnya aku percaya begitu saja dengan kalian!” Teriak Ajeng Ratri.Kemarahannya memuncak dan menyebabkan hawa panas tak terkira di dalam ruangan itu. Beruntung Sekar Pinesti lebih dulu menyusup dan keluar dari ruangan tanpa sepengetahuan wanita tua yang sedang di amuk amarah. Sedangkan Ajiseka sendiri masih bergeming, kemarahan wanita tua itu sama sekali tidak menjadi masalah untuk dirinya.“Hancurkan sepuasmu, Nyai ...” ujar Ajiseka.“Kau harus bertanggungjawab!” teriak Ajeng Ratri.Tubuh ringkihnya tiba-tiba membesar gagah dan hitam. Bahkan, ukurannya terus meningkat mengikuti amarahnya. Namun, lagi-lagi Ajiseka tetap bergeming.

  • AJISEKA    139. Raga mati Sariti

    Senja jingga terlewati, temaram pun mengantar sang malam mencapai puncak kelam. Di sebuah bangunan kuno di atas Puncak Punden, beberapa orang tengah khusyuk memanjatkan doa untuk leluhur yang disemayamkan di lokasi itu. Punden Kepaten, nama yang terlontar dari mulut Danuseka akibat beberapa kali menjadi tempat terjadinya kebengisan manusia yang bersekutu dengan siluman, juga arwah penasaran.Orang-orang itu tidak lain, Ajiseka berikut kedua orang tuanya, Projo dan beberapa orang yang memiliki pengaruh di wilayah Punden. Kecuali Dadungkolo, lurah Wono wingit yang membelot dan memilih bersekutu dengan siluman ular yang bernama Dewi Sengkolo.Obor-obor di tancapkan untuk sarana penerangan, lalu setelah selesai memanjatkan doa rombongan mereka bertolak ke wilayah selatan. Melewati desa Wono Kahuripan yang di pimpin oleh lurah Janudoro, penghujung desa terlewati. Namun, perjalanan belumlah selesai.Ajiseka dan rombongan berjalan menuju hamparan hutan sisi Selatan Punden, tempat dimana poho

  • AJISEKA    138. Laut Utara

    Seluruh warga Wono Wingit menghentikan aktivitas manakala terjadi gemuruh di angkasa, hal itu di sebabkan oleh pertarungan Ajiseka yang melintasi wilayah tepi Utara. Tidak hanya suara gemuruh yang menyebabkan kekhawatiran, pasalnya sesekali Ajiseka turun saat pemuda titisan iblis mendaratkan tubuhnya di pepohonan. Akibatnya kerusakan terjadi di area itu.Letak wilayah desa yang kebetulan berada di Utara punden, jelas terkena imbasnya. Beruntung pertarungan itu hanya melintas di pinggiran desa dan menghancurkan pepohonan yang ada. Melihat kekacauan yang terjadi, warga yang kebetulan hendak meladang memilih kembali ke desa.Sementara itu, Ajiseka terus menggempur pemuda titisan iblis hingga ke lautan. Beruntung pelarian musuhnya melewati jalur udara dan tidak lagi mendaratkan diri di wilayah perkampungan. Pada akhirnya laut Utara menjadi titik akhir pelarian, pertarungan sengit kembali terjadiLaut yang semula tenang kini dihiasi dengan deburan silih berganti, kebetulan keduanya memilik

  • AJISEKA    137. Danau yang hilang

    Alam yang temaram memanas. Senyatanya Danuseka tidak selemah seperti dugaan Ajeng Ratri, setiap digdaya yang dikeluarkan mampu di halau begitu mudah oleh Danuseka. Sehingga dalam waktu yang relatif singkat alam ilusi buatan Ajeng Ratri itu hancur lebur, sayangnya setelah kehancuran itu terjadi Ajeng Ratri juga turut menghilang.Dan ketika Danuseka kembali ke alam nyata ia baru tersadar jika dirinya tengah di pecundangi oleh Sariti. Dirinya sengaja di giring ke alam ilusi agar wanita jelmaan itu terbebas dari incarannya. Danuseka yakin Sariti sudah pergi jauh meninggalkan wilayah Punden, lelaki itu lantas kembali berbaur dengan tiga rekannya.“Bagaimana, kang?” tanya Danuseka kepada Janudoro.“Sementara kekuatan mayat hidup itu berkurang banyak, Ki? Namun, kita harus mewaspadai jika nantinya mereka bangkit lagi,” jawab Janudoro.“Dimana Ki Sawung dan Ki Dirgodono, saya tidak melihat keberadaan mereka, Kang?”“Tenaga mereka terkuras habis dan sedang melakukan pemulihan, beruntung ada ba

  • AJISEKA    136. Memasuki alam mimpi

    Pertarungan terjadi di tiga tempat, Ajiseka masih dengan pemuda siluman titisan iblis. Janudoro, Ki Sawung dan Dirgodono meneruskan pertarungannya dengan mayat hidup. Di bantu oleh para siluman termasuk pimpinannya yang menyusupi raga mayat hidup, akibatnya sebagian makhluk itu saling serang dengan rekannya.Sedangkan Danuseka baru saja mengejar Sariti yang terbang kesana-kemari, ya! Pertarungan mereka lebih banyak terjadi di udara. Di pohon-pohon dan sesekali turun ke daratan. Tidak masuk akal memang, bahkan jika yang melawan Sariti bukanlah praktisi supranatural niscaya hanya akan menjadi mainan wanita jelmaan itu.Seperti halnya saat ini, Danuseka mengeluarkan digdayanya secara bersamaan. Pasalnya, pergerakan yang dilakukan Sariti sungguh gesit. Bahkan, cenderung menggunakan tipu muslihat yang sangat mengganggu konsentrasi Danuseka.“Danuseka... Sepertinya aku tidak perlu sungkan lagi terhadap leluhurmu, baiklah... Jika itu yang ada pikiranmu, maka kau tidak salah sedikit pun... Ak

  • AJISEKA    135. Seteru Danuseka dan Sariti

    Sorot penuh amarah terlihat jelas di tatapan mata Danuseka, sebab sosok arwah yang ada di depannya tidak lain adalah Sekar Sari atau Sariti. Dahulu semasa hidup dan di jaman terbentuknya keraton Setyaloka, Sekar Sari merupakan salah satu anak pemilik keraton dari istri kedua yang bernama Ajeng Ratri. Wanita yang memiliki ilmu hitam dan menguasai kekuatan ilusi, atau lebih dikenal dengan penguasa alam mimpi.Artinya, Sekar Sari atau Sariti juga salah satu leluhur Danuseka. Namun, karena sifat serakah dari Ajeng Ratri yang ingin menguasai keraton Setyaloka membuat ia harus terusir. Ia ditempatkan di sisi selatan bagian luar Setyaloka yang sekarang menjadi Punden.Bahkan, keberadaan arwah yang kini diselimuti oleh aura buruk dari alam kegelapan tidak luput dari sumpah serapah Sekar Sari sendiri yang juga di Amini oleh ibunya, Ajeng Ratri. Tidak heran, sebab kematiannya pun diwarnai dengan kekejian. Dan tidak disangka, sosok yang lebih dikenal dengan sebutan Sariti itu masih ingin menguas

  • AJISEKA    134. Sekar Sari alias Sariti

    Hampir tengah malam Danuseka dan dua rekannya masih berjibaku melawan hampir seratus mayat hidup yang di bangkitkan oleh pemuda titisan iblis. Bukan perkara mudah mengalahkan makhluk-makhluk itu, pasalnya mereka benar-benar kembali hidup, tetapi berbeda dengan layaknya manusia. Sebab perangai orang-orang itu lebih menyerupai makhluk kegelapan, datar dan hanya fokus menyerang saja.Keberadaan mayat hidup yang berwujud Roro Palupi, Danuseka langsung memikirkan sesuatu. Pasalnya, pimpinan padepokan itu tidak mungkin secara kebetulan menjadi korban untuk siluman danau tepi barat. Dan pada akhirnya pemikiran Danuseka berhenti pada satu sosok yang di anggap cukup memungkinkan menjadi tersangka.Sariti, wanita jelmaan itu menjadi satu-satunya orang yang memungkinkan menjadi pelaku. Pemikiran Danuseka tidak hanya berhenti di situ saja, ia menggabungkan rentetan peristiwa yang di ceritakan rekannya di wilayah selatan. Lelaki itu menggeleng pelan manakala semua rentetan kejadian itu masuk akal,

  • AJISEKA    133. Tulang yang kembali hidup

    Raja Tirta Dunya membisiki Ajiseka agar keluar dari pusaran air Danau, hal itu di lakukan karena tidak adanya pengawasan dari pihak lain. Sedangkan pemuda siluman ikan titisan iblis itu bukanlah lawan yang tepat untuk Ajiseka. Tentu raja Tirta Dunya sudah mempertimbangkan dan menelisik seberapa kuat kekuatan iblis yang berada ditubuh pemuda siluman itu.Sesaat setelah mendapat bisikan, Ajiseka langsung melesat ke daratan. Seketika pusaran air itu pudar dan beradu, akibatnya gelombang air yang cukup tinggi menyembur hampir setinggi tebing. Tidak lama setelah aktivitas air mereda pemuda siluman pun turut melesat ke atas menusuk Ajiseka.“Banyu Panguripan, ijinkan ibu melengkapi kekuatan yang ada di tubuhmu,” ujar Dewi Panguripan kepada Ajiseka.“Maksud Kanjeng Ibu?” jawab Ajiseka. Dirinya merasa kebingungan dengan maksud melengkapi yang di lontarkan oleh Ibu angkatnya.“Ibu harus merasuk dan melengkapi kekuatan yang kamu miliki. Sebentar lagi gelap dan Ibu yakin iblis itu akan mengumpul

DMCA.com Protection Status