Nyonya Wanda seketika terperangah. Ia tidak percaya dengan apa yang barusam diucapkan oleh Zoya padanya. Bagaimana mungki dengan tidak tahu malunya Zoya meminta setengah saham perusahaan Danuaji Corp milik keluarganya?"Jangan bermimpi kamu, Zoya!" ucap Nyonya Wanda sambil berdiri dan menggebrak meja. Membuat minuman mereka sedikit berguncang dan memercik ke mana-mana.Tadinya Nyonya Wanda akan berbicara baik-baik dengan Zoya, karena Nyonya Wanda tidak mau ada pertikaian. Bahkan, Nyonya Wanda dengan baiknya menawarkan kebaikannya asal Zoya keluar dari perusahaan Dante.Tapi apa yang Zoya inginkan justru malah membuat Nyonya Wanda kesal seketika. Zoya tertawa melihat ekspresi Nyonya Wanda yang sangat marah itu."Sebaiknya Tante turuti kemauanku," kata Zoya penuh percaya diri."Lagi pula seharusnya saya dihormati sama seperti putra Anda kan, Tante?" ucap Zoya sambil menekan kata Tante kepada Nyonya Wanda.Nyonya Wanda me
Saat Dante menuruni anak tangga, bel rumahnya terdengar. Dante langsung berjalan ke arah pintu dan membukakan pintu rumahnya.Benar dugaan Dante jika itu adalah Zoya. Dante langsung mengajak Zoya masuk ke dalam rumahnya."Di mana Mama mu?" tanya Zoya kepada Dante."Mungkin Mama masih di atas sebentar lagi dia turun kok," jawab Dante."Aku bawa donat, Mamamu suka gak ya?"Dante tersenyum kepada Zoya. "Tentu saja biasanya Mama suka sekali donat," jawab Dante.Zoya pun mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, lalu Dante membawa Zoya ke ruang makan. Dan benar saja di atas meja sudah terhidang banyak sekali makanan.Saat Dante akan duduk, ia teringat sesuatu ia belum mengenakan jam tangannya. Karena biasanya Dante selalu mengenakan jam tangannya jika ada apa pun."Zoya aku ke atas dulu ya kamu di sini dulu, sebentar lagi mama pasti akan turun kok," ucap Dante.Zoya tersenyum begitu lebar lalu menganggukkan k
Di kediaman Dante, nyonya Wanda terlihat sangat panik apalagi setelah kemarin Zoya datang ke rumahnya. Minyak Wanda penasaran Abang sebenarnya joya atau antara orang tua Zoya dan dirinya.Nyonya Wanda bingung harus meminta bantuan pada siapa, sebab Dante pasti tidak akan mau memecat Zoya. Dan Dante pasti akan meminta penjelasan kenapa nanya Wanda bersikeras ingin memecat Zoya."Apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumam Nyonya Wanda dengan perasaan campuran aduk, karena terus memikirkan ancaman dari Zoya."Setengah saham di perusahaan tidak boleh jatuh ke tangan siapa pun, dan rahasiaku juga tidak boleh sampai ke telinga Dante." Nyonya Wanda lagi-lagi bermonolog seorang diri.Nyonya Wanda terus mondar-mandir di dalam kamarnya, iya benar-benar sangat membenci Zoya. Jika saja Nyonya Wanda memiliki keberanian yang besar pasti ia sudah membunuh Zoya saat ini juga. Sayangnya Nyonya Wanda tidak memiliki keberanian sebesar itu."Ditambah Zoya m
Dante merasa senang saat Adriana menghubunginya. Apalagi saat Adriana bilang ingin bertemu dengannya. Dante berpikir Adriana merasa cemburu karena Dante selalu mengupdate-kan dirinya dan Zoya."Sebaiknya aku yang menjemputmu saja," ujar Dante kemudian.Adriana terdiam di seberang sana sampai akhirnya gadis itu mengiyakan perkataan Dante. Setelah itu, Adriana langsung mematikan sambungan teleponnya.Dante langsung tertawa girang di dalam kamarnya. Bahkan, Dante membuat gerakan-gerakan hore saking senangnya. Begitu senang dihubungi oleh Adriana membuatnya hampir lupa diri.Sulit untuk mendeskripsikan betapa senangnya ia saat ini karena Dante sangat merindukan Adriana.Dengan cepat Dante langsung pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Dante bahkan membersihkan setiap lipatan di tubuhnya saking ia merasa senangnya. Padahal Adriana tidak akan melihat semua lipatan di tubuhnya."Rileks Dante rileks, jangan berlebihan oke, kamu harus terlihat cuek di hadapan Adriana," ucap Dante terh
Pagi ini, seperti biasa Dante menjemput Zoya ke kediamannya. Tidak ada yang berubah dari Dante, Dante bersikap seperti biasanya, memperhatikan Zoya seolah-olah Zoya adalah kekasihnya.Dante bersikap seolah-olah dia tidak tahu apa-apa, padahal Dante sudah mengecek CCTV kantor juga, semalam setelah pulang mengantarkan Adriana ke kosannya. Dante langsung meminta rekaman CCTV kepada sekretarisnya.Dan ternyata benar, di sana ada Zoya yang sedang mengobrak-abrik ruangan kerjanya. Dante masih ingat kejadiannya tepat saat Zoya memintanya untuk membelikan makanan.Dante benar-benar merasa bodoh sekarang. Dia benar-benar dibodohi oleh Zoya, perempuan yang sangat dia tidak sukai."Rupanya kamu main-main denganku Zoya. Lihat saja apa yang aku lakukan kepadamu nanti," ucap Dante dalam hatinya. Bibir Dante terus tersenyum sambil melirik ke arah Zoya yang sedang duduk di sampingnya."Kapan aku akan mulai bekerja seperti sekretaris ke satumu itu?" tanya Zoya merajuk, ia mengerucutkan bibirnya.Melih
"Dante, aku bisa jelaskan semuanya," ucap Zoya sambil beranjak dari tempatnya jatuh dengan sangat tergesa. Dante tersenyum miring. "Terlambat, Zoya. Aku sudah mengetahui semuanya. Ternyata kamu berkhianat di belakangku," ucap Dante sambil dengan tegas menudingkan telunjuknya ke muka Zoya. "Tidak, Dante. Aku—" "Cukup! Sekarang pergi kamu dari sini!" teriak Dante kasar. Dante sudah benar-benar marah kepada Zoya. Ia tidak ingin melihat wajah Zoya lagi. Bahkan, sekarang dia merasa jijik saat melihat Zoya. "Dante dengarkan aku dulu. Rekaman itu pasti dimanipulasi," ucap Zoya. "Dan soal dokumen itu, sepertinya ada yang sengaja menjebakku," ucap Zoya memutar keras otaknya untuk membela diri. Dante yang sudah tahu semuanya tidak percaya sedikit pun dengan ucapan Zoya. Bahkan Dante juga sudah melihat keaslian rekaman CCTV yang ada di ruangan kerjanya. Jadi Dante tidak mungkin salah, dan tidak akan ada mungkin yang memanipulasi rekaman CCTV di ruangan kerjanya. "Pergi sebelum aku menyer
Dante duduk di kamarnya sambil menopang dagu, Ia merasa bingung karna rencananya untuk bikin Adriana cemburu malah gagal total dan malah bikin dia hampir kehilangan aset penting.Dante tidak percaya dengan apa yang Zoya lakukan, Dante pikir Zoya tidak akan senekat itu mengambil dokumen penting milik perusahaannya.Jika saja Adriana tidak memberitahunya mungkin saja sekarang perusahaan sudah tinggal nama. Dante sangat berterima kasih kepada Adriana tapi ia tidak sanggup untuk mengatakan hal itu kepadanya.Ego Dante terlalu tinggi untuk mengatakan terima kasih kepada Adriana, tapi dalam hati Dante, ia sungguh-sungguh berterima kasih kepada Adriana, karena Adriana sudah mau membantu ibunya untuk mengatakan hal itu kepadanya."Dia benar-benar gadis yang baik," gumam Dante.Dante ingin bertemu dengan Adriana, tapi tetap saja egonya terlalu tinggi untuk itu.Dante juga sempat kena marah ibunya gara-gara dirinya terlalu mempercayai Zoya, apalagi dengan bangganya Dante bilang mengangkat Zoya s
Adriana yang baru saja bangun dari tidurnya langsung meraih ponsel, mencari notifikasi yang sangat penting. Jika ada Adriana akan langsung membalasnya jika tidak Adriana akan mengabaikannya, seperti chat dari Neil yang selalu Adriana abaikan.Karena tidak ada satu pun chat yang penting, Adriana langsung menyimpan kembali ponselnya. Ia pun berjalan ke arah kamar mandi untuk membasuh wajah dan menyikat gigi. Setelah itu, Adriana berjalan ke arah lemari yang selalu ia isi makanan.Adriana mengambil dua lembar roti dan susu, lalu ia memakannya untuk mengganjal perut. Cukup sebagai bekal cadangan perut, pikirnya membatin. Begitulah kehidupan anak kos.Tiba-tiba suara dering ponsel membuat Adriana terkejut. Adriana langsung mengambil ponselnya. Saat tahu jika yang menghubunginya Neil, Adriana langsung mengabaikannya. Tapi Neil tidak menyerah begitu saja, Neil menghubunginya sampai lima kali.Adriana merasa terganggu. Ia pun segera meraih ponselnya kemba