Home / Romansa / ABNORMAL / Terjatuh

Share

Terjatuh

last update Last Updated: 2020-08-25 17:14:14

Jam pulang akhirnya tiba, tetapi Liliana tidak langsung pulang, ke kebetulan kali ini jadwal piketnya membersihkan kelas bersama Yoga dan Halma. Mereka bertiga membersihkan kelas sampai beres. Yoga mengangkat seluruh kursi ke atas bangku, sedangkan Halma menyapu lantai dan Liliana sekarang mulai naik ke atas kursi untuk menghapus papan tulis.

Tiba-tiba saja tanpa Liliana sadari hampir saja terjatuh, beruntunglah saat itu ada Yoga di belakang Liliana, dan akhirnya Yoga langsung memeluk Liliana di dalam pelukannya.

"Tuhan, takut sekali," Liliana bergetar, dia benar-benar merasa ketakutan, hampir saja dia terjatuh ke lantai.

"Kamu hati-hati dong. Bagaimana kalau tadi di belakang tidak ada aku, kamu bisa terjatuh, kepala kamu bisa terbentur ke lantai. Bukankah itu bahaya," kata Yoga dengan perlahan. Liliana mencoba menorehkan sedikit senyumnya dia merasa tidak nyaman karena berada dalam pelukan Yoga. Yoga masih belum sadar bahwa sekarang dia sedang memeluknya dengan erat.

"Ahemm! Mau sampai kapan kalian berpelukan seperti itu, romantis sekali, kelas bahkan belum selesai dibereskan. Cepatlah aku harus segera pulang supirku sudah menunggu," ungkap Halma dengan nada tidak senang, melihat Yoga dan Liliana bersama.

Yoga tersadar bahwa dia benar-benar sedang memeluk gadis cantik yang manis dan sangat energik. Boleh dibilang Liliana adalah bintang kelas. Yoga langsung menatap mata Liliana, matanya membulat, dia baru tersadar dia telah memeluk wanita itu dengan erat.

Yoga pun langsung melepaskan pelukannya dengan perlahan, membiarkan Liliana duduk di bangku yang sempat dia naiki tadi.

"Maafkan aku halma, tadi Yoga hanya membantuku. Yoga menolongku karena aku hampir terjatuh," kata Liliana meminta maaf kepada Halma, sedangkan Halma benar-benar terlihat kesal kepadanya.

"Aku mau ke Rumah Sakit menjenguk Ibuku, makanya kalian jangan berleha-leha seperti itu. Aku tidak tenang. Aku ingin segera menemui ibuku," kata Halma kepada Liliana dan Yoga.

"Apa ibumu sakit?" tanya Yoga kepada Halma.

"Iya Ibuku baru saja selesai operasi, ada batu empedu di dalam ginjalnya. Karena itulah aku harua segera pulang, supirku sudah menungguku. kalian mah asik-asikan berpelukan." Halma masih merasa tidak senang karena dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan ibunya.

"Oke Halma, karena memang ibumu sedang sakit, kamu bisa pulang terlebih dahulu, aku yang akan membersihkan lantai, aku akan membersihkan kaca dan mengepel lantainya," kata Liliana dengan menorehkan senyum yang manis. Liliana memang selalu baik dan ramah kepada siapapun, walaupun orang itu terlihat tidak senang kepadanya.

"Benarkah. Aku boleh pulang terlebih dahulu? Aku benar-benar ingin segera berjumpa dengan ibuku. Aku merasa cemas dan khawatir." Halma terlihat bahagia, dia tersenyum manis.

"Iya tentu saja kamu boleh pulang terlebih dahulu. Yoga kamu juga boleh pulang duluan kok, aku yang akan membersihkannya," kata Liliana mengizinkan Halma untuk pulang. Halma pun langsung bersiap membereskan tasnya. Halma langsung pergi dari kelas itu, dan kini tersisalah Yoga dan Liliana.

"Kamu tidak pulang Yoga, kamu pulang saja, tidak apa-apa aku membereskan lantai sendirian, yang begini ini pekerjaan rumah yang bisa aku lakukan kok," kata Liliana kepada Yoga sambil menolehkan senyum yang manis, tetapi Yoga menggelengkan kepalanya, pria itu malah menatap dan Liliana dengan senyuman manisnya. Baru kali ini Yoga tersenyum seperti itu, Lian sempat tersentak, betapa tampannya senyuman itu, benar-benar merasakan degupan jantungnya berdetak kencang, melihat Yoga yang menatapnya dengan tatapan yang begitu tajam.

"Liliana ... apakah kamu sudah memiliki seorang kekasih?" tanya Yoga dengan perlahan, pria itu tiba-tiba saja membuka kaca matanya, saat Liliana terlihat begitu terkejut karena ternyata Yoga begitu tampan tanpa kacamata. Liliana menundukkan wajahnya, pipinya bersemu merah. Tetapi dia kini dilanda kebingungan tentang statusnya.

Haruskah dia jujur kepada Yoga, atau haruskah dia berbohong bahwa dia belum memiliki kekasih. Kini Liliana hanya bisa terdiam saja, dia tidak tahu harus menjawab apa kepada Yoga dan pertanyaan Yoga sepertinya tidak lazim bagi seorang teman.

"Liliana kenapa tidak menjawab pertanyaanku?" tanya Yoga sambil menatap Liliana dengan tajam. Yoga pun menghampiri dan mereka saling saling berdekatan. Yoga memegang bahu Liana dengan perlahan.

"Emmhh ... Yo, aku tidak bisa menjawabnya," ucap Liliana dengan perlahan, dan Lian segera menghindari Yoga mencoba untuk mengangkat kain pel dan embernya, tetapi tiba-tiba sahaja Yoga memeluk dari belakang.

"Apakah kamu sudah memiliki seorang kekasih?" kata Yoga, dengan perlahan pria itu memeluk tubuh mungil Liliana dari belakang, tubuh Liliana bergetar begitu hebat, dia tanpa sengaja melepaskan pegangan pada embernya dan ember tersebut akhirnya jatuh dan menumpahkan banyak air di lantai.

"Ahh ... maafkan aku, airnya tumpah semua." Liliana merasa sangat gugup dia menatap kearah Yoga dan mereka pun saling bertatapan, saat hendak mundur tiba-tiba saja Liliana terjatuh, gadis itu terpeleset jatuh terlentang dan menendang kaki Yoga, membuat Yoga ikut terjatuh, sehingga kini badan Yoga berada di atas tubuh Liliana.

"Hah hah hah ... aduh sakit," kata Liliana pelan, sambil mendesah karena merasa sakit, kepalanya terasa pusing, bahkan kini Liliana merasa begitu sesak karena tubuh Yoga sudah menindih tubuhnya.

Kini posisi Yoga dan Liliana seperti orang yang sedang bercinta. Yoga berada di atas Liliana dan Liliana menetap Yoga dari bawah. Yoga menatap Liliana tanpa henti, pria itu seolah tidak mau beranjak dari posisinya, pria itu tiba-tiba saja mengelus rambut Liliana, mereka sudah basah karena air dari ember tersebut, baju mereka basah semuanya. Yoga malah mengelus rambut Liliana dengan lembut.

"Liliana, aku suka sama kamu," kata Yoga dengan suara yang begitu pelan, berbisik begitu mesra ke arah telinga Liliana, lalu menggigit kecil telinga tersebut.

Membuat Liliana hanya bisa memejamkan mata ketika bibir Yoga mulai menggigit kecil daun telinganya, gadis itu tidak bisa bergerak lagi, tubuhnya bergetar begitu hebat, jantungnya berdegup begitu kencang. Benar sekali, Yoga memang tampan dan posisi seperti ini posisi siap untuk bertempur.

"Yo-Yoga ... Wait," kata Liliana sambil mencoba menyentuh pipi Yoga dengan kedua tangannya.

Yoga jadi semakin terguncang, ketika tangan lembut Liliana menyentuh pipinya, pria itu seolah sangat bernafsu, melihat gadis yang kini sedang bertumbuh basah itu melekat dengan tubuhnya.

"Li ...." bisik Yoga perlahan, pria itu kembali menatap mata cantik milik Liliana, benar-benar sebuah tatapan yang membuat Liliana tidak bisa untuk menolak. Gadis itu kini hanya bisa pasrah ketika bahkan Yoga mulai meraup bibirnya dengan penuh nafsu dan gairah.

"Emmhhhhm ...."

Desahan itu keluar dari bibir Liliana ketika Liliana mau berkata tanpa aba-aba Yoga langsung menyambar bibir mungil itu. Kini mereka menyatukan bibir mereka dan bertukar saliva. Yoga mengabsen suruh gigi gadis itu. Lidahnya meliuk ke seluruh rongga bibir gadisnya, memeriksa seluruh saliva yang basah namun terlihat begitu nikmat dan memabukan.

***

Related chapters

  • ABNORMAL   Kecupan Bergairah

    Warning 21+Yang sedang puasa sebaiknya jangan baca.***Yoga terus memberikan kecupan basah dan hangat pada bibir ranum gadis yang kini sudah dia dekap penuh dengan kekuatan tubuhnya. Gadis yang berada di bawah tubuhnya kini hanya bisa pasrah dengan mata yang tertutup. Liliana hanya bisa merasakan energi luar biasa membuat dia bergairah."Emmh... Emmh," desahan lembut gadis itu lontarkan ketika terus-menerus ketua kelas itu memainkan bibirnya.Nuansa yang sungguh beraroma. Suasana yang sangat mendukung karena semua orang sudah pulang. Dan hanya tersisa dua insan yang basah itu saling mendekap."Nikmat, bibir gadis ini begitu manis, aku tidak menyangka sebuah ciuman selembut ini, manis se

    Last Updated : 2020-08-25
  • ABNORMAL   Pernyataan Cinta

    "Tidak-tidak kamu tidak perlu tahu rumahku, kamu akan terkejut kalau tahu rumahku," tolak Liliana kepada Yoga. Gadis itu tidak mau Yoga tahu rumahnya, Liliana sangat takut Yoga tiba-tiba saja main ke rumahnya dan itu akan sangat berbahaya jika saja papi Abraham tahu apa yang dilakukan oleh Liliana, maka matilah dirinya."Baiklah tidak apa-apa kalau kamu tidak mau memberitahu rumahmu padaku, aku akan mencari tahu sendiri," kata Yoga dengan senyuman yang manis, dia kini sudah membenarkan pakaiannya. Yoga terlihat sangat puas karena sudah making out bersama dengan Liliana.Sebetulnya Liliana sangat menyukai making out seperti ini, karena dia bisa menikmati semuanya tanpa rasa sakit. Bahkan rasanya Liliana ingin bermain lagi bersama dengan Yoga seperti tadi, benar-benar sangat nikmat, tubuhnya seolah tidak bisa me

    Last Updated : 2020-08-25
  • ABNORMAL   Cemburu

    Warning 21+Dilarang baca untuk yang sedang puasa.***"Aku tidak bisa menjadi kekasihmu. Bukannya aku tidak mau menerima pernyataan cintamu, dan ketulusan perasaanmu, kita hanya akan tetap menjadi teman," kata Liliana dengan mata yang berkaca-kaca."Teman?""Sebagai seorang teman, teman dalam segala hal. Maukah kamu menjadi temanku, kita akan seperti ini jika kita mau," kata Liliana sambil berbalik ke arah Yoga, lalu menatap Yoga dengan tajam, kemudian Liliana jinjit untuk menyamakan posisi tubuhnya dengan Yoga dan dia pun mengecup bibir Yoga perlahan, setelah itu Yoga langsung tersadar dengan keinginan Liliana."Kita akan seperti ini, menjadi tempat dalam segala hal. Baiklah kita akan menjadi te

    Last Updated : 2020-08-25
  • ABNORMAL   Rasa Sakit

    Gadis itu masih terisak. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan, tentang rasa sakit yang dia rasakan saat ini."Jangan menangis lagi, aku tidak tega melihatmu seperti ini, aku mohon berhentilah menangis demi aku," ucap Hendrata kepada Liliana."Kamu tega berbuat seperti tadi, itu menyakitiku. Apa kamu tahu? Bukan kenikmatan yang aku rasakan, aku hanya bisa menahan rasa sakit," isakan tangis dari Liliana masih terlihat, sedang Hendrata kini menyesal telah membuat Liliana sakit dan terluka."Benarkah, tidak ada kenikmatan sama sekali, yang kamu rasakan? Bukannya tadi kamu mendesah nikmat?" tanya Hendrata dengan kening berkerut, tidak menyangka sama sekali yang diberikan Hendrata adalah kesakitan, bukanlah kenikmatan, dan Hendrata merasa tidak berguna menjadi seorang pria k

    Last Updated : 2020-08-25
  • ABNORMAL   Tak Sanggup

    Jantung Hendrata seolah mau meledak, ketakutan sudah menjalar ke seluruh tubuhnya. Jika saja tuan besarnya sampai mengetahui tindakannya barusan, maka bukan cuma kehilangan pekerjaan, tetapi dia pun akan segera kehilangan nyawanya."Tuan besar, Nyonya tadi ketiduran di mobil, sepertinya beliau begitu lelah selepas piket di Sekolah," ucap Hendrata mencoba untuk tenang di balik semua kegalauan dan ketakutan yang dia rasakan saat ini."Kamu berani menggendong istriku seperti itu. Aku tidak suka kamu menyentuh Lian begitu," kata tuan Wicaksana merasa geram karena Hendrata berani-beraninya menggendong sang istri.Pria paruh baya itu tidak suka istrinya digendong oleh orang lain, di pegang pun dia tidak suka, apalagi diperlakukan seperti itu dengan segera. Tuan Hendrata menggendong Liliana m

    Last Updated : 2020-08-25
  • ABNORMAL   Harus Istirahat

    Liliana masih terbaring lemah tak berdaya. Papi Abraham menyarankan Bibi untuk membantu Liana mengenakan pakaiannya. Liliana yang masih pingsan kini sudah di kenakan pakaian. Tiba-tiba saja beberapa saat kemudian Hendrata datang bersama seorang Dokter.Hendrata terlihat begitu cemas tatkala melihat keadaan Liliana yang pucat pasi."Ya Tuhan Sayang, Ya Tuhan kenapa kamu jadi seperti ini. Apa ini gara-gara aku? Tolong maafkanlah aku Sayang. Aku tidak akan pernah melakukan hal itu lagi, jika kamu tidak mau,"kata Hendrata dengan mata yang sendu, Pria itu sungguh iba melihatnya, gadisnya terkulai lemas tak berdaya seperti orang mau mati saja."Silahkan Dokter, tolong periksa keponakan saya," kata tuan Abraham Wicaksana kepada Dokter tersebut. Pria tua itu sengaja berbohong bahwa Liliana ada

    Last Updated : 2020-08-25
  • ABNORMAL   Kedatangan Yoga

    Sekolah.Tiga hari setelah kejadian di kelas bersama dengan Liliana. Yoga masih merasa sangat penasaran kenapa bisa-bisanya Liliana tidak datang ke sekolah, sudah 3 hari lamanya. Dia begitu cemas karena bahkan ponsel Liliana tidak bisa dihubungi."Kemana Liliana sebenarnya? Apakah dia ada keperluan atau bahkan mungkin sakit. Ya Tuhan, aku sangat mencemaskan dia," kata Yoga di dalam hatinya, pria itu ingin segera pulang dari Sekolah. Dia sudah tidak nyaman berada di kelas, karena bahkan tubuhnya ada di dalam kelas, tetapi pikirannya ada di luar, melayang-layang mencari keberadaan Liliana."Ga, kamu kenapa? Kok seperti banyak pikiran begitu, fokus dong, di depan Pak Siswoyo sudah mulai memperhatikan ka

    Last Updated : 2020-08-25
  • ABNORMAL   Kemarahan Hendrata

    Sebuah aura kebencian telah berkerumun di kepalanya, pria itu merasakan sebuah kecemburuan yang teramat dalam, tatkala melihat gadisnya disentuh oleh orang lain. Yoga telah berani masuk ke dalam rumah Liliana dan membuat Hendrata terbakar oleh api cemburu."Siapa pria itu?" tanya Tuan Abraham Wicaksana kepada Hendrata."Dia teman sekelas nyonya, Tuan," ucap Hendrata sambil menundukkan wajahnya, pria itu merasa cemburu, tetapi tuan Abraham lebih lebih dari pada itu."Apa dia dekat dengan istriku?" tuan Abraham bertanya kepada Hendrata dengan mata yang merah, kakek tua itu begitu marah kepada anak remaja yang bernama yoga, karena sudah berani datang ke rumahnya dan menemui istri kesayangannya."Sepertinya hanya berteman saja Tuan," jawa

    Last Updated : 2020-08-25

Latest chapter

  • ABNORMAL   Kemarahan Hendrata

    Sebuah aura kebencian telah berkerumun di kepalanya, pria itu merasakan sebuah kecemburuan yang teramat dalam, tatkala melihat gadisnya disentuh oleh orang lain. Yoga telah berani masuk ke dalam rumah Liliana dan membuat Hendrata terbakar oleh api cemburu."Siapa pria itu?" tanya Tuan Abraham Wicaksana kepada Hendrata."Dia teman sekelas nyonya, Tuan," ucap Hendrata sambil menundukkan wajahnya, pria itu merasa cemburu, tetapi tuan Abraham lebih lebih dari pada itu."Apa dia dekat dengan istriku?" tuan Abraham bertanya kepada Hendrata dengan mata yang merah, kakek tua itu begitu marah kepada anak remaja yang bernama yoga, karena sudah berani datang ke rumahnya dan menemui istri kesayangannya."Sepertinya hanya berteman saja Tuan," jawa

  • ABNORMAL   Kedatangan Yoga

    Sekolah.Tiga hari setelah kejadian di kelas bersama dengan Liliana. Yoga masih merasa sangat penasaran kenapa bisa-bisanya Liliana tidak datang ke sekolah, sudah 3 hari lamanya. Dia begitu cemas karena bahkan ponsel Liliana tidak bisa dihubungi."Kemana Liliana sebenarnya? Apakah dia ada keperluan atau bahkan mungkin sakit. Ya Tuhan, aku sangat mencemaskan dia," kata Yoga di dalam hatinya, pria itu ingin segera pulang dari Sekolah. Dia sudah tidak nyaman berada di kelas, karena bahkan tubuhnya ada di dalam kelas, tetapi pikirannya ada di luar, melayang-layang mencari keberadaan Liliana."Ga, kamu kenapa? Kok seperti banyak pikiran begitu, fokus dong, di depan Pak Siswoyo sudah mulai memperhatikan ka

  • ABNORMAL   Harus Istirahat

    Liliana masih terbaring lemah tak berdaya. Papi Abraham menyarankan Bibi untuk membantu Liana mengenakan pakaiannya. Liliana yang masih pingsan kini sudah di kenakan pakaian. Tiba-tiba saja beberapa saat kemudian Hendrata datang bersama seorang Dokter.Hendrata terlihat begitu cemas tatkala melihat keadaan Liliana yang pucat pasi."Ya Tuhan Sayang, Ya Tuhan kenapa kamu jadi seperti ini. Apa ini gara-gara aku? Tolong maafkanlah aku Sayang. Aku tidak akan pernah melakukan hal itu lagi, jika kamu tidak mau,"kata Hendrata dengan mata yang sendu, Pria itu sungguh iba melihatnya, gadisnya terkulai lemas tak berdaya seperti orang mau mati saja."Silahkan Dokter, tolong periksa keponakan saya," kata tuan Abraham Wicaksana kepada Dokter tersebut. Pria tua itu sengaja berbohong bahwa Liliana ada

  • ABNORMAL   Tak Sanggup

    Jantung Hendrata seolah mau meledak, ketakutan sudah menjalar ke seluruh tubuhnya. Jika saja tuan besarnya sampai mengetahui tindakannya barusan, maka bukan cuma kehilangan pekerjaan, tetapi dia pun akan segera kehilangan nyawanya."Tuan besar, Nyonya tadi ketiduran di mobil, sepertinya beliau begitu lelah selepas piket di Sekolah," ucap Hendrata mencoba untuk tenang di balik semua kegalauan dan ketakutan yang dia rasakan saat ini."Kamu berani menggendong istriku seperti itu. Aku tidak suka kamu menyentuh Lian begitu," kata tuan Wicaksana merasa geram karena Hendrata berani-beraninya menggendong sang istri.Pria paruh baya itu tidak suka istrinya digendong oleh orang lain, di pegang pun dia tidak suka, apalagi diperlakukan seperti itu dengan segera. Tuan Hendrata menggendong Liliana m

  • ABNORMAL   Rasa Sakit

    Gadis itu masih terisak. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan, tentang rasa sakit yang dia rasakan saat ini."Jangan menangis lagi, aku tidak tega melihatmu seperti ini, aku mohon berhentilah menangis demi aku," ucap Hendrata kepada Liliana."Kamu tega berbuat seperti tadi, itu menyakitiku. Apa kamu tahu? Bukan kenikmatan yang aku rasakan, aku hanya bisa menahan rasa sakit," isakan tangis dari Liliana masih terlihat, sedang Hendrata kini menyesal telah membuat Liliana sakit dan terluka."Benarkah, tidak ada kenikmatan sama sekali, yang kamu rasakan? Bukannya tadi kamu mendesah nikmat?" tanya Hendrata dengan kening berkerut, tidak menyangka sama sekali yang diberikan Hendrata adalah kesakitan, bukanlah kenikmatan, dan Hendrata merasa tidak berguna menjadi seorang pria k

  • ABNORMAL   Cemburu

    Warning 21+Dilarang baca untuk yang sedang puasa.***"Aku tidak bisa menjadi kekasihmu. Bukannya aku tidak mau menerima pernyataan cintamu, dan ketulusan perasaanmu, kita hanya akan tetap menjadi teman," kata Liliana dengan mata yang berkaca-kaca."Teman?""Sebagai seorang teman, teman dalam segala hal. Maukah kamu menjadi temanku, kita akan seperti ini jika kita mau," kata Liliana sambil berbalik ke arah Yoga, lalu menatap Yoga dengan tajam, kemudian Liliana jinjit untuk menyamakan posisi tubuhnya dengan Yoga dan dia pun mengecup bibir Yoga perlahan, setelah itu Yoga langsung tersadar dengan keinginan Liliana."Kita akan seperti ini, menjadi tempat dalam segala hal. Baiklah kita akan menjadi te

  • ABNORMAL   Pernyataan Cinta

    "Tidak-tidak kamu tidak perlu tahu rumahku, kamu akan terkejut kalau tahu rumahku," tolak Liliana kepada Yoga. Gadis itu tidak mau Yoga tahu rumahnya, Liliana sangat takut Yoga tiba-tiba saja main ke rumahnya dan itu akan sangat berbahaya jika saja papi Abraham tahu apa yang dilakukan oleh Liliana, maka matilah dirinya."Baiklah tidak apa-apa kalau kamu tidak mau memberitahu rumahmu padaku, aku akan mencari tahu sendiri," kata Yoga dengan senyuman yang manis, dia kini sudah membenarkan pakaiannya. Yoga terlihat sangat puas karena sudah making out bersama dengan Liliana.Sebetulnya Liliana sangat menyukai making out seperti ini, karena dia bisa menikmati semuanya tanpa rasa sakit. Bahkan rasanya Liliana ingin bermain lagi bersama dengan Yoga seperti tadi, benar-benar sangat nikmat, tubuhnya seolah tidak bisa me

  • ABNORMAL   Kecupan Bergairah

    Warning 21+Yang sedang puasa sebaiknya jangan baca.***Yoga terus memberikan kecupan basah dan hangat pada bibir ranum gadis yang kini sudah dia dekap penuh dengan kekuatan tubuhnya. Gadis yang berada di bawah tubuhnya kini hanya bisa pasrah dengan mata yang tertutup. Liliana hanya bisa merasakan energi luar biasa membuat dia bergairah."Emmh... Emmh," desahan lembut gadis itu lontarkan ketika terus-menerus ketua kelas itu memainkan bibirnya.Nuansa yang sungguh beraroma. Suasana yang sangat mendukung karena semua orang sudah pulang. Dan hanya tersisa dua insan yang basah itu saling mendekap."Nikmat, bibir gadis ini begitu manis, aku tidak menyangka sebuah ciuman selembut ini, manis se

  • ABNORMAL   Terjatuh

    Jam pulang akhirnya tiba, tetapi Liliana tidak langsung pulang, ke kebetulan kali ini jadwal piketnya membersihkan kelas bersama Yoga dan Halma. Mereka bertiga membersihkan kelas sampai beres. Yoga mengangkat seluruh kursi ke atas bangku, sedangkan Halma menyapu lantai dan Liliana sekarang mulai naik ke atas kursi untuk menghapus papan tulis.Tiba-tiba saja tanpa Liliana sadari hampir saja terjatuh, beruntunglah saat itu ada Yoga di belakang Liliana, dan akhirnya Yoga langsung memeluk Liliana di dalam pelukannya."Tuhan, takut sekali," Liliana bergetar, dia benar-benar merasa ketakutan, hampir saja dia terjatuh ke lantai."Kamu hati-hati dong. Bagaimana kalau tadi di belakang tidak ada aku, kamu bisa terjatuh, kepala kamu bisa terbentur ke lantai. Bukankah itu bahaya," kata Yoga dengan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status