Share

3. Brengsek!

Author: Sungchanyah
last update Last Updated: 2021-01-17 15:31:24

     Pagi yang cerah matahari bersinar sangat indah. Naya merasa ada cahaya yang mengganggu penglihatannya, perlahan dia membuka mata. 

     "Hengg..." 

     Naya  mengulet ingin merentangkan tangan namun badannya terkunci oleh tangan Leon yang masih  berada di pinggangnya. Dia menatap Leon yang masih memejamkan matanya, Leon terlihat begitu tampan dengan rahang yang mengeras dan wajah yang begitu keren, setiap pahatan muka Leon sangat indah. Naya teringat dengan kejadian tadi malam saat Leon menenangkan dirinya. Dia merasa salah menilai Leon, Leon yang dia anggap dingin ternyata tidak, dia sangat hangat. Sepanjang malam Naya benar-benar merasakan kehangatan dari tubuh Leon.  

     "Kau sudah bangun?" tanya Leon yang masih memejamkan matanya. 

     "Sudah, baru saja." 

     "Bagaimana? Apa tadi malam kau mimpi buruk?" 

     "Tidak, aku tidur sangat nyenyak." 

     "Berati sekarang kau telah baik-baik saja." Leon mengelus kepala Naya dengan lembut dan merenggangkan pelukannya. "Aku harus pergi bekerja hari ini, kau tetaplah dirumah." 

     Naya mengangguk dia mengganti posisi menjadi duduk, sambil menatap kepergian Leon keluar dari kamarnya sambil tersenyum. 

     Setelah Leon keluar dari kamarnya, Naya segera menyanggul rambutnya lalu merapikan tempat tidur. Dia berniat untuk membuat sarapan pagi sebelum Leon pergi ke kantor. Namun saat Naya keluar dari kamarnya, dia melihat anak buah Leon sudah menyusun  piring-piring di meja makan dan sudah ada nasi goreng di atas meja. 

     "Selamat pagi," ucap salah satu anak buah Leon saat melihat Naya yang sedang berdiri mematung di depan pintu kamarnya sambil membungkuk. 

     Naya balas membungkuk lalu membantu anak buah Leon. "Tidak usah ikut membantu nyonya, kami hampir selesai." 

     "Ahh... Tidak, sel--" 

     "Biarkan saja mereka yang melakukannya Naya." suara berat itu muncul dari belakang, Naya yakin itu adalah Leon.  Dia berbalik, benar sekali Leon berdiri sambil merapikan kemejanya. 

     "Lalu aku harus apa?" 

     "Kau... Ikut aku," ucap Leon dengan nada dingin masuk kedalam kamarnya. Naya langsung berjalan menuju kamar Leon. 

     "Ini bawa semua pakaian mu." Leon menunjuk paper back yang berada di atas tempat tidurnya.  Naya melongo saat melihatnya. Karena paper back itu sangat banyak dan mereknya sangat ternama yang Naya tau itu harganya sangat mahal. Naya juga binggung kapan Leon membeli ini semua untuk dirinya. 

     "Semuanya?" tanya Naya masih tidak percaya. 

     "Iya semua, kenapa, kurang?" 

     "Kebanyakan! aku kan bisa ambil bajuku dirumah, sekalian menemuin ayah dan ibuku." 

     "Kau tinggal dirumahku tidak 1 atau 2 bulan, Tapi bertahun-tahun." 

     Naya bungkam dia lupa dengan itu semua. Sekarang dia punya ikatan  dengan Leon, tidak tau sampai kapan. 

     "Oh iya, ini ponsel baru mu. Jangan temui ayahmu sendirian, aku harus memastikan mafia yang mengejar-ngejar keluarga mu itu sudah tidak ada di lingkungan keluarga mu lagi." 

     "Hmm... Baiklah." 

     "Aku juga sudah memasukkan nomorku dan nomor seluruh anak buahku dari gedung timur, selatan dan barat. Jadi paling tidak setiap kau berjalan kemanapun bawa ponsel mu." 

     Naya mengangguk mengambil ponselnya lalu menyicil membawa paper back yang berisi bajunya keluar dari kamar Leon ke kamarnya. 

     "Biar anak buahku saja yang membawanya, aku tidak ingin kau kecapeaan." Leon berjalan mendekati Naya yang berdiri di depan pintu kamarnya. Dia menarik tangan Naya menuju meja makan yang telah di siapkan oleh anak buah Leon.  

     Naya sedikit terkejut melihat banyaknya kursi dan banyaknya piring yang berjejer. 

     "Ayo sarapan," ucap Leon dengan nada dingin. Seluruh anak buah Leon berjalan menuju meja makan, ini adalah ritual Leon dan anak buahnya,  selalu makan bersama di pagi hari.

     "Tidak perlu terkejut melihat kami nyonya," ucap anak buah dengan name tag bernama Luke. Naya hanya tersenyum. 

     Naya melihat Leon yang lebih dulu membiarkan anak buahnya mengambil makanan, dia hanya memandang anak buahnya dengan membungkam. Naya yang seakan mengerti, saat piring nasi begilir kearahnya, Naya langsung berdiri menyendokkan nasi goreng beberapa kali ke piring Leon. Seluruh mata tertuju kepada Leon dan Naya, begitupun dengan Leon yang ikut menatap Naya. Naya hanya tersenyum. 

     "Makan yang banyak, kau membutuhkan banyak energi untuk bekerja." 

     "Terimakasih," ucap Leon dengan nada dingin.

     Setelah menyendokkan nasi goreng untuk Leon, Naya baru menyendokkan nasi goreng ke piringnya. Dia tidak begitu menyukai  sarapan sebetulnya, karena biasanya dia hanya minum  segelas susu di pagi hari. Namun sekarang dia rasa, dia harus makan nasi, karena kalau tidak, maghnya akan kambuh karena belum mengisi apapun dari kemarin. 

     Tidak perlu menunggu lama, Leon dan anak buahnya selesai makan, begitupun dengan Naya. Leon langsung berangkat kerja. Sedangkan anak buah yang lain,  menyusun piring dan sebagian menyuci piring dan sebagian yang lain ada yang membereskan meja dan juga sudah ada yang berdiri di posisi masing-masing. Sedangkan Naya membantu anak buah Leon merapikan piring. 

     "Hello everybody!!" pekik seorang wanita yang terlihat lebih tua dari Naya. 

     "Kau pagi-pagi sudah teriak-teriak, Nara," ketus salah satu  anak buah Leon yang berdiri tak jauh dari wanita tersebut. 

     "Kau ya dit, pagi-pagi itu harus memberikan energi yang positif dan memberikan senyuman yang luar biasa agar pekerjaan kita terasa menyenangkan. Ini tidak, pagi-pagi sudah ketus. Makan apa kau tadi? makan cabe ya? Pantes pedes." wanita itu berjalan meninggalkan anak buah Leon bernama Adit tersebut sambil terkekeh. 

     "Kata Luke ada gadis cantik ya disini? Dimana dia?" tanya wanita itu kepada anak buah Leon yang sedang mengelap meja makan.

     "Itu disana, sedang merapikan piring bersama yang lain." 

     Wanita itu berjalan mendekati Naya. Naya sedikit merasa takut dengan tatapan wanita itu. 

     "Hay, hello, Anyeong. Namaku Angelina Aksa Deynara. Nama mu Naya ya?" ucap wanita itu mengelurkan tangannya. 

     "Iyaa aku Naya." 

     "Akhirnya aku punya teman cewek disini!" teriak Nara kuat sambil melompat-lompat. 

     "NARA..." ucap seluruh anak buah Leon menatap Nara.

     "Jangan berteman dengan mereka, mereka tidak asik." Nara menarik tangan Naya. "Apakah kau sudah mandi? Aku ingin mengajak mu ke tempatku bekerja." 

     "Belum." 

     "Kalau begitu, mandilah terlebih dahulu, aku akan menunggumu di ruang tengah itu." Nara menunjuk ruang tengah yang berada di ujung. 

     Naya berniat mengajak Nara untuk menunggunya di kamarnya, sekalian bercerita tentang Leon. Sepertinya Nara mengenal Leon lebih banyak. 

     "Bagaimana jika kau menungguku di kamarku?" 

     "Boleh juga, yang mana kamar mu?" 

     "Ayo ikuti aku." Naya berjalan lebih dulu diikuti oleh Nara. 

     Sampai di kamar Naya, Nara terkejut dengan paper back yang berada di lantai dengan merek yang terkenal. Nara sudah tau, pasti semuanya di belikan oleh Leon. 

     "Maaf berantakan," ucap Naya menggeserkan paper backnya. 

     "Ahh... Tidak apa-apa, ini semua pasti dari Leonkan?" 

     Naya mengangguk. 

     "Ayo kita bereskan bersama, sambil bercerita. Aku tau pasti banyak yang ingin kau tanyakan kepadaku." 

     "Apa ini bisa disebut menggosip?" 

     "Tidak... kita ini mau menginterview sifat manusia, jadi ini bukan menggosip, okey," celetuk Nara berjalan membuka lemari lalu mengambil hanger yang tergantung. 

      Naya hanya tersenyum melihat Nara yang terlihat begitu asik.

      "Kau harus berhati-hati dengan Leon," ucap Nara memulai pembicaraan. 

     "Mengapa?"

     "Dia tidak suka keributan, dia tidak suka di bentak, dia tidak suka jika kita menatapnya dengan tajam." 

     "Iya aku tau soal itu, dia memberi tahuku tentang itu." 

     "Tapi apa kau menyadari sesuatu? Dia sendiri yang terkadang membentak dan menatap tajam orang-orang dan berbicara dengan nada yang dingin," ucapan Nara membuat Naya sadar dengan hal itu. 

      "Dia benar-benar dingin ternyata," ucap Naya sambil memikirkan kejadian tadi malam, saat Leon terlihat sangat hangat kepadanya. 

     "Sangat amat dingin, dia juga kejam dalam membunuh..." ucap Nara merendahkan kalimat akhirnya sampai Naya tidak bisa mendengarkan kalimat terakhir yang Nara ucapkan tersebut.

     "Kejam?" 

     Nara mengangguk, "Dari awal aku bekerja disini, aku sudah mengetahui hal itu, dia  sangat kejam, dia tidak pernah memperdulikan sekitar. Dia sedikit acuh dengan siapapun dan sangat di takuti. Kau adalah orang yang beruntung di perlakukan baik oleh seorang Leon yang berhati es berwajah datar namun tampan." 

     "Kau bekerja sebagai apa disini?" 

     "Aku seorang dokter, dan penjaga bagian cctv di gedung timur."

     "Sebenarnya apa pekerjaan Leon? Kenapa rumahnya harus di awasi?" 

     "Pekerja disini tidak hanya menjaga rumah Leon, mereka juga membidik dan mendengarkan hal-hal yang tidak beres di kantor, di bar dan tempat-tempat usaha milik Leon yang sudah tersebar luas di kota ini. Setiap bagunan sudah punya pekerjaannya masing-masing, ahh... Jika ku jelaskan akan sangat panjang, dan kau akan mengantuk mendengarkanku mendongeng, yang panjang, kali lebar, kali tinggi, di bagi dua seperti rumus matematika. Kalau pekerjaan Leon, dia sebagai CEO di salah satu perusahaan ternama dan pemilik bar, club, restaurant dan tempat-tempat lainya, jika kau sering mendengar nama Prince itu milik dirinya."

     "Aku pikir dia seofang mafia," ucap Naya berhasil membuat Nara bungkam. 

     "Sudah ku duga, wajah mu sangat mengerikan Leon. Dia pasti akan segera mengetahui kalau diri mu juga seorang mafia yang suka menyeludup barang-barang terlarang yang akan di jual mahal ke luar negeri Leon," ucap Nara dalam hati.

     "Ahh... Tidak mungkin, Leon bukan orang yang seperti itu." 

     "Tapi mengapa rumahnya sangat jauh dari penduduk?" 

     "Dia sangat menyukai kesunyian Naya. Makanya sepanjang hidupnya hingga sekarang, dia belum pernah memiliki pacar, boro-boro punya pacar, dia selalu berkata dingin dan ketus kepada seluruh wanita kecuali ibunya." 

     "Aku pikir kamu pacarnya." 

     Nara terkekeh, "Aku sama dia bagaikan langit dan bumi. Aku orangnya lasak dan suka keramaian, sedangkan dia suka kesunyian, itu hal yang mustahil untuk bersama. Lagian aku sudah memiliki pacar, dia temannya Leon, bernama Steffen. Aku akan mengenalkanmu di akhir bulan ini. Karena Leon akan mengadakan perkumpulan." 

     "Kalau aku boleh tau, apa yang membuat Leon dingin?" 

     "Masa lalu." 

     "Masa lalu?" 

     "Iya, masa lalu yang menuntutnya menjadi seperti ini. Aku tidak bisa menceritakan hal ini kepadamu. Ini adalah privasi Leon, jika kau penasaran, kau bisa bertanya kepadanya langsung."

     "Hmm... Oke Baiklah."  

     "Sudah sana mandi, kau ingin memakai pakaian yang mana?" tanya Nara  sambil menggantungkan pakaian baru Naya kedalam lemari. 

     "Aku ingin memakai hoodie over size itu, dengan celana jeans panjang itu." 

     Nara memberikan pakaian yang telah Naya pilih. Naya langsung masuk kedalam kamar mandi  dan membersihkan tubuhnya. 

****

     Leon memejamkan matanya, dia sangat lelah mengurus berkas-berkas yang semakin hari semakin menumpuk di mejanya. Saat dia memejamkan matanya, bayangan tadi malam muncul di kepala Leon, dia merasa Naya seperti dirinya di umur 8 tahun. Menangis di saat mimpi buruk hingga seluruh tubuhnya bergetar.  Selalu ingin di peluk namun tidak akan ada yang mau memeluknya dulu. Jika dia mengadu mimpi buruk kepada sang ayah maka bukan pelukan yang akan dia dapatkan, melainkan tamparan dari sang ayah yang menganggap dirinya sebagai lelaki lemah. 

     "Ayah..." panggil Leon pelan. Sosok pria kejam itu muncul di kepalanya sekarang. Pria yang sangat dia takuti, yang selalu menuntut anaknya melakukan setiap hal dengan sempurna.

     Tok tok 

     Suara pintu membuyarkan semuanya. Leon membuka matanya. 

     "Masuk," ucapnya dengan nada dingin. 

     "Ayah mu datang tuan." 

     Deng...

     "Apa yang ayah inginkan datang kemari," ucapnya dalam hati. 

     "Suruh dia masuk dan siapkan 2 gelas teh dengan gula yang sedikit," ucap Leon melepas kaca matanya dan mengancing jasnya.

     "Leon..." panggil Sang ayah ketika masuk kedalam ruangannya dengan 2 body guard. 

     "Selamat pagi ayah, mari duduk bersama disini," ajak Leon dengan sopan. 

     Ayah Leon yang akrap di panggil Darma itu duduk di depan Leon. 

     "Apa yang membuat ayah datang kemari?" tanya Leon membuka  pembicaraan. 

     "Apakah ayah mu tidak boleh datang ke kantor anaknya?" 

     "Tentu saja boleh," ucap Leon dengan senyum yang mengembang.

     "Kau terlihat sangat pucat, apakah pekerjaan mu sangat banyak?" 

      "Lumayan, aku membuka cabang bar di Kanada dan America sekarang, jadi  aku sedikit lebih sibuk dari biasanya." 

      "Aku ingin membuat mu sangat sibuk, karena akan ada senjata dan narkoba datang malam ini." Leon langsung menyeringgai, ayahnya buka seperti ayah yang lain. dia bukan ingin membantu meringankan pekerjaan sang anak melainkan ingin memberatkan pekerjaan sang anak.

      "Berapa banyak?" tanya Leon, menyeruput tehnya yang baru saja datang. 

     "30 karung narkoba dan 100 senjata." 

     "Baiklah, aku akan pulang cepat hari ini." 

     "Aku harap kau tidak membuat kesalahan, jika kau membuat kesalahan dalam menjualnya, aku bisa saja melakukan hal kejam kepada mu." 

      Leon menyeringgai ke arah sang ayah, "Kau masih sama seperti dulu, masih suka menyiksa anak semata wayang mu ini." 

     "Tentu saja, jika bukan kau yang ku siksa siapa lagi? Bukannya memiliki anak untuk di siksa?" 

     "Cih..." Leon berdecih mengalihkan pandangannya. Kata-kata itu kembali di ucapkan sang ayah, kata-kata yang masih membuatnya menyesal telah lahir kedunia. 

     "Aku dengar ada seorang gadis di rumah mu." Darma menatap Leon. "Apakah kau sudah bosan hidup sendirian dan ingin memuaskan nafsu ke gadis-gadis seperti ayahmu?" 

      Leon menatap tajam Darma, "Aku benar anak mu, memiliki darah yang sama dengan mu. Tapi aku bukan kau!  Aku tidak pernah melakukan hal bejat sepertimu walaupun aku kesepian. Jangan samakan aku dengan dirimu." 

     "Ohh... Baiklah, padahal aku ingin ngatakan bahwa ibunya adalah mainanku dulu, dan ibunya adalah player yang handal, permainan ibunya sangat nikmat, hingga aku masih sering membayangkan kenikmatan itu setiap kali aku bermain dengan wanita lain, ahh... aku sangat ingin kembali bermain dengan ibunya. Jika aku liat, tubuh anaknya juga bagus, pasti rasanya tak kalah nikmat."

     PYARRRRRR!!

     Leon menjatuhkan gelas teh, dia membesarkan matanya menatap Darma. Darma benar-benar brengsek. Dia merasa menyesal mengapa harus Darma ayahnya. Leon mulai mengepalkan tangannya. Darma yang melihat itu dia menyeringgai lalu bangkit dari tempat duduknya. 

     "Sepertinya hanya itu yang ingin ku sampaikan. Oh... iya satu lagi, Jangan sampai pekerjaan gelap mu terbongkar, aku lihat sepertinya dia sangat takut dengan mafia. Apalagi jika dia tau kau adalah anak dari seorang mafia yang pernah bermain dengan ibunya." Darma berjalan keluar dari ruangan Leon. "Jangan lupa cicipi gadis itu, tubuhnya sangat seksi kau pasti akan menikmatinya."

     Leon menatap Darma kesal matanya mulai memerah, dan napasnya mulai memburu. 

     "BRENGSEK!!!"

Comments (3)
goodnovel comment avatar
nirrmalaaa
kasian banget si leon
goodnovel comment avatar
Mlly Ferli
sungguh korban perasaan leon...
goodnovel comment avatar
Yanti D
Hi Leon kita seumuran loh hehe
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • A bittersweet life    4. Mulai mencari tahu

    "Luke!!" teriak Leon memanggil Luke. Luke yang merasa di panggil langsung masuk kedalam ruangan Leon dengan cepat bersama Ray.

    Last Updated : 2021-01-19
  • A bittersweet life    5. Mimpi buruk

    "Om Gunawan?" "Pria penjual organ dan wanita." Semua mata tertuju kepada Leon. Steffen mulai menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Ini otakku yang ke kecilan atau gimana ya?" tanya Steffen dengan raut wajah binggung. "Sejak kapan kamu punya otak?" celetuk Nara yang berada di samping Haechan. "Punya lah, emang kayak kamu otak di gadain ke shopee." "Enak aja..." "Gue engga paham dengan hubungan om Gunawan, ayahmu dan keluarga Naya," ucap Dery menyengir. "Terimakasih Dery kau sudah mewakiliku," sahut Steffen ikut menyengir. "Jadi gini, ayah Leon itu tau kalau anaknya menyimpan gadis cantik di rumahnya, dan ayah Leon bilang kalau gadis itu adalah anak dari wanita yang pernah menj

    Last Updated : 2021-01-22
  • A bittersweet life    6. Mantan anak buah?

    Naya tidur dengan nyenyak di pelukan Leon, pelukannya sekarang bagaikan penangkal bagi Naya, seakan mimpi-mimpi buruk tidak berani masuk saat Leon sudah memeluk Naya. Dia sangat nyaman di pelukan Leon. Hingga matahari sudah naik, keduanya masih tetap tertidur dengan pulas. Leon sama sekali tidak melepas pelukannya dari Naya, membuat Naya tak bisa bergerak. Semakin lama matahari semakin tinggi, hingga menembus jendela kamar, membuat Naya merasa terganggu. Dia membuka matanya perlahan dan langsung di sungguhkan dengan dada Leon secara langsung tanpa di halang oleh baju. Sepanjang malam Leon telanjang dada memeluk Naya membuat Naya menunduk melirik bajunya yang terlihat masih aman, sekilas dia telah berpikiran aneh. "Aku sudah katakan, aku tidak akan melakukan apapun," ucap Leon dengan suara khas baru bangun tidur. Naya mendongak, dia menatap wajah Leon, yang masih memejamkan matanya.  

    Last Updated : 2021-01-25
  • A bittersweet life    7. Kekhawatiran

    Di rumah, Naya mondar mandir di depan lift menunggu Leon kembali. Sudah hampir 3 jam Leon tak kunjung pulang, apakah dia baik-baik saja? Bagaimana dengan keluarganya, terutama sang adik. Apakah mereka terluka? Sangat banyak pertanyaan yang muncul di kepala Naya, bisa-bisa dia gila jika pertanyaan itu terus menerus muncul di kepalanya. Naya mengambil ponselnya mencoba menghubungi Leon namun telfonya tidak aktif, ingin menghubungi keluarganya namun Leon menyuruh Naya untuk tidak menghubungi siapa pun. Ting... Lift terbuka memunculkan Luke dan Ray begitupun dengan 4 sahabat Leon dan ada Nara juga. Naya segera mendekati mereka. "Leon diman--" Ucapan Naya terhenti saat dia melihat Leon keluarganya saat Luke dan Ray keluar dari lift. "Ayah... Ibu..." pekik Naya memeluk ibu dan ayahnya b

    Last Updated : 2021-01-26
  • A bittersweet life    8. Kedatangan Hara

    "Di temukan 3 mayat lelaki tergeletak di perubahan kecil. Pihak keluarga sama sekali tidak tahu menahu tentang kejadian tersebut. Terkhir korban mengatakan bahwa dia akan pergi keluar kota untuk bekerja.3 pria itu berumur 28 tahun, ketiga-tiganya di temukan tewas karena bunuh diri, dengan bukti tembakan yang masih mereka pegang. Sejauh ini polisi masih menyelidiki kasusnya, dan belum mengetahui apa motif bunuh diri dari 3 pria tersebut.""Bunuh diri lagi? Baru beberapa jam lalu ada berita bunuh diri." "Wahh... Benarkah?""Iya, sekitar jam 5 tadi sore di temukan mayat di dusun sebelah.""Kita harus berhati-hati ya berati mulai sekarang."Seketika suasana menjadi ricuh, akibat ocehan-ocehan serta tanggapan beberapa orang setelah mendengar berita menegangkan di televisi. Budaya membicarakan orang lain apalagi orang yang telah meninggal sangat sulit di hilangkan.Gadis yang sedari ta

    Last Updated : 2021-02-11
  • A bittersweet life    9. Permainan segera di mulai

    Hara melangkahkan kakinya menuju apartement barunya, dia baru saja pulang dari kantor Dery, setelah mengajak lelaki itu balikan. Sekarang status dirinya telah memiliki seorang pacar, sepanjang jalan Hara tersenyum menyeringai, dia merasa bangga pada dirinya karena hanya dengan waktu sekejap dia bisa menaklukan hati Dery, mantan kekasihnya tersebut yang sekarang telah menjadi kekasihnya kembali.Hara merenggangkan tubuhnya sebelum membuka knop pintu. Tubuhnya sangat lelah akibat tak tidur semalaman, dia sibuk menyusun barang-barang yang dia bawa dari rumah lama ke apartement barunya. Hara sekarang tinggal di apartment bersama Abil sang adik di suruh oleh nyonya Eliana. Dia telah bekerja di bawah naungan wanita tersebut mulai hari ini. Bagaikan memenangkan lontre yang bernilai besar, Hara bisa memiliki semuanya mulai sekarang."Aku pulang...," seru Hara melihat sekeliling yang terlihat kosong. Dia berjalan menuju kamar Abil."A

    Last Updated : 2021-02-13
  • A bittersweet life    10. Misi pertama selesai

    Pria berpakaian serba hitam masuk ke salah satu mension, mension ini sangat berbeda dengan mension bisanya, mension ini digunakan bukan untuk tempat tinggal namun digunakan untuk menyimpan senjata dan tempat bekerja."Apa wanita itu sudah menjalankan tugasnya?" tanya pria tersebut kepada salah satu anak buahnya yang sedang memandang monitor."Sudah tuan, dia menjalankan tugasnya dengan baik.""Bagus, ada gunanya juga aku menahan nafsuku selama ini karena mendidik dia untuk menjadi anak buah yang hebat," ucap pria itu berjalan menuju ke salah satu senjata miliknya."Kalau begitu masuk ke misi selanjutnya," lanjut pria itu dengan senyum menyeringgan menatap monitor yang memperlihatkan seorang gadis sedang menonton tv dengan beberapa berkas yang berserakan di sekitarnya.DrrrtDrrrtPria itu mengambil ponselnya yang bergetar, dia melihat nama yang muncul yaitu Eliana."Bagaimana pekerjaanku

    Last Updated : 2021-02-20
  • A bittersweet life    11. Bar kebakar dan Naya sakit

    Pagi yang cerah, matahari hari bersinar sangat indah. Leon baru saja selesai mandi, dia sedang merapikan pakaiannya. Hari ini dia bangun lebih cepat dari Naya, lebih tepatnya dia sama sekali tak tidur karena terus memandang wajah Naya yang begitu tenang saat sedang tidur.Setelah selesai merapikan pakaiannya dan rambutnya, Leon berjalan mengendap-ngendap mengambil tap dan machbooknya secara perlahan agar Naya tidak terbangun."Tu--""Sstttt....." Luke menutup mulutnya berjalan mendekati Leon sambil mengendap-ngendap."Ayo tuan berangkat," bisik Luke di telinga Leon yang di jawab anggukan oleh Leon."Pergilah keluar, sebentar lagi aku akan keluar. Aku harus pamit terlebih dahulu dengan Naya," balas Leon dengan berbisik juga.Luke mengangguk, dia berjalan keluar dari kamar Leon sambil mengendap-ngendap.Leon yang telah memastikan Luke sudah keluar dari kamarnya berjalan mendekati Naya yang masih tertidur pulas.Cu

    Last Updated : 2021-02-25

Latest chapter

  • A bittersweet life    23. Akhir dari cerita Leon

    "Leon..." panggil seorang dari pintu, Leon menoleh kebelakang, itu adalah Naya yang sedang menatapnya membawa selimut untuk menutupi badannya padahal dia telah memakai pakaian. Dia berjalan kearah Leon sekarang dengan rasa takut dan ragu. Leon yang paham mengeserkan duduknya hingga mentok di pinggir pegangan pinggir kursi, agar dia menjaga jarak dari Naya. Naya duduk di samping Leon , menutup badannya."Ada apa hmm?" tanya Leon dengan lembut sambil menatap Naya, namun Naya tidak menatap dirinya."Aku takut..." lirih Naya sambil menatap bintang."Dia sudah mati, jangan takut.""Kau sudah melihat tubuhku, apa kau akan jadikan aku sebagai budak nafsu mu dan teman-teman mu?""Apa maksud mu Naya?""Aku takut... Akuu takut hikss... Leon... Aku takut..." Naya mulai menangis lagi."Naya dengarkan aku, aku mungkin laki-laki sama seperti penjahat itu, tapi aku tidak sebejat dirinya, bukannya sudah ku katakan?

  • A bittersweet life    22. Naya membutuhkan terapi

    "Leon bagaimana ini ada 2 lokasi yang harus kita lihat, dan jarahnya cukup jauh keduanya," ucap Kenzo menatap machbooknya. Ada dua titik lokasi antara ponsel Darma dan titik lokasi jam tangan Naya."Makasud mu apa?!""Kita mengikuti jam tangan Naya atau lokasi ponsel ayah mu? Ada dua kemungkinan yang terjadi di sin--""Aku pilih jam tangan Naya, aku yakin Naya masih menggunakan jam tangannya cuman telah tersenggol lagi dengan yang lain mungkin mengakibatkan jamnya sudah tidak menghasilkan suara lagi.""Kalau mengikuti jam tangan Naya artinya Naya berada di hotel bintang lima itu, jaraknya hanya 3 kilo dari sini."Leon melepaskan pengamannya saat tau helikopter yang dia naiki akan turun di salah satu kantor milik sepupu Kenzo. Leon mengambil pistol miliknya yanga dia rakit sendiri lalu di sembunyikannya di balik kaosnya."Apa pun yang terjadi di hotel nanti ntah Naya berpakaian atau

  • A bittersweet life    21. Naya di Eropa

    Hara masuk kedalam Lab, smeua mata tertuju kepada dirinya, membuat Hara gugup dia merasa teman-temannya tau kalau Naya pergi di bawa oleh seseorang.TRING!!Hara terkejut ponselnya berbunyi, dia mengambil ponslenya melihat nama yang muncul dari ponselnya. Dia adalah Eliana."Halo nyonya aku te--"'Cepat pergi dari sana! Bersembunyilah, Leon dan yang lain sedang menuju kampus!'"Hah?! Lalu bagaiman ini, aku akan ke apartemen mu saja ya?"'Tidak! Aku sedang dalam perjalan menuju Eropa, kau urus lah diri mu sendiri lagi, terimasih telah menjadi budak ku."Titt....Sambungan terputus, Hara panik bukan main, dia tidak tau harus bersembunyi dimana sekarang. Dengan cepat dia membereskan smeua barang-barangnya lalu berlari kearah parkiran. Dia akan pergi jauh ketempat kampung orang tua yang sangat terpencing. Hara yang sudah panik tidak menghubungi adiknya terlebih dahul

  • A bittersweet life    20. Naya di culik

    Pagi ini hujan turun, membuat udah yang masuk kedalam kamar Leon sangatlah dingin. Naya sudah mematikan ac di kamar Leon namun dirinya dan Leon masih enggan bangun meninggalkan kasur yang sangat membuat keduanya nyaman. Posisi keduanya masih saling berpelukan, seperti posisi saling peluk adalah posisi yang membuat keduanya nyaman.Naya membukannya matanya perlahan, karena ingat dia harus pergi kuliah sebum jam 9. Saat mngerjapkan matanya dia melihat Leon yang masih tertidur menghadap dirinya, bentuk wajah Leon sangat indah ternyata, membuat Naya terpesona."Sudah bangun?" suara berat yang selalu Naya dengar saat bangun tidur adalah suara Leon yang masih memejamkan matanya namun ternyata dia telah bangun."Hmmm sudah," ucap Naya sambil mengulet. "Pergi mandi sana, sekarang jadwal membersihkan luka di perut mu.""Engga mau mandi, malas, dingin," ucap Leon sambil ngedusel ke bahu Naya seperti anak kecil.

  • A bittersweet life    19. Sadap ponsel

    "Hara, aku ada sedikit kurang paham dengan tugas yang di berikan buk Syla tadi,""Mau mengerjakannya bersama-sama?" tawar Hara kepada Naya.Naha mengangguk antusias "Apa kau tidak sibuk?""Tidak, adikku sedang tidak pulang kerumah beberapa hari ini, dia tidur di rumah kawannya yang berada di dekat kampus, karena masihh ujian praktikum jadi mereka ngumpul untuk belajar bersama.""Kalau begitu aku akan menghubungi Leon terlebih dahulu." Naya mengambil ponselnya dari dalam tasnya untuk meminta izin kepada Leon."Leon ada menghubungi mu Luke?" tanya Naya kepada Luke.Luke mengangguk, "Tadi ada, tapi udah 1 jam yang lalu, emangnya ada apa?""Aku ingin meminta izin kepadanya, aku mau membawa Hara kerumah, kira-kira boleh tidak ya?""Coba saja kau hubungi."Naya mengangguk menghidupkan ponselnya mencari nama Leon. Setelah menemukannya, Naya langsung menekan tombol hijau.

  • A bittersweet life    18. Dosen aneh

    "Rumah sama kecil ku?""Itu rencana yang aku katakan untuk memberi pelajaran kepada om Darma," ucap Kenzo dengan percaya diri."Kau..." Leon menggantung ucapannya menatap Kenzo tajam. Kenzo balik menatap Leon sambil menenguk ludah, wajah Leon tidak seperti ekspetasi Kenzo yang rasa akan terlihat senang, namun kenyataannya dia salah, Leon saat ini sedang mengeraskan rahangnya, mengerutkan keningnya."Sini!" bentak Leon sambil membesarkan matanya sekarang.Kenzo berjalan mendekati Leon dengan rasa sedikit takut. Seketika seisi meja makan mendadak bungkap dan ketakutan."A-apa aku melakukan kesalahan?""Tidak, tapi pekerjaan mu itu bagus," ucap Leon mengubah mimik wajahnya menjadi senang.Kenzo langsung tertawa melihat perubahan wajah Leon yang mengejutkan. Anak buah yang lain, yang ikut serta dalam pembakaran tadi malam ikut tertawa."Tapi tuan, bagaimana kalau di dalam sana tidak ada ayah

  • A bittersweet life    17. Beri pelajaran

    Naya duduk di samping Leon, tubuhnya masih terus bergetar, dia masih merasa ketakutan. Leon sekarang sedang berbaring tidak sadarkan diri di tempat tidur. Darah yang dia keluarkan cukup banyak membuat tubuhnya menjadi lemas."N-nara apa kau punya obat penenang?"Nara mengangguk, "Ini, minumlah, setelah itu kau tidur."Naya mengambil obat penenang yang Nara berikan. "Apa kau mau memelukku Nara? Tubuhku menolak untuk tidur jika tidak ada yang memelukku.""Tentu saja, ayo tidur di kamar sebelah. Biar ku pijat juga badan mu agar lebih rileks."Naya mengangguk dia berdiri dan berjalan lebih dulu ke kamarnya. Naraa berjalan di belakang Naya."Aku akan mengambilkan minum untuk mu sebentar," ucap Nara berjalan kearah dapur.Naya mengangguk lemah."Bagimana keadaannya?" tanya Steffen mendekati Nara."Leon belum siuman cuman pendarahannya sudah ku hentikan, kalau Naya, dia masi

  • A bittersweet life    16. Leon minta maaf

    Leon menikmati suasa kafe yang bernuansa perkebunan ini, dia dapat menikmati kenikmatan udara yang masuk delama lobang hidungnya, sengguh sejuk, padahal hari sudah terbilang siang, matahari sudah hampir berada di atas kepala."Udah alam engga kesini rasanya masih sama aja ya," ucap leon memejamkan matanya, menikmati setiap hembusan napasnyang sangat nikmat sampai dirinya tak ingin melewati satu kenikmatan pun."Iyaa, masih asri bahkan lebih asri jika di lihat-lihat," sahut Kenzo yang melihat-lihat sekelilingnya."Gue pengen buat belakang rumah gue kayak gini, kira-kira butuh berapa tukang kebun ya?""Lo gila, mau letak bunga-bunga cantik kayak gini di belakang rumah? Ingat helikopter lo bejibun ya Leon, belum terbang helikopter lo masih di panasin di bunga udah berceceran kemana-mana," celetuk Kenzo mengingat belakang rumah Leon ada 4 helikopter dan 3 pesawat wing."Iya juga ya, kalau gitu gue beli rumah lagi deh untuk di bi

  • A bittersweet life    15. Datang kerumah

    "Leon apa kau yakin ingin pergi kerumah ayahmu?" Kenzo menarik bahu Leon."Iya, aku sangat muak dengan dirinya!" kesal Leon dengan wajah yang sudah terlihat memerah."Jangan lakukan itu, luka di perutmu masih basah, bisa berdarah kembali jika kau banyak bergerak.""Aku tidak peduli, aku ingin membunuhnya sekarang," ucap Leon membuka bagasi mobilnya dan mengambil pistol yang dia buat sendiri."Leon, jangan membuat Naya menangis untuk kedua kalinya, aku akan mengurus semua ini aku akan memperketat semua pengamanan dan turun ke lapangan sendiri untuk memata-matai ayah mu.""Jika aku tidak kerumahnya sekarang, dia akan masuk ke rencana selanjutnya Kenzo, kau macam tidak tau bagaimana ayahku," cerca Leon menatap Kenzo dengan penuh amarah."Cukup-cukup cobalah tenang, ada hal yang ingin ku memberi tahu kepada mu, kalau anak buah kita ada yang berhasil masuk ke dalam

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status