"Saya sudah mengirimkan data yang Anda inginkan, Pak." Seseorang menghubungi Malvis yang saat ini tengah memperhatikan Jessy yang melangkah putus asa di jalanan.
Malvis memutuskan sambungan telepon yang baru saja ia terima. Pria itu segera membuka surelnya. Memeriksa data yang baru saja dikirimkan oleh orangnya.
Iris coklat terang Malvis memindai data di ponselnya. Membaca baris demi baris, kata demi kata. Senyum Malvis mengembang, ternyata tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan wanita yang cocok dijadikan istri kontrak sang sahabat.
Malvis menghentikan mobil sport miliknya. Ia mendekat ke arah Jessy yang kini sedang duduk di bangku taman dengan kedua tangan menangkup wajahnya yang basah.
"Aku bisa membantumu." Suara Malvis mengejutkan Jessy. Jessy yakin tadi ia sendirian di taman itu.
Jessy membuka tangan yang menangkup wajahnya. Menghapus air mata yang membasahi pipi lalu mendongak, menatap sosok di depannya. Pria itu berwajah tampan, bola matanya berwarna coklat terang. Pantulan cahaya bulan membuat bola matanya terlihat sangat indah. Bibir pria itu tipis, berwarna merah pucat. Hidungnya mancung kokoh. Alisnya lebat dan hitam. Jessy pikir pria ini sepertinya aktor atau model, ia merasa tidak asing dengan wajah itu. Ya, ia pasti pernah melihat wajah itu di televisi atau majalah mode.
"Aku bisa memberikan kau uang berapapun yang kau butuhkan." Malvis bersuara lagi.
Jessy menatap Malvis bingung. Dari mana pria ini tahu bahwa dirinya membutuhkan uang.
"Aku tadi berada di bar yang kau datangi, dan aku dengar kau membutuhkan sejumlah uang."
"Jadi, Anda mau membeli tubuhku?" Jessy akhirnya bersuara. Menatap Malvin dengan tatapan malu sekaligus berharap.
"Bukan aku, tapi bosku."
Jessy melihat ke berbagai arah. Ia tidak melihat ada orang lain di sana.
"Ikut denganku. Kau akan bertemu dengannya."
Jessy tampak ragu. Bisa saja pria di depannya adalah seorang penipu berwajah malaikat. Bagaimana jika dirinya dibawa ke perdagangan manusia dan tidak akan bisa menemui ibunya kembali.
"Hilangkan keraguanmu jika kau benar-benar membutuhkan uang itu." Malvis mengerti maksud dari mimik wajah Jessy.
Jessy menelan keraguannya. Ia harus mengambil kesempatan ini apapun resikonya. Yang terpenting baginya adalah uang untuk biaya pengobatan ibunya.
Jessy akhirnya melangkah mengikuti Malvis. Ia berdiri mematung melihat mobil sport Malvis. Mungkin harga mobil sport itu sama dengan harga gedung flat tempat ia tinggal.
"Masuklah." Malvis membukakan pintu untuk Jessy.
Jessy tersadar. Ia segera masuk ke dalam mobil mewah yang hanya pernah ia lihat di majalah atau televisi. Jessy sungguh mengagumi mobil itu, interior yang mewah dan sangat menawan. Bau wewangian kayu tercium di dalam sana. Sungguh pria maskulin, pikir Jessy.
"Ehm, Tuan, kira-kira bosmu tua atau muda?" Jessy bertanya hati-hati. Jemarinya bertaut gelisah. Ia takut jika yang ia layani nanti adalah pria tua berperut buncit dengan gigi kuning. Jessy sangat tidak suka dengan jenis pria seperti ini. Mengingatkannya pada lelaki mesum yang hampir saja menodainya ketika ia kembali dari bekerja larut malam.
"Kau akan tahu nanti. Memangnya kenapa jika dia tua?" Malvis memiringkan wajahnya, sedikit tersenyum pada Jessy yang berwajah kaku kemudian fokus pada jalanan lagi.
Jessy diam. Sepertinya pria yang akan ia layani memang pria tua.
"Kau akan pilih-pilih pelanggan?" tanya Malvis lagi.
Jessy meneguk ludahnya susah payah. Ia tidak ingin salah bicara dan kehilangan kesempatan mendapatkan uang banyak. Persetan dengan tua atau muda. Toh, ia hanya akan melakukannya satu kali saja.
"Tidak. Aku tidak bermaksud begitu." Jessy membalas gugup.
Malvis tertawa kecil. Wanita di sebelahnya jelas sekali terlihat takut. Malvis pikir Jessy benar-benar naif. Mana mungkin pria muda dan kaya ingin bermain dengan pelacur, mereka pasti lebih memilih menikmati tubuh kekasih mereka atau teman one night stand. Sangat menggelikan mengingat wanita ini berniat menjual diri pada mucikari yang pelanggannya yang kebanyakan pria tua.
"Rapikan rambut dan riasanmu. Berikan kesan yang bagus pada bosku dengan begitu kau bisa mendapatkan uang yang lebih banyak dari yang kau inginkan." Malvis tidak mungkin membawa Jessy dengan wajah kacau seperti saat ini.
"Ah, aku lupa memperkenalkan namaku. Aku Malvis." Malvis memiringkan wajahnya lagi, menatap ramah Jessy yang terpana pada sosok di sebelahnya.
"Aku Jesslyn Scott. Anda bisa memanggilku Jessy," balas Jessy.
Malvis tersenyum kecil. "Baiklah, Jessy."
Jessy merasa udara di dalam mobil itu menipis. Bagaimana bisa senyum seseorang bisa memberikan efek seperti ini. Jessy menggelengkan kepalanya, berhenti kagum pada lawan jenisnya yang duduk tepat di sebelahnya. Pria tampan hanya akan membuat wanita berakhir menyedihkan dan Jessy tidak ingin berakhir mengenaskan seperti itu lagi. Jatuh cinta adalah hal yang sangat Jessy hindari setelah ia dikhianati.
Sudah cukup bagi Jessy melihat bukti bahwa pria hanya akan membuat sengsara. Mr. Mckell, ayah Anneth dan beberapa pria lain yang ia ketahui hanya menjadikan wanita sebagai pelampiasan dan pemuas nafsu saja. Jessy pernah mencintai pria dengan seluruh hatinya, tapi tidak ingin menjadi salah satu dari wanita bodoh yang menyerahkan tubuhnya sebelum menikah atas dasar cinta.
Jessy memilih untuk membuka tas yang ia beli tahun lalu, mengeluarkan sisir dan alat make upnya yang rata-rata hampir habis. Jessy bahkan tidak memiliki cukup uang untuk membeli alat make up yang baru. Ia menyapu wajahnya dengan bedak, kemudian memoles bibirnya dengan lipstik berwarna merah muda yang senada dengan warna asli bibirnya.
Sambil merapikan rambutnya, Jessy mendengar percakapan Malvis yang baru saja menghubungi seseorang yang diyakini oleh Jessy adalah bos Malvis.
Isi dari percakapan itu sangat singkat. "Aku akan datang sebentar lagi bersama wanita yang kau butuhkan."
Dan setelahnya Malvis memutuskan sambungan telepon itu. Jessy pikir Malvis terlalu santai bicara dengan bosnya. Atau mungkin mereka memang cukup dekat hingga bisa bicara non formal seperti tadi.
Mobil Malvis membelah jalanan kota London. Membawa Jessy sampai di depan sebuah bangunan mewah bergaya Eropa yang bahkan lebih besar dari kediaman keluarga McKell. Jessy tidak bisa membayangkan berapa banyak uang yang digunakan untuk membuat rumah semewah dan semegah seperti yang ada di depannya.
Pilar-pilar besar menyanggah bagian teras kediaman berlantai 2 itu. Lampu-lampu kristal menerangi setiap sudut yang tertangkap oleh mata Jessy. Di malam hari saja kediaman ini terlihat sangat menawan, bagaimana dengan penampakannya di siang hari? Jessy tergelitik ingin mengetahuinya.
"Turunlah, atau kau mau tetap berada di dalam mobil ini sampai besok pagi?" Suara Malvis membuyarkan kekaguman Jessy akan kediaman itu.
Jessy berdehem kikuk, setelahnya ia segera turun dari mobil. Melangkah memasuki kediaman itu bersama dengan Malvis yang membimbingnya.
Sekali lagi Jessy terkesima pada tempat itu. Bagian dalam bangunan itu lebih mengesankan lagi. Lukisan-lukisan mahal, serta perabotan yang mengkilap menyita perhatiaan Jessy. Lantai marmer yang saat ini Jessy pijaki juga tak luput dari rasa kagumnya. Nampaknya pemilik rumah ini benar-benar penyuka keindahan. Terlihat dari bagaimana menakjubkannya kediaman itu.
Jessy hampir saja terjatuh karena menabrak tubuh Malvis yang berhenti melangkah. Buru-buru gadis itu meminta maaf atas kecerobohannya.
Malvis mengetuk pintu raksasa yang terbuat dari kayu terbaik. Setelah tiga ketukan, Malvis membuka pintu mengkilap itu. Jessy yang berada di belakang Malvis terlihat kembali ragu. Harga diri Jessy berteriak enggan memasuki ruangan itu, tapi kaki Jessy mengkhianati harga diri Jessy. Jessy butuh uang, dan ia tidak akan bisa dapatkan satu sen pun jika ia mengikuti harga dirinya yang sebentar lagi akan dibeli oleh orang yang berada di dalam ruangan.
Kepala Jessy tertunduk ketika ia memasuki ruangan bernuansa cokelat itu. Ia meremas jemarinya sendiri, mengusir rasa takut yang kini menjebaknya. Jessy takut jika pria yang akan ia layani nanti melakukan tindak kekerasan padanya.
"Jadi ini wanitanya?" Suara bariton itu membuat Jessy terkejut. Dari suaranya Jessy bisa menilai bahwa pria yang akan membelinya tidak setua yang ia pikirkan.
Malvis mendekat ke arah sahabatnya. Membiarkan Jessy sendiri beberapa di depan meja kerja Earth.
"Aku sudah mengirimkan data pribadinya ke emailmu." Malvis kini berdiri tepat di kursi kerja Earth.
"Di mana kau menemukannya?" Earth menilai penampilan Jessy yang sangat sederhana. Yang pasti bukan dari tempat pelacuran, karena Earth tahu bukan seperti ini penampilan wanita yang hendak menjajakan diri pada pelanggannya.
"Di Ell Bar," jawab Malvis, kemudian ia mendekatkan bibirnya ke telinga Earth. "Dia baru saja berniat menjual dirinya. Dan ya, nilai plusnya dia adalah perawan," bisik Malvis menggoda Earth.
Perawan? Earth masih menatap Jessy menilai. Ternyata masih ada wanita perawan diusia seperti wanita di depannya. Sejujurnya Earth tidak peduli tentang perawan atau tidak, tapi mengetahui Jessy perawan itu cukup bagus untuknya meski ia juga tidak akan menghancurkan keperawanan itu. Artinya Jessy wanita baik-baik, setidaknya sampai malam ini sebelum Jessy mencoba menjual diri pada mucikari di Ell Bar.
"Jessy, angkat kepalamu. Aku yakin ujung sepatumu tidak lebih menarik dari bosku," seru Malvis sembari tertawa geli karena tingkah Jessy yang seperti bandit kecil yang ketahuan mencuri.
Jessy mengumpulkan semua keberaniannya. Mengangkat wajahnya dan melihat ke pria yang tengah duduk di meja kerja sembari merangkum tangan. Manik biru Jessy bertemu dengan manik abu-abu Earth. Terperangkap di sana tanpa bisa beralih. Pria di depannya berkali lipat lebih tampan dari Malvis. Mungkinkah pria ini keluar dari sebuah lukisan karya tangan terbaik pelukis dunia? Jessy tidak bisa untuk tidak mengagumi pria di depannya. Pria itu mempesona tanpa harus tersenyum padanya. Dan ya, dia bukan pria tua sama sekali. Tidak bergigi kuning atau berperut buncit. Bisa Jessy pastikan bahwa tubuh pria itu pasti seperti para model, atau mungkin lebih indah lagi.
"Kau sudah menjelaskan padanya tentang apa yang harus dia lakukan?" tanya Earth memecah keheningan di ruangan itu.
Malvis menggeleng. "Belum, aku pikir kau sendiri yang ingin menjelaskannya."
"Baguslah. Kau bisa keluar sekarang. Aku akan bicara dengannya empat mata."
"Jangan terlalu kasar padanya, Earth." Malvis menggoda Earth. Ia memegangi bahu sahabatnya sekilas lalu pergi.
"Berhati-hatilah, wajah tampannya tidak menjamin bahwa ia pria lembut." Malvis tidak lupa menakuti Jessy.
Mendengar bisikan Malvis, Jessy tiba-tiba seperti disergap angin yang sangat dingin. Bulu-bulu halus di tubuhnya tiba-tiba berdiri. Mungkinkah pria tampan di depannya akan bermain menggunakan cambuk seperti di film-film biru yang pernah ia tonton semasa sekolah menengah atas?
Setelah Malvis keluar dari ruangannya, Earth memeriksa data yang dikirimkan Malvis melalui ponselnya. Tak ada masalah dengan data diri Jessy. Wanita itu hanya memiliki ibu sedang ayahnya sudah meninggal. Dan dia bekerja sebagai seorang pramuniaga di salah satu toserba miliknya.
Jessy mengamati wajah serius Earth. Ia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu. Jessy diam, menunggu pria di depannya selesai dengan ponselnya.
"Berapa banyak uang yang kau inginkan?" Earth meletakan ponselnya di meja, lalu kembali menatap Jessy.
Jessy meremas jarinya. Ragu untuk menyebutkan jumlah yang ia butuhkan karena ia sendiri berpikir keperawanannya tidak semahal itu. Namun, pada akhirnya ia tetap menjawab, "50.000 dollar, Tuan."
"50.000 dollar?" Earth mengulang ucapan Jessy. Wanita di depannya benar-benar naif atau hanya pura-pura naif? Wanita itu bahkan bisa meminta jutaan dollar padanya.
Jessy mulai gugup lagi. Sepertinya jumlah yang ia sebutkan terlalu besar. "Aku akan melayani Tuan kapanpun Tuan ingin, tapi tolong bayar aku dengan 50.000 dollar." Nada bicara Jessy kini terdengar memohon.
"Kau mengejekku dengan hanya meminta sejumlah uang itu, Nona Jessy."
Jessy mencerna kembali ucapan Earth, dan ia masih tidak mengerti maksud pria itu. Mengejeknya? Ia sedang memohon bukan mengejek.
"Dan ya, aku tidak membayarmu untuk tidur denganku, tapi untuk melakukan pernikahan kontrak denganku."
"Pernikahan kontrak?" Mata polos Jessy mengerjap bingung.
"Ya. Pernikahan kontrak selama 2 tahun."
Jessy diam. Kedatangannya ke tempat ini bukan untuk terikat dalam sebuah pernikahan, ya meskipun itu pernikahan kontrak. Jessy tidak ingin menikah. Bahkan tidak pernah ada dalam otaknya ia memikirkan tentang pernikahan. Ia hanya datang untuk menjual diri satu kali lalu berhenti.
"Aku akan membayarmu 1 juta dollar untuk satu tahun kontrak."
Mata Jessy nyaris keluar. "B-berapa?" tanyanya terbata.
"Satu juta dollar untuk satu tahun." Earth mengulang meski ia sangat tidak suka mengulangi ucapannya.
Satu juta Dollar? Jessy mengerjap tidak percaya. Dalam mimpi pun ia tidak pernah membayangkan uang sebanyak itu.
"Aku akan memberikanmu uang belanja tiap bulannya, dan uang itu tidak termasuk dari satu juta Dollar yang aku janjikan."
Kepala Jessy berdenyut pusing. Setelah mendapatkan satu juta Dollar ia masih akan mendapatkan uang bulanan. Demi Tuhan, apa pria di depannya sudah gila? Membayar sebanyak itu untuk pernikahan kontrak dengannya.
"Apa saja persyaratan dari pernikahan kontrak itu?" Pikiran Jessy mengabur karena jumlah uang yang ditawarkan oleh Earth. Persetan dengan pernikahan kontrak, ia akan menjalaninya. Lagipula itu hanya untuk 2 tahun. Lalu setelahnya ia akan hidup dengan uang jutaan dollar. Ia bisa membuka sebuah rumah makan dengan uang itu, dan lagi ia bisa membiayai pengobatan ibunya sampai selesai.
Earth meraih sebuah berkas. "Baca ini."
Jessy dengan cepat melangkah. Meraih berkas yang Earth berikan. Berkas itu adalah surat perjanjian pernikahan kontrak. Jessy membaca tiap butirnya. Isi dari perjanjian itu sepenuhnya memudahkan Jessy.
Point pertama perjanjian itu adalah bahwa pihak kedua tidak boleh mencampuri urusan pribadi pihak pertama yang tak lain adalah Earth.
Point kedua perjanjian itu adalah pihak kedua tidak boleh jatuh cinta pada pihak pertama.
Point ketiga, pihak kedua tidak perlu melakukan tugas sebagai seorang istri dalam hal ini dimaksudkan melayani di atas ranjang.
Point keempat, pihak kedua harus mengembalikan 2 juta dollar apabila melanggar perjanjian.
Jessy tidak percaya bahwa ia melakukan pernikahan kontrak dengan nilai jutaan dollar hanya dengan menuruti perjanjian seperti ini. Benar-benar terlalu mudah.
Jessy bukan tipe wanita yang suka mencampuri urusan orang lain. Ia juga tidak akan jatuh cinta pada Earth meski Earth begitu menggoda dan tampan. Dan terakhir, ia akan dengan senang hati menuruti point ketiga karena itu sangat ia inginkan, ya meskipun ia tidak keberatan melayani Earth di ranjang karena bayaran yang fantastis. Dan point ke empat, Jessy jelas tidak akan pernah mengembalikan 2 juta dollar karena ia tidak akan melanggar perjanjian.
Kening Jessy tiba-tiba berkerut. Melihat isi perjanjian itu membuat Jessy berpikiran nakal. "Apakah Tuan gay?" tanya Jessy hati-hati.
Tawa Earth meledak karena pertanyaan konyol Jessy. Bagian mana dirinya yang terlihat seperti pria gay? Bukankah terlalu sia-sia jika kesempurnaan yang ia miliki jika ia ternyata seorang penyuka sesama jenis.
"Kau benar-benar konyol," seru Earth di tengah tawanya.
Jessy menatap Earth heran. Jika pria di depannya tidak gay lalu kenapa membuat perjanjian yang tidak meguntungkannya sama sekali?
"Lalu, apa alasan surat kontrak ini?" tanya Jessy ingin tahu.
Earth berhenti tertawa. Tatapan seriusnya tadi hilang berganti dengan tatapan santai. "Aku hanya tidak ingin dijodohkan dengan wanita pilihan kakekku, wanita itu akan membatasi kehidupanku. Dan satu-satunya cara agar kakekku berhenti mencarikan aku wanita adalah dengan membawa calon sendiri."
Jessy yakin Earth menjawab jujur. Lagipula tidak ada untung bagi Earth untuk membohonginya. Apapun alasan Earth toh bukan urusannya.
"Baiklah. Kapan kita akan menikah?" tanya Jessy. "Bisakah aku mendapatkan bayaran dimuka? Ya setidaknya 50.000 Dollar," sambungnya.
"Kau bisa dapatkan 500.000 Dollar dimuka. Dan kapan kita akan menikah, hal itu akan kau ketahui setelah pertemuan dengan kakekku."
Jessy tidak menangkap hal lain yang Earth bicarakan setelah mendengar uang muka yang akan ia terima. Bukankah Earth sangat murah hati?
"Baiklah."
"Kau akan bertemu dengan pengacaraku bersama dengan Malvis. Setelah kau menandatangani surat perjanjian pernikahan maka kau akan mendapatkan uang muka. Kau mau cash atau dikirim ke rekeningmu?" tanya Earth.
"Ke rekeningku saja," jawab Jessy cepat.
"Baiklah. Urusan kita selesai. Kau bisa pergi sekarang."
Jessy masih berada di tempatnya. Meski merasa tidak enak ia tetap membuka mulutnya. "Bisakah aku menandatangi perjanjiannya malam ini juga?"
"Oh, Jess. Pengacaraku mungkin sedang menikmati malamnya. Kau bisa menemuinya besok pagi."
"Tapi besok aku bekerja."
"Kau tidak butuh bekerja lagi, Jess. Mulai besok aku yang menjamin hidupmu."
Jessy melongo tidak percaya. Ia dan pria di depannya belum menikah, tapi hidupnya sudah akan dijamin oleh pria ini mulai besok pagi. Jessy benar-benar tidak tahu harus berkata apa lagi. Earth adalah dewa penolongnya.
"Pulanglah. Besok pagi Malvis akan menjemputmu."
Jessy menganggukan kepalanya. "Terima kasih, Tuan. Aku sungguh tidak bisa mengatakan apapun selain terima kasih."
Earth berdeham sebagai jawaban. Lalu Jessy pergi keluar dari ruang kerjanya.
Earth akhirnya bisa bernapas lega. Ia telah menemukan solusi untuk masalah yang memuakan baginya. Dengan menikahi wanita seperti Jessy maka kebebasan hidupnya tidak akan terganggu, terlebih lagi hubungannya dengan Caroline.
Earth tidak peduli berapa banyak ia harus mengeluarkan uang demi tetap bisa bersama Caroline. Baginya uang tidak pernah jadi masalah, berbeda dengan Jessy yang selalu bermasalah dengan uang. Oleh karena itu, Earth yakin Jessy tidak akan melanggar perjanjian karena tidak akan sanggup mengembalikan uang kontrak perjanjian pernikahan.
Earth akan melimpahi Jessy dengan uang dan kemewahan, sebagai gantinya ia akan dapatkan kebahagiaan yang dia inginkan. Bukankah tidak ada yang merugi dalam pernikahan itu?
Tbc
Jessy menyadari sesuatu ketika ia sudah berada di dalam mobil Malvis. Ia tidak tahu siapa nama dewa penolongnya. Mendengar jutaan Dollar membuat Jessy lupa untuk menanyakan hal penting itu."Ehm, Tuan Malvis, aku lupa bertanya tentang siapa nama bosmu." Jessy menatap Malvis polos."Kau tidak kenal siapa dia?" tanya Malvis tidak percaya.Jessy menggelengkan kepalanya. "Aku tidak asing dengan wajahnya. Entah di mana aku melihatnya. Sama seperti kau, aku juga tidak asing dengan wajahmu. Akan tetapi, aku tidak begitu tahu siapa kalian."Malvis tidak tahu apa saja yang Jessy lakukan selama hidupnya hingga tidak mengenal sosok Earth Caldwell. Terlebih Jessy bekerja di salah satu toserba milik Earth.
Seperti ucapan Malvis, pria itu menjemput Jessy di jam yang sudah dijanjikannya. Dan Jessy, wanita itu sudah siap dengan pakaian terbaik yang ia miliki. Jessy mengenakan pakaian rapi dan sopan, wajahnya ia rias dengan alat make up-nya yang seadanya. Rambutnya tertata rapi. Ia seperti seorang pelamar kerja yang hendak melakukan wawancara di sebuah perusahaan.Wajah Jessy yang tegang membuat Malvis tergelitik ingin bicara. Jessy hanya akan bertemu pengacara, bukan malaikat maut atau sejenisnya."Santai, Jess. Kau tidak perlu setegang ini." Malvis akhirnya bicara.Jessy menoleh ke arah Malvis yang sedang menyetir. "Apakah sangat terlihat?" tanyanya polos."Ya. Bahkan tertulis jelas di jidatmu."
Udara dingin melingkupi Jessy. Wanita yang mengenakan dress panjang berwarna putih itu terlihat gugup. Saat ini ia tengah berhadapan dengan Max Caldwell, kakek Earth. Kemarin Jessy dihubungi oleh Earth bahwa malam ini kakek Earth ingin bertemu dengan Jessy. Apa yang Jessy rasakan saat ini lebih menegangkan dari menunggu ibunya di operasi.Tatapan menilai Max semakin membuat Jessy takut. Apa semua orang berkuasa auranya seperti ini? Selalu mengintimidasi. Jessy merasa sangat kecil sekarang. Bagaimana jika kakek Earth tidak setuju ia memasuki keluarga Caldwell? Akankah ia harus mengembalikan uang yang sudah ia terima? Ia sudah menggunakan 50.000 dollar untuk membayar biaya operasi ibunya, ditambah lagi beberapa ribu dollar untuk biaya perawatan selama di rumah sakit. Jessy meremas jemarinya. Bagaimana cara ia mengembalikan uang itu?
Hanya dengan membawa tas berukuran kecil, Jessy kini sudah pindah ke kediaman mewah Earth. Mulai hari ini ia akan tinggal di tempat itu meninggalkan kontrakan yang sudah ia tempati bertahun-tahun lamanya.Kedatangannya telah dinanti oleh kepala pelayan Earth. Wanita itu mendekati Jessy dan memperkenalkan dirinya."Saya adalah Clara, kepala pelayan di kediaman ini. Mulai hari ini saya akan membantu Nyonya Muda untuk mempelajari semua tentang keluarga Caldwell." Wanita berusia di penghujung 30-an itu bicara dengan sopan. Wajahnya terlihat datar, tidak ada senyum atau keramahan yang ditunjukan oleh Clara. Ia bukan tidak menyukai Jessy, tapi memang seperti itulah dirinya."Ya. Aku Jessy. Aku akan membutuhkan banyak bimbinganmu." Jessy membalas tak kalah sopan."Biar saya bawakan." Clara melirik ke tas Jessy."Tidak perlu, terima kasih," tolak Jessy."Saya akan menunjukan kamar Anda, mari ikuti saya." "Baik."Jessy mengikuti Clara,
Sebuah biografi telah berada di tangan Jessy. Wanita itu kini tengah membaca keseluruhan tentang keluarga Caldwell. Di depannya ada Clara yang saat ini menjadi menunggu ia menyelesaikan buku bacaannya.Urutan pertama yang Jessy baca adalah mengenai Max Caldwell, pria itu berumur 83 tahun. Pendiri dari Caldwell Group yang saat ini sudah berusia 60 tahun. Ya, Max telah memulai usaha ketika pria itu berusia 23 tahun.Jessy membaca segala sesuatu tentang Max yang terdapat di biografi itu. Kemudian ia beralih ke istri Max yang sudah tiada sejak sepuluh tahun lalu, Sarah Alynne. Disebutkan bahwa Sarah merupakan seorang mantan ratu kecantikan. Berbagai prestasi telah Sarah dapat. Ia juga putri dari seorang sastrawan terkenal.Max dan Sarah memiliki tiga orang anak. Anak pertama adalah Abraham Caldwell, ayah Earth Caldwell. Putra kedua adalah Benjamin Caldwell. Dan terakhir mereka memiliki seorang putri yang bernama Auristella Caldwell.Mata Jessy terus men
Malvis kembali ke dalam restoran setelah ia menerima panggilan dari Jessy. Ia duduk di sebelah Earth dan memberitahukan pada Earth apa yang tadi Jessy sampaikan padanya."Besok malam Jessy akan pergi ke acara reuni sekolahnya. Dia menghubungiku untuk memberitahumu tentang itu," seru Malvis.Earth mengunyah steak yang ada di mulutnya kemudian menelannya. Ia tidak berniat membalas ucapan Malvis karena Malvis hanya berniat untuk memberitahunya. Earth cukup senang bahwa Jessy bukanlah wanita yang akan merecokinya. Jessy bisa saja menghubunginya karena Jessy memiliki nomor ponselnya, tetapi Jessy lebih memilih menghubungi Malvis. Menjaga jarak adalah hal yang paling penting untuk mereka.Bukan hanya itu yang membuat Earth merasa tidak salah memilih Jessy sebagai istri kontraknya. Jessy cukup pandai dalam beradaptasi. Selama di dalam perjalanan bisnis, Earth menerima laporan dari Clara yang memberitahukan tentang perkembangan Jessy. Wanita itu telah menghapal seluruh
"Sepertinya aku melewatkan sesuatu yang menarik, Jess." Anneth yang datang terlambat menatap temannya penasaran. Ketika ia masuk ke restoran, ia berpapasan dengan Revano dan Alyce yang basah kuyup.Jessy menyesap minuman di tangannya. Ia tersenyum kecil kemudian menanggapi ucapan Anneth. "Hanya sebuah pertunjukan."Anneth merasa sedikit kecewa. "Harusnya aku datang lebih cepat, dengan begitu aku bisa menyaksikan pertunjukan itu, pasti sangat menyenangkan.""Yeah, seharusnya kau tidak melewatkannya," balas Jessy. Ia sangat yakin Anneth pasti akan merasa sangat bahagia melihat apa yang terjadi pada Alyce tadi. Bukan rahasia umum, Anneth dan Alyce sering bertengkar.Jika Jessy diam saja dihina dan direndahkan oleh Alyce, maka berbeda dengan Anneth yang sedikit urakan. Anneth tidak akan segan membalas Alyce meski pada akhirnya ia akan berakhir ditegur oleh guru.Dahulu hidup Anneth lebih baik dari Jessy. Belum ada orang ketiga yang merusak kebahagiaan
Jessy menghentikan kegiatan membacanya ketika seseorang berjalan mendekat ke arahnya. Ia mengenali wanita berusia 26 tahun yang kini mendekatinya. Dia adalah Lara Caldwell, putri dari paman Earth yang berprofesi sebagai seorang designer."Siapa kau? Kenapa kau ada di kediaman Earth?" Nada tidak bersahabat itu tertuju pada Jessy.Jessy meletakan buku yang ia baca. Ia berdiri, menatap lurus ke mata Lara kemudian memperkenalkan dirinya dengan sopan. "Aku adalah Jessy, calon istri Earth."Lara mendengus. Wajahnya terlihat mencemooh Jessy. "Jangan konyol. Earth akan menikah dengan Aurora, bukan dirimu.""Anda bisa bertanya pada Earth secara langsung untuk memastikannya." Jessy tidak ingin membuat keributan dengan Lara.Lara sudah tahu tentang kebenaran itu, ia tidak perlu memastikannya lagi dengan bertanya pada Earth. Lara mengetahui hal ini dari ayahnya. Lara sangat menyayangi Earth, ia tidak ingin Earth menikah dengan wanita sembarangan. Bagi La
Hari ini merupakan hari ulang tahun pernikahan Jessy yang ke empat tahun. Ia dan Earth menitipkan Alle pada Kayonna untuk merayakan perayaan ulang tahun mereka berdua saja.Earth selalu memberikan Jessy hadiah ketika ulang tahun pernikahan mereka tiba, dan hari ini Earth menghadiahkan sebuah pulau pribadi untuk Jessy.Tak ada kata berlebihan bagi Earth untuk menyenangkan hati istrinya, meski Jessy sendiri tidak pernah meminta apapun pada Earth.Dan malam ini Jessy juga memiliki hadiah untuk Earth. Ia akan menyerahkannya nanti setelah mereka selesai makan malam.Suasana di atas kapal pesiar itu benar-benar tenang. Jessy menyukai kedamaian yang saat ini tercipta. Suara musik klasisk menemani makan malam mereka, membuat suasana semakin romantis.Makan malam usai. Earth meminta tangan Jessy, ia ingin berdansa dengan istri yang amat sangat ia cintai itu.Jessy meraih uluran tangan Earth. Ia berdiri dari tempat duduknya dan melangkah menuju ke tem
Suara langkah kaki terdengar di sepanjang rumah sakit. Beberapa menit lalu Earth menerima kabar dari ibunya bahwa Jessy akan segera melahirkan.Earth yang sedang dalam rapat penting terpaksa harus menunda rapat itu. Ia tidak ingin melewatkan proses persalinan istrinya.Sampai ruang bersalin, Earth segera menghampiri Jessy. “Sayang, aku di sini.” Earth segera menggenggam tangan Jessy.Jessy yang tadi merasa gelisah kini menjadi tenang ketika suaminya datang menemaninya di sana. Rasa sakit yang ia rasakan saat ini membuat ia kesulitan tersenyum, tapi setelah ada Earth ia merasa jauh lebih baik.Rasa sakit kini datang lebih sering, Jessy dibuat meringis karenanya. Keringat dingin muncul di pori-pori kulitnya.Dokter yang bertanggung jawab untuk menangani proses persalinan Jessy memeriksa beberapa kali. Beberapa menit lalu Jessy baru bukaan 5.Jessy merasakan sesuatu yang meledak di dalam perutnya. Rasa sakit yang luar biasa datang b
Kandungan Jessy kini telah memasuki usia 16 minggu, perutnya perlahan sudah membesar. Masa-masa mual sudah berlalu. Kini tubuhnya sudah kembali terasa lebih baik.Selama kehamilannya Jessy mengalami mual yang buruk. Ia bahkan tidak pergi ke restorannya selama tiga bulan lebih karena tidak bisa mencium bau bawang. Di rumahnya ia juga tidak pergi ke dapur. Dipisahkan dari apa yang ia sukai membuatnya merasa sedikit sedih, tapi sepertinya itu keinginan anaknya agar ia bisa beristirahat lebih baik lagi.Tidak hanya mual dan muntah, Jessy juga menginginkan banyak hal yang selalu bisa didapatkan oleh Earth. Pernah ia terbang ke Singapura hanya untuk mencicipi makanan khas dari sana. Meski tubuhnya lemah, ia tetap saja pergi.Empat minggu lalu Jessy ingin melihat Earth memakai pakaian superhero di tengah keramaian. Dan suami tangguhnya itu melakukan apa yang diinginkan oleh Jessy.Sekarang setelah usia kehamilannya bertambah, ia tidak memiliki keinginan yang ane
Air mata Jessy menetes. Di tangannya terdapat sebuah alat tes kehamilan yang menunjukan bahwa saat ini ia sedang positif hamil. Ini adalah percobaan kelima yang ia lakukan dan semua hasilnya adalah positif. Jessy hanya ingin meyakinkan dirinya sendiri, bahwa hasil itu tidak berubah.Jessy tidak menyangka bahwa Tuhan akan memberikan ia keajaiban lainnya, hadirnya seorang malaikat mungil di dalam hidupnya.Perasaan Jessy saat ini campur aduk. Ia terharu dan bahagia. Dalam hitungan bulan ia dan Earth akan menjadi orangtua.Jessy memegangi perutnya yang masih datar. “Terima kasihtelah hadir di hidup Ibu, Nak. Ibu akan menjagamu dengan baik. Ibu sangat mencintaimu.”Jessy keluar dari kamar mandi. Ia menyimpan testpack miliknya di tempat yang aman. Jessy ingin memberikan kejutan untuk Earth. Suaminya itu pasti akan sangat bahagia mengetahui berita tentang kehamilannya.Seperti pagi biasanya, Jessy memasak sarapan untuk Earth. Ia kini memiliki
Kediaman Aarav kini menjadi ramai, setelah Kayonna tinggal bersamanya ia menjadi tidak kesepian lagi. Jessy dan Earth sering datang berkunjung. Mereka juga sesekali menginap.Dan sekarang anak sulung Aarav juga mengunjunginya. Ini bukan kunjungan pertama karena setelah Aarav memberitahu bahwa ia telah menemukan Kayonna, anak sulung Aarav segera terbang ke London untuk bertemu dengan adiknya.Tidak ada yang bisa menjelaskan kebahagiaan mereka saat ini. Hanya saja kebahagiaan itu memang kurang lengkap karena Kenny, istri Aarav telah meninggal dunia. Kenny bahkan belum melihat wajah Kayonna.“Kakek, apa yang sedang kau pikirkan?” Jessy mendekati Aarav yang saat ini melihat ke bintang yang paling bersinar.“Sedang memandangi Nenekmu.”Jessy melihat ke arah yang sama dengan pandangan Aarav. “Kakek pasti sangat merindukan Nenek.”Aarav merangkul bahu Jessy. “Setiap hari Kakek merindukan Nenekmu. Dan untung
Hari ini adalah hari persidangan Gabson, dengan kendaraan dari kantor kepolisian pria itu dibawa menuju ke tempat persidangan. Kedua tangannya saat ini diborgol, dua petugas ditempatkan di sisi kiri dan kanan Gabson untuk mencegah pria itu kabur.Tanpa dua petugas itu sadari, Gabson tengah membuka borgol di tangannya menggunakan sebuah kunci yang ia dapatkan dari seorang petugas korup yang merupakan salah satu orangnya.Hari ini Gabson telah merencanakan sesuatu. Ia akan melarikan diri dari penjara. Ia sudah menunggu dengan sabar untuk hari ini.Sebuah mobil melaju ke arah mobil yang membawa Gabson, kemudian menabrak mobil milik negara itu hingga terguling.Dua petugas dan sopir mengalami luka serius. Kepala mereka terbentur keras hingga darah mengucur dari sana, serta pecahan kaca menancap di kulit mereka.Begitu juga dengan Gabson yang mengalami luka, tapi hal ini sudah diprediksi oleh Gabson. Ia mempertaruhkan nyawanya agar bisa kabur dari penja
Hari-hari berlalu, harga saham Gabson anjlok di bursa pasar saham, sedikit banyak hal itu mempengaruhi dunia bisnis saat ini. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa perusahaan raksasa milik Gabson akan mengalami hal seperti ini.Para pemegang saham telah menjual saham mereka dengan harga murah, mereka lebih baik menjual saham daripada menderita kerugian yang lebih besar lagi.Upaya yang dilakukan oleh Gabson untuk menyelamatkan perusahaannya telah gagal. Entah apa yang terjadi, semua orang kini berbalik memunggunginya.Dan sekarang ia tengah diselidiki oleh kejaksaan mengenai semua artikel yang beredar.Selama puluhan jam ia di cecar pertanyaan oleh jaksa muda yang tidak menyukainya. Jaksa ini merupakan salah satu putra dari pegawai yang mengalami kebutaan karena standar kerja perusahaan Gabson yang tidak baik.Saat ini Gabson masih belum ditahan karena tim kuasa hukum Gabson terus mencari jalan untuk membuat agar Gabson tidak di penjara.Di
Earth baru saja menyelesaikan sarapannya bersama Jessy ketika Ellard datang ke kediamannya dengan wajah marah. Ia bahkan tidak menyapa Earth terlebih dahulu dan langsung bicara pada Jessy.“Katakan padaku di mana Anneth saat ini!” Aura mengerikan Ellard memenuhi ruangan itu.Jessy merasa dingin menyergapnya, tapi ia tetap tenang, ia tidak akan terintimidasi oleh manusia seperti Ellard. Melihat Ellard hari ini membuat kemarahan Jessy atas sikap pria itu pada Anneth menguar. Ia ingin sekali mencakar wajah rupawan Ellard hingga tidak bisa dikenali lagi. Tega sekali Ellard memperlakukan Anneth dengan begitu buruknya.“Ada apa ini?” tanya Earth. Ia tidak pernah melihat tatapan Ellard semengerikan ini.“Anneth pergi. Sejak kemarin siang wanita itu melarikan diri.” Ellard memberi penjelasan singkat dengan suara geram. Ia kembali beralih pada Jessy. “Katakan padaku di mana Anneth sekarang!” Ellard kembali menekan Je
Jessy tiba di kediaman Max sebelum jam makan siang. Jadi ia bisa menyiapkan makan siang untuk orang-orang yang saat ini sedang berada di ruang kerja.Tadinya Aarav dan Axton akan meninggalkan kediaman Max, tapi karena Max meminta Aarav untuk makan siang bersamanya maka Aarav dan Axton tinggal sedikit lebih lama.Jessy telah selesai menghidangkan masakannya di meja makan. Ia segera kembali ke ruang keluarga untuk memberitahu bahwa makan siang sudah siap.Setelah itu, Jessy, Earth, Max, Aarav, Axton dan Malvis pergi ke meja makan. Mereka mulai menyantap makanan yang ada di sana.“Kakek, aku membuat menu baru. Kalian harus mencobanya kemudian memberikanku masukan.” Jessy mengambil sendok, lalu menyendokan makanan itu ke piring Max. Kemudian ia beralih ke Aarav. Jessy mencondongkan tubuhnya ke depan, hingga kalungnya terjuntai.“Silahkan dicoba, Kakek,” seru Jessy. “Kalian juga harus mencobanya. Ayo.” Jessy meminta p