Dua pria berbeda generasi sedang saling bertatapan. Satu dengan tatapan tegas dan satu dengan tatapan tak suka. Mereka adalah sepasang kakek dan cucu dari keluarga Caldwell. Max Caldwell dan cucunya Earth Caldwell.
"Aku sudah mengatakan bahwa aku tidak akan menikahi putri dari keluarga McKell itu," tekan Earth jengah. Ini adalah kesekian kalinya sang kakek memintanya untuk menikah dengan wanita yang tidak ia sukai. Earth cukup mengenal nama Aurora McKell si model terkenal yang masuk dalam top model dunia. Namun, Earth tidak tertarik sama sekali pada Aurora karena ia sudah memiliki pilihan sendiri. Pilihan yang tidak mungkin ia bawa ke keluarga Caldwell karena status kekasihnya yang merupakan seorang janda.
"Sampai kapan kau akan menolak menikah, huh? Usiamu sudah 28 tahun, Earth. Kau cucu tertua di keluarga ini dan sudah seharusnya kau menikah di usiamu ini. Lihat para sepupumu, mereka bahkan sudah memiliki anak. Sedang kau? Kekasih saja kau tidak punya." Max mengocehi cucunya tanpa kenal lelah. Pria berusia hampir 70 tahun itu ingin sekali melihat cucu tertuanya menikah, tapi tampaknya keinginannya itu terlalu mahal.
"Memangnya kenapa dengan usiaku? Banyak orang lain yang belum menikah. Lagipula jika kakek ingin menggendong anak dari cucu kakek, kakek sudah mendapatkannya dari Zack dan juga Morgan. Kakek tidak perlu terus menekanku untuk menikah dengan alasan seperti itu."
"Kakek sudah lelah dengan alasan-alasanmu, Earth. Kakek beri waktu satu bulan, jika kau tidak membawa calonmu maka kau tidak berhak menolak perjodohan dengan putri Mr. Mckell," putus sang kakek tanpa mau dibantah.
Earth tidak tahan lagi. Ia berdiri dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruangan bernuansa emas itu.
"Benar-benar menjengkelkan." Earth mengoceh kesal. Ia meraih acak kunci mobil yang tergantung di dinding kemudian pergi meninggalkan kediaman keluarga besar Caldwell.
Earth mengusap wajahnya gusar. Ke mana ia harus mencari wanita yang mau menikah dengannya tanpa harus mencampuri hidupnya. Wanita yang tidak akan mengusik hubungannya dengan Caroline - kekasihnya.
"Ah, sialan!" Earth memukul setir mobilnya kasar. Jika saja di keluarganya tidak ada aturan bahwa menikahi janda akan kehilangan hak waris maka dirinya tidak akan sefrustasi ini. Namun, sayangnya di keluarga Caldwell menerapkan peraturan yang tidak bisa diubah dari generasi ke generasi. Earth merasa aturan keluarganya sangat konyol, tapi sekonyol apapun aturan itu ia tidak bisa melanggarnya karena tidak ingin kehilangan warisan. Terlebih Earth tidak ingin para sepupunya merasa senang karena memiliki kesempatan untuk mendapatkan apa yang harusnya menjadi miliknya.
Keluarganya tidak sesederhana keluarga pada umumnya. Terlalu banyak permasalahan di dalam keluarga yang tampak harmonis hanya jika di depan orang lain. Di keluarganya ia memiliki satu paman dan satu bibi, dan masing-masing dari mereka memiliki anak laki-laki yang berambisi untuk menjadi pemimpin di Caldwell group. Satu keluarga harusnya saling mendukung, tapi tidak di keluarganya. Baik bibi atau pamannya sama-sama ingin merampas haknya, begitu juga dengan para sepupunya yang begitu menginginkan posisinya.
Belum lagi ada anak dari adik kakeknya yang sama liciknya dengan paman dan bibinya. Di depannya orang-orang itu akan bersikap manis, tapi di belakangnya mereka sedang mencari kesempatan untuk menjatuhkannya ke dasar jurang.
Sejak kecil Earth dididik oleh orangtuanya untuk jadi seorang pemenang. Hal itu tertanam di dalam jiwanya dengan baik dan bersemayam hingga ia dewasa. Meski orangtuanya telah tiada sejak ia berusia 12 tahun, tapi Earth selalu mengingat kata-kata ayahnya. Bahwa akan ada banyak orang yang mencoba mengambil posisinya, dan Earth tidak boleh memberikan kesempatan pada orang-orang itu. Ia adalah pewaris tahta kerajaan bisnis Caldwell group. Dan orang-orang akan tunduk di bawah kakinya.
Mobil Earth berhenti di sebuah bar. Tempat yang hanya dikhususkan untuk minum alkohol dengan ketenangan tanpa musik bising yang memekakan telinga. Malam ini Earth butuh ketenangan, ia benar-benar lelah dengan kakeknya yang pantang menyerah.
Earth duduk di depan bartender. Memesan sebotol wine lalu menikmatinya ditemani dengan suara musik clasic.
"Segera ke Artemist bar!" Earth memberi perintah pada orang yang ia hubungi lalu meletakan ponselnya di atas meja.
Kali ini Earth tidak bisa menanggapi keinginan kakeknya seperti angin lalu. Pria tua itu terlalu serius untuk ia abaikan perintahnya. Dan Earth juga sudah terlalu jengah dengan perintah kakeknya yang tidak berubah dari waktu ke waktu. Ia harus segera menemukan wanita yang bisa mengatasi semua masalahnya.
Lima belas menit berlalu. Seorang pria dengan jaket kulit berwarna hitam mendekat ke arah Earth. Pria itu kemudian duduk di sebelah Earth dan memesan cocktail pada bartender.
"Carikan aku wanita yang bisa aku nikahi kontrak, tapi bukan pelacur atau sejenisnya." Earth mengutarakan langsung maksudnya menghubungi sekertaris sekaligus sahabatnya, Malvis Sergio.
"Berapa waktu yang aku punya?"
"Satu bulan."
"Baiklah. Aku akan mencarikan yang sesuai keinginanmu." Tanpa bertanya Malvis tahu seperti apa wanita yang diinginkan oleh sahabatnya. Wanita yang tidak boleh mengusik kehidupan pribadi sang sahabat. Terutama tentang hubungan Earth dan Caroline.
***
Jessy tidak fokus bekerja seharian ini. Tadi pagi ia baru dihubungi pihak rumah sakit yang mengatakan bahwa besok adalah batas pembayaran terakhir biaya operasi ibunya.
Pikiran Jessy kacau. Ia sudah tidak memiliki harapan lagi. Dari mana ia bisa mendapatkan uang 50.000 dollar dalam waktu singkat.
"Jess! Jessy!" Anneth, sahabat Jessy, membuyarkan lamunan panjang Jessy.
"Ada apa, Anneth?" Jessy menyahut lesu.
"Ada apa denganmu? Kenapa kau sangat tidak bersemangat hari ini?" Anneth menatap Jessy heran. Hari ini ia seperti tidak mengenal sahabatnya. Biasanya Jessy akan murah senyum, tapi hari ini ia tidak melihat senyuman itu terbit di wajah Jessy.
Jessy menarik napas dalam. Ia memang tidak memberitahu Anneth tentang masalahnya. Bukan karena ia tidak ingin Anneth tahu, tapi karena ia tidak mau Anneth terganggu dengan masalahnya. Anneth adalah sahabat yang begitu peduli padanya. Dan karena kepedulian itu ia tidak ingin membebani Anneth. Setahunya Anneth juga memiliki masalah yang cukup berat. Anneth harus bekerja siang dan malam sepertinya untuk membayar hutang judi ayahnya.
Hidupnya dan hidup Anneth tidak jauh berbeda. Lahir dalam kemiskinan dan memiliki ayah yang tidak bersikap selayaknya ayah. Ckck, kenapa juga mereka harus hadir dari pria-pria tidak bertanggung jawab seperti ayah mereka.
"Besok adalah hari terakhir pelunasan biaya operasi ibuku. Jika aku tidak bisa membayarnya besok maka ibuku tidak akan tertolong." Jessy akhirnya bicara. Matanya memerah, dadanya terasa sesak. Ia ingin menangis sekencang-kencangnya sekarang.
Wajah heran Anneth berubah jadi terkejut bercampus sedih. "Ya Tuhan, kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal."
"Maafkan aku, Anneth. Aku tidak ingin membebanimu. Kau sudah banyak membantuku." Jessy merasa malu pada Anneth. Meski sahabatnya sedang kesusahan, Anneth masih bisa membantunya.
Anneth menggenggam tangan Jessy. "Aku memiliki sedikit tabungan, kau bisa memakainya dulu. Aku tahu itu tidak akan banyak membantumu, tapi setidaknya mengurangi total yang harus kau bayar."
Jessy menggelengkan kepalanya. Air matanya tumpah tak mampu ia tahan lagi. "Tidak, Anneth. Kau juga membutuhkan uang itu. Kau harus membayar hutang ayahmu yang jatuh tempo." Jessy sudah tidak ingin lagi menyusahkan Anneth. Jika ia menerima uang dari Anneth maka Anneth akan terusir dari kediaman Anneth yang dijaminkan sebagai jaminan hutang ayah Anneth.
"Tidak apa-apa, Jess. Aku bisa meminta tenggang waktu." Anneth meyakinkan Jessy dengan lembut.
Jessy menggeleng lagi. Ada konsekuensi dari permintaan tenggang waktu yang Anneth katakan. Sahabatnya itu akan berakhir babak belur dipukul oleh orang-orang suruhan rentenir tempat ayahnya berhutang. Dan Jessy tidak ingin hal itu terjadi pada Anneth. Cukup satu kali saja ia membuat Anneth babak belur karena memberikannya pinjaman yang seharusnya Anneth bayarkan pada rentenir.
"Aku akan menemukan jalan keluarnya, Anneth. Kau gunakan saja uangmu untuk membayar hutang ayahmu." Jessy menghapus air matanya. Ia tidak boleh cengeng seperti ini. Ia juga tidak boleh putus asa. Pasti akan ada jalan baginya yang mau berusaha.
Anneth memeluk Jessy erat. "Aku berdoa semoga kau mendapatkan uang itu, Jess. Tuhan pasti akan membantumu yang ingin berbakti pada ibumu."
Jessy tidak tahu harus percaya pada Tuhan atau tidak. Ia sudah benar-benar lelah dengan masalah yang menimpanya. Kenapa Tuhan harus memberikannya hidup yang seperti ini? Kenapa Tuhan harus membuat ibunya merasakan sakit setelah semua penderitaan yang ibunya alami? Bukankah Tuhan sangat tidak adil padanya dan juga ibunya.
Ia bukan orang yang tak bertuhan. Akan tetapi, masalah demi masalah yang ia alami membuatnya kecewa pada Tuhan-nya. Ia tidak meminta kehidupan yang bergelimangan harta, ia hanya ingin ibunya tidak sakit lagi. Keinginannya begitu kecil, dan Tuhan yang maha pengasih tidak bisa mengabulkan doanya.
Waktu berlalu, jam kerja Jessy telah habis, dan ia telah meninggalkan toserba tempatnya bekerja. Sekarang ia sedang berdiri di depan sebuah bar. Ia sangat tidak ingin berurusan dengan orang yang akan ia temui ini, tapi setelah berpikir lagi ini adalah jalan satu-satunya.
Menghembuskan napas berat, Jessy kembali melangkah. Ia mendorong pintu kaca bar itu.
"Bisakah aku bertemu dengan Madam Ella?" tanya Jessy pada bartender tempat itu.
"Jessy?" Seorang wanita berusia diakhir 30-an tahun menatap Jessy dengan sebelah alis terangkat. Wanita itu berpenampilan seronok, bibirnya menyala seperti api. Ia mengenakan dress ketat dengan belahan dada rendah. Wanita ini adalah wanita yang Jessy cari, Madam Ella. Pemilik bar sekaligus mucikari terkenal di kalangan atas.
Jessy memiringkan wajahnya. Dan Madam Ella tersenyum ramah, ternyata benar. Dia adalah Jessy, putri dari kenalannya yang berasal dari satu desa dengannya.
"Madam Ella, bisakah kita bicara sebentar?" tanya Jessy ragu-ragu. Dari matanya masih tersirat bahwa ia sangat enggan bertemu dengan Madam Ella.
"Ikut aku." Madam Ella melangkah mendahului Jessy. Ia mengajak Jessy duduk di sebuah sofa panjang yang ada di sudut ruangan.
"Jadi, kenapa kau ingin bertemu denganku?"
"Ibuku sakit, dan aku membutuhkan uang, dan,,," Jessy menggigit bibirnya, ia sangat tidak ingin mengatakan hal selanjutnya yang sudah ia pikirkan sepanjang jalan.
"Dan?" Madam Ella menatap Jessy tenang.
"Dan aku ingin bekerja di sini." Jessy akhirnya mengucapkan kalimat yang berat sekali ia ucapkan.
Madam Ella tertawa mendengar ucapan Jessy. Membuat Jessy bingung apa yang lucu dari kata-katanya.
"Aku yakin ibumu tidak tahu tentang apa yang kau katakan barusan. Jika dia tahu, aku berani bertaruh dia akan terkena serangan jantung." Madam Ella ingat betul bagaimana Kayonna memegang teguh pendirian bahwa ia tidak akan menjual dirinya di ibukota meski kehidupannya sangat sulit. Madam Ella berkali-kali menawarkan agar Kayonna berhenti bekerja serabutan dengan gaji yang sangat kecil, tapi ditolak tegas oleh Kayonna.
Kayonna memegang teguh prinsip bahwa harga dirinya tidak bisa dibeli dengan uang.
"Tolong pinjami aku 50.000 dollar, dan aku akan bekerja sampai hutangku lunas." Jessy tahu bahwa yang ia lakukan saat ini sangat tidak tahu diri, tapi ia sangat membutuhkan uang itu hingga apapun tidak penting lagi.
Madam Ella mencemooh Jessy lewat tatapannya. "Bekerja saja belum dan kau sudah meminta uang yang banyak. Aku bukan bank. Dan aku tidak sebaik yang kau pikirkan. Lagipula berapa lama kau akan bekerja untuk membayar hutang itu."
"Aku tidak peduli berapa lama aku bekerja untuk melunasinya. Aku mohon, aku sangat membutuhkan uang itu." Jessy memelas. Sungguh tak pernah ia pikirkan sebelumnya bahwa ia akan mengemis untuk jadi seorang pelacur.
"Semua orang membutuhkan uang dengan alasan yang berbeda-beda," balas Madam Ella sinis. "Dan maaf saja. Aku tidak bisa memberikanmu pinjaman meski kau menbayarnya dengan tubuhmu."
"Aku masih perawan. Aku dengar perawan memiliki nilai jual yang lebih tinggi." Jessy tidak mau menyerah.
Madam Ella tertawa kecil, tatapan matanya masih saja merendahkan. "Kau paling hanya bisa mendapatkan 10.000 dollar untuk keperawananmu, lalu setelahnya? Kau tidak mahir dalam dunia ini. Pelangganku jelas lebih suka yang berpengalaman. Dengar, Jessy, aku tidak akan menginvestasikan uangku pada sesuatu yang tidak menguntungkanku."
Jessy meremas tangannya, menahan tangis yang hendak jatuh. Bahkan dengan mengambil jalan seperti inipun ia tetap tidak bisa mendapatkan biaya untuk pengobatan ibunya. Dunia benar-benar kejam, bukan?
"Aku mohon, Madam Ella. Bantu aku sekali ini saja." Jessy memohon sekali lagi. Dan jawaban Madam Ella masih sama. Ia tidak akan mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk menyelamatkan ibu Jessy.
"Sebaiknya kau biarkan saja ibumu mati. Dia hanya menyusahkanmu saja."
Tangan Jessy terayun tanpa ia sadari. Mendarat di pipi belapis make up Madam Ella. "Kau bisa menolak memberikan pinjaman, tapi kau tidak bisa mengatakan hal tidak berperikemanusian seperti itu. Aku adalah anaknya, dan dia tidak pernah menyusahkanku sama sekali," marah Jessy.
Mata Madam Ella menyala murka. Berani sekali Jessy menampar wajahnya. "Jalang sialan!" Madam Ella melayangkan tangannya membalas tamparan yang diberikan oleh Jessy.
Pipi pucat Jessy memerah, rasa sakit menjalar di sama, tapi tidak seberapa dibanding dengan perkataan Madam Ella yang begitu menusuk hatinya.
"Pergi dari sini dan jangan pernah kembali lagi!" usir Madam Ella murka.
Jessy bangkit dari duduknya. Ia menatap Madam Ella benci. "Aku harusnya tidak datang ke tempat ini. Apa yang aku harapkan dari wanita yang menjual dirinya demi kepuasan belaka!" Usai menghina Madam Ella, Jessy membalik tubuhnya dan pergi.
Madam Ella menyumpah serapah Jessy. Lucu sekali mendengar kata-kata Jessy barusan padahal wanita itu datang ke tempatnya untuk menjual diri. "Ibu dan anak sama saja. Munafik!"
Tbc
"Saya sudah mengirimkan data yang Anda inginkan, Pak." Seseorang menghubungi Malvis yang saat ini tengah memperhatikan Jessy yang melangkah putus asa di jalanan.Malvis memutuskan sambungan telepon yang baru saja ia terima. Pria itu segera membuka surelnya. Memeriksa data yang baru saja dikirimkan oleh orangnya.Iris coklat terang Malvis memindai data di ponselnya. Membaca baris demi baris, kata demi kata. Senyum Malvis mengembang, ternyata tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan wanita yang cocok dijadikan istri kontrak sang sahabat.Malvis menghentikan mobil sport miliknya. Ia mendekat ke arah Jessy yang kini sedang duduk di bangku taman dengan kedua tangan menangkup wajahnya yang basah."Aku bisa membantumu." Suara Malvis me
Jessy menyadari sesuatu ketika ia sudah berada di dalam mobil Malvis. Ia tidak tahu siapa nama dewa penolongnya. Mendengar jutaan Dollar membuat Jessy lupa untuk menanyakan hal penting itu."Ehm, Tuan Malvis, aku lupa bertanya tentang siapa nama bosmu." Jessy menatap Malvis polos."Kau tidak kenal siapa dia?" tanya Malvis tidak percaya.Jessy menggelengkan kepalanya. "Aku tidak asing dengan wajahnya. Entah di mana aku melihatnya. Sama seperti kau, aku juga tidak asing dengan wajahmu. Akan tetapi, aku tidak begitu tahu siapa kalian."Malvis tidak tahu apa saja yang Jessy lakukan selama hidupnya hingga tidak mengenal sosok Earth Caldwell. Terlebih Jessy bekerja di salah satu toserba milik Earth.
Seperti ucapan Malvis, pria itu menjemput Jessy di jam yang sudah dijanjikannya. Dan Jessy, wanita itu sudah siap dengan pakaian terbaik yang ia miliki. Jessy mengenakan pakaian rapi dan sopan, wajahnya ia rias dengan alat make up-nya yang seadanya. Rambutnya tertata rapi. Ia seperti seorang pelamar kerja yang hendak melakukan wawancara di sebuah perusahaan.Wajah Jessy yang tegang membuat Malvis tergelitik ingin bicara. Jessy hanya akan bertemu pengacara, bukan malaikat maut atau sejenisnya."Santai, Jess. Kau tidak perlu setegang ini." Malvis akhirnya bicara.Jessy menoleh ke arah Malvis yang sedang menyetir. "Apakah sangat terlihat?" tanyanya polos."Ya. Bahkan tertulis jelas di jidatmu."
Udara dingin melingkupi Jessy. Wanita yang mengenakan dress panjang berwarna putih itu terlihat gugup. Saat ini ia tengah berhadapan dengan Max Caldwell, kakek Earth. Kemarin Jessy dihubungi oleh Earth bahwa malam ini kakek Earth ingin bertemu dengan Jessy. Apa yang Jessy rasakan saat ini lebih menegangkan dari menunggu ibunya di operasi.Tatapan menilai Max semakin membuat Jessy takut. Apa semua orang berkuasa auranya seperti ini? Selalu mengintimidasi. Jessy merasa sangat kecil sekarang. Bagaimana jika kakek Earth tidak setuju ia memasuki keluarga Caldwell? Akankah ia harus mengembalikan uang yang sudah ia terima? Ia sudah menggunakan 50.000 dollar untuk membayar biaya operasi ibunya, ditambah lagi beberapa ribu dollar untuk biaya perawatan selama di rumah sakit. Jessy meremas jemarinya. Bagaimana cara ia mengembalikan uang itu?
Hanya dengan membawa tas berukuran kecil, Jessy kini sudah pindah ke kediaman mewah Earth. Mulai hari ini ia akan tinggal di tempat itu meninggalkan kontrakan yang sudah ia tempati bertahun-tahun lamanya.Kedatangannya telah dinanti oleh kepala pelayan Earth. Wanita itu mendekati Jessy dan memperkenalkan dirinya."Saya adalah Clara, kepala pelayan di kediaman ini. Mulai hari ini saya akan membantu Nyonya Muda untuk mempelajari semua tentang keluarga Caldwell." Wanita berusia di penghujung 30-an itu bicara dengan sopan. Wajahnya terlihat datar, tidak ada senyum atau keramahan yang ditunjukan oleh Clara. Ia bukan tidak menyukai Jessy, tapi memang seperti itulah dirinya."Ya. Aku Jessy. Aku akan membutuhkan banyak bimbinganmu." Jessy membalas tak kalah sopan."Biar saya bawakan." Clara melirik ke tas Jessy."Tidak perlu, terima kasih," tolak Jessy."Saya akan menunjukan kamar Anda, mari ikuti saya." "Baik."Jessy mengikuti Clara,
Sebuah biografi telah berada di tangan Jessy. Wanita itu kini tengah membaca keseluruhan tentang keluarga Caldwell. Di depannya ada Clara yang saat ini menjadi menunggu ia menyelesaikan buku bacaannya.Urutan pertama yang Jessy baca adalah mengenai Max Caldwell, pria itu berumur 83 tahun. Pendiri dari Caldwell Group yang saat ini sudah berusia 60 tahun. Ya, Max telah memulai usaha ketika pria itu berusia 23 tahun.Jessy membaca segala sesuatu tentang Max yang terdapat di biografi itu. Kemudian ia beralih ke istri Max yang sudah tiada sejak sepuluh tahun lalu, Sarah Alynne. Disebutkan bahwa Sarah merupakan seorang mantan ratu kecantikan. Berbagai prestasi telah Sarah dapat. Ia juga putri dari seorang sastrawan terkenal.Max dan Sarah memiliki tiga orang anak. Anak pertama adalah Abraham Caldwell, ayah Earth Caldwell. Putra kedua adalah Benjamin Caldwell. Dan terakhir mereka memiliki seorang putri yang bernama Auristella Caldwell.Mata Jessy terus men
Malvis kembali ke dalam restoran setelah ia menerima panggilan dari Jessy. Ia duduk di sebelah Earth dan memberitahukan pada Earth apa yang tadi Jessy sampaikan padanya."Besok malam Jessy akan pergi ke acara reuni sekolahnya. Dia menghubungiku untuk memberitahumu tentang itu," seru Malvis.Earth mengunyah steak yang ada di mulutnya kemudian menelannya. Ia tidak berniat membalas ucapan Malvis karena Malvis hanya berniat untuk memberitahunya. Earth cukup senang bahwa Jessy bukanlah wanita yang akan merecokinya. Jessy bisa saja menghubunginya karena Jessy memiliki nomor ponselnya, tetapi Jessy lebih memilih menghubungi Malvis. Menjaga jarak adalah hal yang paling penting untuk mereka.Bukan hanya itu yang membuat Earth merasa tidak salah memilih Jessy sebagai istri kontraknya. Jessy cukup pandai dalam beradaptasi. Selama di dalam perjalanan bisnis, Earth menerima laporan dari Clara yang memberitahukan tentang perkembangan Jessy. Wanita itu telah menghapal seluruh
"Sepertinya aku melewatkan sesuatu yang menarik, Jess." Anneth yang datang terlambat menatap temannya penasaran. Ketika ia masuk ke restoran, ia berpapasan dengan Revano dan Alyce yang basah kuyup.Jessy menyesap minuman di tangannya. Ia tersenyum kecil kemudian menanggapi ucapan Anneth. "Hanya sebuah pertunjukan."Anneth merasa sedikit kecewa. "Harusnya aku datang lebih cepat, dengan begitu aku bisa menyaksikan pertunjukan itu, pasti sangat menyenangkan.""Yeah, seharusnya kau tidak melewatkannya," balas Jessy. Ia sangat yakin Anneth pasti akan merasa sangat bahagia melihat apa yang terjadi pada Alyce tadi. Bukan rahasia umum, Anneth dan Alyce sering bertengkar.Jika Jessy diam saja dihina dan direndahkan oleh Alyce, maka berbeda dengan Anneth yang sedikit urakan. Anneth tidak akan segan membalas Alyce meski pada akhirnya ia akan berakhir ditegur oleh guru.Dahulu hidup Anneth lebih baik dari Jessy. Belum ada orang ketiga yang merusak kebahagiaan
Hari ini merupakan hari ulang tahun pernikahan Jessy yang ke empat tahun. Ia dan Earth menitipkan Alle pada Kayonna untuk merayakan perayaan ulang tahun mereka berdua saja.Earth selalu memberikan Jessy hadiah ketika ulang tahun pernikahan mereka tiba, dan hari ini Earth menghadiahkan sebuah pulau pribadi untuk Jessy.Tak ada kata berlebihan bagi Earth untuk menyenangkan hati istrinya, meski Jessy sendiri tidak pernah meminta apapun pada Earth.Dan malam ini Jessy juga memiliki hadiah untuk Earth. Ia akan menyerahkannya nanti setelah mereka selesai makan malam.Suasana di atas kapal pesiar itu benar-benar tenang. Jessy menyukai kedamaian yang saat ini tercipta. Suara musik klasisk menemani makan malam mereka, membuat suasana semakin romantis.Makan malam usai. Earth meminta tangan Jessy, ia ingin berdansa dengan istri yang amat sangat ia cintai itu.Jessy meraih uluran tangan Earth. Ia berdiri dari tempat duduknya dan melangkah menuju ke tem
Suara langkah kaki terdengar di sepanjang rumah sakit. Beberapa menit lalu Earth menerima kabar dari ibunya bahwa Jessy akan segera melahirkan.Earth yang sedang dalam rapat penting terpaksa harus menunda rapat itu. Ia tidak ingin melewatkan proses persalinan istrinya.Sampai ruang bersalin, Earth segera menghampiri Jessy. “Sayang, aku di sini.” Earth segera menggenggam tangan Jessy.Jessy yang tadi merasa gelisah kini menjadi tenang ketika suaminya datang menemaninya di sana. Rasa sakit yang ia rasakan saat ini membuat ia kesulitan tersenyum, tapi setelah ada Earth ia merasa jauh lebih baik.Rasa sakit kini datang lebih sering, Jessy dibuat meringis karenanya. Keringat dingin muncul di pori-pori kulitnya.Dokter yang bertanggung jawab untuk menangani proses persalinan Jessy memeriksa beberapa kali. Beberapa menit lalu Jessy baru bukaan 5.Jessy merasakan sesuatu yang meledak di dalam perutnya. Rasa sakit yang luar biasa datang b
Kandungan Jessy kini telah memasuki usia 16 minggu, perutnya perlahan sudah membesar. Masa-masa mual sudah berlalu. Kini tubuhnya sudah kembali terasa lebih baik.Selama kehamilannya Jessy mengalami mual yang buruk. Ia bahkan tidak pergi ke restorannya selama tiga bulan lebih karena tidak bisa mencium bau bawang. Di rumahnya ia juga tidak pergi ke dapur. Dipisahkan dari apa yang ia sukai membuatnya merasa sedikit sedih, tapi sepertinya itu keinginan anaknya agar ia bisa beristirahat lebih baik lagi.Tidak hanya mual dan muntah, Jessy juga menginginkan banyak hal yang selalu bisa didapatkan oleh Earth. Pernah ia terbang ke Singapura hanya untuk mencicipi makanan khas dari sana. Meski tubuhnya lemah, ia tetap saja pergi.Empat minggu lalu Jessy ingin melihat Earth memakai pakaian superhero di tengah keramaian. Dan suami tangguhnya itu melakukan apa yang diinginkan oleh Jessy.Sekarang setelah usia kehamilannya bertambah, ia tidak memiliki keinginan yang ane
Air mata Jessy menetes. Di tangannya terdapat sebuah alat tes kehamilan yang menunjukan bahwa saat ini ia sedang positif hamil. Ini adalah percobaan kelima yang ia lakukan dan semua hasilnya adalah positif. Jessy hanya ingin meyakinkan dirinya sendiri, bahwa hasil itu tidak berubah.Jessy tidak menyangka bahwa Tuhan akan memberikan ia keajaiban lainnya, hadirnya seorang malaikat mungil di dalam hidupnya.Perasaan Jessy saat ini campur aduk. Ia terharu dan bahagia. Dalam hitungan bulan ia dan Earth akan menjadi orangtua.Jessy memegangi perutnya yang masih datar. “Terima kasihtelah hadir di hidup Ibu, Nak. Ibu akan menjagamu dengan baik. Ibu sangat mencintaimu.”Jessy keluar dari kamar mandi. Ia menyimpan testpack miliknya di tempat yang aman. Jessy ingin memberikan kejutan untuk Earth. Suaminya itu pasti akan sangat bahagia mengetahui berita tentang kehamilannya.Seperti pagi biasanya, Jessy memasak sarapan untuk Earth. Ia kini memiliki
Kediaman Aarav kini menjadi ramai, setelah Kayonna tinggal bersamanya ia menjadi tidak kesepian lagi. Jessy dan Earth sering datang berkunjung. Mereka juga sesekali menginap.Dan sekarang anak sulung Aarav juga mengunjunginya. Ini bukan kunjungan pertama karena setelah Aarav memberitahu bahwa ia telah menemukan Kayonna, anak sulung Aarav segera terbang ke London untuk bertemu dengan adiknya.Tidak ada yang bisa menjelaskan kebahagiaan mereka saat ini. Hanya saja kebahagiaan itu memang kurang lengkap karena Kenny, istri Aarav telah meninggal dunia. Kenny bahkan belum melihat wajah Kayonna.“Kakek, apa yang sedang kau pikirkan?” Jessy mendekati Aarav yang saat ini melihat ke bintang yang paling bersinar.“Sedang memandangi Nenekmu.”Jessy melihat ke arah yang sama dengan pandangan Aarav. “Kakek pasti sangat merindukan Nenek.”Aarav merangkul bahu Jessy. “Setiap hari Kakek merindukan Nenekmu. Dan untung
Hari ini adalah hari persidangan Gabson, dengan kendaraan dari kantor kepolisian pria itu dibawa menuju ke tempat persidangan. Kedua tangannya saat ini diborgol, dua petugas ditempatkan di sisi kiri dan kanan Gabson untuk mencegah pria itu kabur.Tanpa dua petugas itu sadari, Gabson tengah membuka borgol di tangannya menggunakan sebuah kunci yang ia dapatkan dari seorang petugas korup yang merupakan salah satu orangnya.Hari ini Gabson telah merencanakan sesuatu. Ia akan melarikan diri dari penjara. Ia sudah menunggu dengan sabar untuk hari ini.Sebuah mobil melaju ke arah mobil yang membawa Gabson, kemudian menabrak mobil milik negara itu hingga terguling.Dua petugas dan sopir mengalami luka serius. Kepala mereka terbentur keras hingga darah mengucur dari sana, serta pecahan kaca menancap di kulit mereka.Begitu juga dengan Gabson yang mengalami luka, tapi hal ini sudah diprediksi oleh Gabson. Ia mempertaruhkan nyawanya agar bisa kabur dari penja
Hari-hari berlalu, harga saham Gabson anjlok di bursa pasar saham, sedikit banyak hal itu mempengaruhi dunia bisnis saat ini. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa perusahaan raksasa milik Gabson akan mengalami hal seperti ini.Para pemegang saham telah menjual saham mereka dengan harga murah, mereka lebih baik menjual saham daripada menderita kerugian yang lebih besar lagi.Upaya yang dilakukan oleh Gabson untuk menyelamatkan perusahaannya telah gagal. Entah apa yang terjadi, semua orang kini berbalik memunggunginya.Dan sekarang ia tengah diselidiki oleh kejaksaan mengenai semua artikel yang beredar.Selama puluhan jam ia di cecar pertanyaan oleh jaksa muda yang tidak menyukainya. Jaksa ini merupakan salah satu putra dari pegawai yang mengalami kebutaan karena standar kerja perusahaan Gabson yang tidak baik.Saat ini Gabson masih belum ditahan karena tim kuasa hukum Gabson terus mencari jalan untuk membuat agar Gabson tidak di penjara.Di
Earth baru saja menyelesaikan sarapannya bersama Jessy ketika Ellard datang ke kediamannya dengan wajah marah. Ia bahkan tidak menyapa Earth terlebih dahulu dan langsung bicara pada Jessy.“Katakan padaku di mana Anneth saat ini!” Aura mengerikan Ellard memenuhi ruangan itu.Jessy merasa dingin menyergapnya, tapi ia tetap tenang, ia tidak akan terintimidasi oleh manusia seperti Ellard. Melihat Ellard hari ini membuat kemarahan Jessy atas sikap pria itu pada Anneth menguar. Ia ingin sekali mencakar wajah rupawan Ellard hingga tidak bisa dikenali lagi. Tega sekali Ellard memperlakukan Anneth dengan begitu buruknya.“Ada apa ini?” tanya Earth. Ia tidak pernah melihat tatapan Ellard semengerikan ini.“Anneth pergi. Sejak kemarin siang wanita itu melarikan diri.” Ellard memberi penjelasan singkat dengan suara geram. Ia kembali beralih pada Jessy. “Katakan padaku di mana Anneth sekarang!” Ellard kembali menekan Je
Jessy tiba di kediaman Max sebelum jam makan siang. Jadi ia bisa menyiapkan makan siang untuk orang-orang yang saat ini sedang berada di ruang kerja.Tadinya Aarav dan Axton akan meninggalkan kediaman Max, tapi karena Max meminta Aarav untuk makan siang bersamanya maka Aarav dan Axton tinggal sedikit lebih lama.Jessy telah selesai menghidangkan masakannya di meja makan. Ia segera kembali ke ruang keluarga untuk memberitahu bahwa makan siang sudah siap.Setelah itu, Jessy, Earth, Max, Aarav, Axton dan Malvis pergi ke meja makan. Mereka mulai menyantap makanan yang ada di sana.“Kakek, aku membuat menu baru. Kalian harus mencobanya kemudian memberikanku masukan.” Jessy mengambil sendok, lalu menyendokan makanan itu ke piring Max. Kemudian ia beralih ke Aarav. Jessy mencondongkan tubuhnya ke depan, hingga kalungnya terjuntai.“Silahkan dicoba, Kakek,” seru Jessy. “Kalian juga harus mencobanya. Ayo.” Jessy meminta p