Pagi itu aku dibangunkan dering alarm ponselku, aku langsung mencari keberadaan Becca yang tidak lagi terbaring di kasur tapi sepertinya dia sudah pergi entah kemana. Aku pun bergegas meninggalkan rumah Chika dan langsung berangkat ke kantor karena ini masih hari kerja untung saja aku membawa baju ganti sehingga aku tidak perlu repot-repot pulang ke rumahku yang jaraknya cukup jauh itu.
Sesampainya di kantor, aku mencoba menghubungi Becca karena dia ternyata masih tidak masuk kerja namun nomornya tetap tidak bisa di hubungi. Aku tau Becca sangat menderita karena permasalahannya dengan Direktur, belum juga aku merasa bahwa akulah yang memperkeruh hubungan mereka. Setelah membuang semua rasa malu dan mengumpulkan tekad untuk menghubungi Direktur dan mengonfirmasi keadaan Becca karena ku fikir Becca pasti di tempat Direktur.
“Harusnya anda tau keberadaan Becca karena anda yang membawa dia. Bagaimana akan membahagiakan kalau mengetahui keberadaannya saja anda tidak mampu. Dan saya tegaskan untuk tidak menghubungi saya lagi ketika jam kantor. Ingat kita tidak seakrab itu”
Pertanyaanku yang singkat mengenai keberadaan Becca di jawab dengan kata-kata luar biasa yang sanggup membuatku tercengang. Setelah itu tanpa mendengar responku dia langsung saja mematikan panggilanku. Aku pun hilang akal dan entah tak tau lagi harus bagaimana. Lalu aku terfikir ucapannya Chika, aku memutuskan untuk mencari Becca lagi nanti malam di bar tempat Becca katanya akan disana pukul 11 malam.
.........................
Aku mendatangi bar itu sendirian tanpa menghubungi Chika terlebih dahulu karena memang aku tak memiliki nomernya, aku lupa menanyakan nomernya saat pertemuan kami kemarin malam. Kembali aku memperhatikan sekeliling hingga tak terasa ternyata sudah 4 jam lebih aku menunggu namun Becca belum juga kutemukan, jangankan Becca Chika saja tidak nampak batang hidungnya. Untung ini weekend dan kantor libur jadi aku bisa menunggu Becca hingga pagi nanti fikirku. Namun ternyata Bar tutup pukul 5 dan akupun terpaksa pulang tanpa bisa bertemu dengan Becca. Aku pun memutuskan pergi dari bar, namun karena sedang tidak tenang fikiran aku berniat untuk singgah sejenak di pantai yang pernah Becca tunjukan padakku.
Sesampainya di pantai aku dikagetkan oleh sosok wanita yang aku cari sedari malam tadi. Ternyata Becca sedang berada disana bersama Chika dan 2 teman lelakinya, rupanya Becca sedang camping disana. Pantas saja dia tidak mendatangi bar itu, ya ini memang salahku karena tidak bertanya dulu pada Chika dan Becca pun pasti tidak tahu aku mencarinya. Tanpa fikir panjang aku langsung mendekati mereka, Becca kaget karena aku tiba-tiba ada disitu. Tapi ada yang aneh dengan ekspresinya, ah sudah kuduga dia sedang pesta ganja. Memang pantai itu cukup sepi dan jauh dari perkotaan sehingga bisa dibilang tempat yang cukup aman untuk mengadakan pesta ganja.
“Sini Dy duduk”
Sapa Chika cukup ramah sembari memeluk salah satu lelaki disana, sedangkan Becca dan satu teman lelakinya terlihat sangat tidak nyaman dengan adanya aku disana. Aku tentu saja tidak memedulikan hal itu, aku tidak akan menyia-nyiakan lagi kesempatan untuk bertemu Becca. Akan aku genggam Becca selagi dia ada didepanku karena aku sadar waktuku bersamanya sangat singkat.
“Cabut yu” ucap Becca sinis
Aku kaget mendengar Becca mengajak teman-temannya untuk pergi, menandakan dia sangat tidak nyaman berada di dekatku.
“Becca aku mau ngomong, boleh” tanyaku pelan
Becca lalu menghela nafas sebelum akhirnya mengajaku pergi, memisahkan diri dari teman-temannya.
...................................
“Kenapa sih Dy kamu terus ikutin aku, aku g butuh dikasihani” Becca memulai obrolan dengan nada yang berat, aku yakin dia sedang mencoba menahan tangisnya.
“Aku hanya mencoba membuktikan janji yang aku ucapkan”
“Apa yang perlu di buktiin, sudahlah aku sudah bilang aku tidak perlu dikasihani. Aku bisa membahagiakan diriku sendiri” kini tangis Becca tidak dapat dia bendung lagi. Dia menunduk dan menangis sejadinya-jadinya. Sejujurnya aku tidak tega melihatnya sampai seperti itu, apalagi Becca yang aku tahu adalah sosok yang tangguh dan periang, melihatnya begini aku jadi sedikit tahu bahwa ia menyembunyikan luka dibalik senyumnya itu.
Aku memeluk Becca dengan erat, berharap bisa sedikit saja menenangkannya. Beberapa menit berlalu sampai akhirnya Becca berhenti menangis, dia mengusap air matanya dan menepuk-nepuk pipinya lalu menghela nafas cukup panjang. Ia berdiri sambil berpesan agar menunggu aku sebentar disini, lalu ia pergi menuju teman-temannya. Dari jauh sama-samar aku mendengar seorang lelaki berteriak marah, lalu setelah itu Becca kembali menghampiriku.
“Yu cari penginapan, aku cape. Kita istirahat dulu baru nanti kita bicara lagi.”
Aku pun mengikuti kata-kata Becca tanpa sedikitpun bantahan.
Becca merekomendasikan salah satu penginapan yang cukup jauh dari pantai itu dan sepanjang perjalanan Becca tertidur pulas kursi samping. Sesekali aku perhatikan raut wajah Becca yang merah dan matanya yang sembab. Saat tidur pun sesekali Becca masih sesegukan menahan tangis, bergumam tidak jelas. Ah aku sungguh ingin membuat dia terlepas dari kepedihan yang ia rasakan, tapi aku bahkan tidak tau cara untuk memulai obrolan itu. saat bersama dia sebelumnya pun aku lebih banyak mendengarkan daripada berbicara, aku sangat ingin dia bisa meluapkan segala yang ada dihatinya dan membagi bebannya padaku. Sesampainya di penginapan, aku pun menggendong Becca ke tempat tidur. Kali ini aku hanya menonton tv dan tidak ingin tidur, aku takut saat aku bangun Becca tidak ada disampingku seperto hari kemarin.
Waktu sudah menunjukan pukul 12 siang tapi Becca masih belum terbangun juga, sarapan yang aku belikan pun belum ia sentuh. Aku khawatir khawatir Becca sakit tapi saat aku lihat sepertinya dia memang tertidur sangat lelap, aku sendiri sudah tidak kuat lagi untuk menjaga mataku agar tetap terjaga jadi aku pun mencoba mandi agar kembali bugar. Saat keluar dari kamar mandi aku lihat Becca sudah terduduk didekat jendela sembari meroko. “Becca, kamu sudang bangun ternyata. Bagaimana tidurmu? Nyenyak?” tanyaku halus pada Becca Becca hanya menoleh dan tersenyum, lalu kembali menghisap rokoknya. “kamu pasti lapar, aku tadi menyiapkan sarapan tapi sepertinya sekarang sudah jadi dingin. Aku pesankan makanan baru ya?” Becca hanya mengangguk sambil menuju kamar mandi. Saat makanan datang, aku pun menatanya di meja makan, dengan maksud agar ketika Becca selesai mandi dia bisa langsung makan. ............................. Saat makan s
21 Desember 2022Matanya tak berhenti menangis namun bibirnya selalu berusaha mengukir senyuman. Terlihat suatu penyesalan yang mendalam dalam raut mukanya, namun senyumnya palsu. Bicaranya kacau, meracau kesana kemari menepis segala perasaan dan keinginan dalam hatinya.Lalu ia berbisik “ Ardi, kamu berhak bahagia. Kamu layak mendapatkan sosok yang bukan aku. kamu tak perlu ikut jatuh dalam dunia hitamku”“Persetan semuanya, biarkan saja semua berkata apapun tentang kamu karena aku tak peduli dengan itu. Kamu sempurna untukku, kamu yang terbaik untukku. Tetaplah disini kalau perlu ayo kita pergi ke luar negeri atau kemanapun dimana kita bisa menjalani kehidupan bersama. Biar hanya berdua asal kau bersamaku dan mulai hidup baru.” Setidaknya itu yang ingin aku katakan padanya. namun bibir ini hanya diam membisu, tubuh ini pun kaku tak bergeming. Air mata saja tak mampu aku keluarkan.Dengan bibir yang bergetar dia mencium bibirku la
April 2018Siang itu kantor di penuhi oleh sorak sorai ucapan selamat karena salah satu projek peruhasaan berhasil dimenangkan . Tentu saja, karena projek tersebut bukanlah projek kecil-kecilan. Semua ucapan tersebut tertuju pada satu nama, Rebecca sebagi pimpinan projek perusahaan. Yah aku akui dia memang sosok yang handal, sejak dia masuk 3 bulan lalu tidak satupun projeknya yang gagal. Sebagai sesama rekan kerja, mau tak mau aku pun turut memberikannya ucapan selamat walau kami sebenarnya tak begitu akrab.…………………………“Alah udah pasti kalo itu mah,,,, masa iya semua projeknya bisa goal gitu g mungkin kalo pake cara bersih”Aku tersenyum sinis mendengar 2 perempuan itu membicarakan Becca, padahal jelas sekali mereka sangat antusias memberikan semangat pada Becca seolah mereka adalah rekan kerja yang baik. memang saling menjatuhkan itu sudah bukan rahasia lagi tapi tetap saj
Sore setelah perayaan kerja Aku mengangkat panggilan ditelponku yang terus berdering sedari tadi, aku coba menerka-nerka siapa itu karena memang itu adalah nomer baru apalagi ini adalah hari minggu, seluruh rekan ku tau hari minggu adalah hari keluarga untukku. “Hallo, Pak Ardy ya?” ah aku tau suara ini milik Becca, ternyata dia benar-benar menghubungiku. Cepat juga fikirku, sepertinya dia adalah orang yang tidak suka memiliki hutang janji. Dia langsung mengajakku makan malam ini, aku juga tak suka diganggu jadi ku iyakan saja agar segera berakhir hutangnya padaku. ………….. Malamnya aku bergegas menuju kafe tempat aku janjian dengan Becca, karena dia tak meminta untuk di jemput dan akupun enggan untuk menawarkan memberi tumpangan. Becca ternyata sudah menunggu disana, dengan rokok yang seperti tak ada habisnya dihisap itu. “Maaf sudah membuat Ibu menunggu” ucapku formalitas saja dan Becca menjawab dengan senyuman. “Saya dengar pak Ardy s
Selama 3 hari Becca tidak memberi kabar apapun padaku, sejujurnya aku mulai khawatir apalagi Becca tidak terlihat lagi di kantor. Di kantor aku sempat beberapa kali berpapasan dengan Pak Direktur, namun dia sangat hebat dalam berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Pantas saja tidak ada gosip yang beredar antara dia dengan Becca, karena keduanya memang sangat pandai sekali menutupi. Selama aku dekat dengan Becca, dia memang tidak pernah memposting kedekatan kami di sosial medianya, tapi aku tidak pernah mempertanyakan itu karena Becca pun tidak memposting tentang kekasihnya alias Pak Direktur.Aku yang semakin kawatir dengan Becca memutuskan untuk menghubungi Becca, sayang sekali nomornya tidak bisa di hubungi. Seharian aku mencoba menelpon dan mengirimkan pesan, namun tetap saja tidak ada respon, aku mulai berfikir yang tidak-tidak dan akhirnya pada malamnya aku pun mencoba menemuinya di rumah temannya, karena itulah tempat terakhir aku bertemu dia.“Hallo, saya Ard
Waktu sudah menunjukan pukul 12 siang tapi Becca masih belum terbangun juga, sarapan yang aku belikan pun belum ia sentuh. Aku khawatir khawatir Becca sakit tapi saat aku lihat sepertinya dia memang tertidur sangat lelap, aku sendiri sudah tidak kuat lagi untuk menjaga mataku agar tetap terjaga jadi aku pun mencoba mandi agar kembali bugar. Saat keluar dari kamar mandi aku lihat Becca sudah terduduk didekat jendela sembari meroko. “Becca, kamu sudang bangun ternyata. Bagaimana tidurmu? Nyenyak?” tanyaku halus pada Becca Becca hanya menoleh dan tersenyum, lalu kembali menghisap rokoknya. “kamu pasti lapar, aku tadi menyiapkan sarapan tapi sepertinya sekarang sudah jadi dingin. Aku pesankan makanan baru ya?” Becca hanya mengangguk sambil menuju kamar mandi. Saat makanan datang, aku pun menatanya di meja makan, dengan maksud agar ketika Becca selesai mandi dia bisa langsung makan. ............................. Saat makan s
Pagi itu aku dibangunkan dering alarm ponselku, aku langsung mencari keberadaan Becca yang tidak lagi terbaring di kasur tapi sepertinya dia sudah pergi entah kemana. Aku pun bergegas meninggalkan rumah Chika dan langsung berangkat ke kantor karena ini masih hari kerja untung saja aku membawa baju ganti sehingga aku tidak perlu repot-repot pulang ke rumahku yang jaraknya cukup jauh itu.Sesampainya di kantor, aku mencoba menghubungi Becca karena dia ternyata masih tidak masuk kerja namun nomornya tetap tidak bisa di hubungi. Aku tau Becca sangat menderita karena permasalahannya dengan Direktur, belum juga aku merasa bahwa akulah yang memperkeruh hubungan mereka. Setelah membuang semua rasa malu dan mengumpulkan tekad untuk menghubungi Direktur dan mengonfirmasi keadaan Becca karena ku fikir Becca pasti di tempat Direktur.“Harusnya anda tau keberadaan Becca karena anda yang membawa dia. Bagaimana akan membahagiakan kalau mengetahui keberadaannya saja anda tidak m
Selama 3 hari Becca tidak memberi kabar apapun padaku, sejujurnya aku mulai khawatir apalagi Becca tidak terlihat lagi di kantor. Di kantor aku sempat beberapa kali berpapasan dengan Pak Direktur, namun dia sangat hebat dalam berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Pantas saja tidak ada gosip yang beredar antara dia dengan Becca, karena keduanya memang sangat pandai sekali menutupi. Selama aku dekat dengan Becca, dia memang tidak pernah memposting kedekatan kami di sosial medianya, tapi aku tidak pernah mempertanyakan itu karena Becca pun tidak memposting tentang kekasihnya alias Pak Direktur.Aku yang semakin kawatir dengan Becca memutuskan untuk menghubungi Becca, sayang sekali nomornya tidak bisa di hubungi. Seharian aku mencoba menelpon dan mengirimkan pesan, namun tetap saja tidak ada respon, aku mulai berfikir yang tidak-tidak dan akhirnya pada malamnya aku pun mencoba menemuinya di rumah temannya, karena itulah tempat terakhir aku bertemu dia.“Hallo, saya Ard
Sore setelah perayaan kerja Aku mengangkat panggilan ditelponku yang terus berdering sedari tadi, aku coba menerka-nerka siapa itu karena memang itu adalah nomer baru apalagi ini adalah hari minggu, seluruh rekan ku tau hari minggu adalah hari keluarga untukku. “Hallo, Pak Ardy ya?” ah aku tau suara ini milik Becca, ternyata dia benar-benar menghubungiku. Cepat juga fikirku, sepertinya dia adalah orang yang tidak suka memiliki hutang janji. Dia langsung mengajakku makan malam ini, aku juga tak suka diganggu jadi ku iyakan saja agar segera berakhir hutangnya padaku. ………….. Malamnya aku bergegas menuju kafe tempat aku janjian dengan Becca, karena dia tak meminta untuk di jemput dan akupun enggan untuk menawarkan memberi tumpangan. Becca ternyata sudah menunggu disana, dengan rokok yang seperti tak ada habisnya dihisap itu. “Maaf sudah membuat Ibu menunggu” ucapku formalitas saja dan Becca menjawab dengan senyuman. “Saya dengar pak Ardy s
April 2018Siang itu kantor di penuhi oleh sorak sorai ucapan selamat karena salah satu projek peruhasaan berhasil dimenangkan . Tentu saja, karena projek tersebut bukanlah projek kecil-kecilan. Semua ucapan tersebut tertuju pada satu nama, Rebecca sebagi pimpinan projek perusahaan. Yah aku akui dia memang sosok yang handal, sejak dia masuk 3 bulan lalu tidak satupun projeknya yang gagal. Sebagai sesama rekan kerja, mau tak mau aku pun turut memberikannya ucapan selamat walau kami sebenarnya tak begitu akrab.…………………………“Alah udah pasti kalo itu mah,,,, masa iya semua projeknya bisa goal gitu g mungkin kalo pake cara bersih”Aku tersenyum sinis mendengar 2 perempuan itu membicarakan Becca, padahal jelas sekali mereka sangat antusias memberikan semangat pada Becca seolah mereka adalah rekan kerja yang baik. memang saling menjatuhkan itu sudah bukan rahasia lagi tapi tetap saj
21 Desember 2022Matanya tak berhenti menangis namun bibirnya selalu berusaha mengukir senyuman. Terlihat suatu penyesalan yang mendalam dalam raut mukanya, namun senyumnya palsu. Bicaranya kacau, meracau kesana kemari menepis segala perasaan dan keinginan dalam hatinya.Lalu ia berbisik “ Ardi, kamu berhak bahagia. Kamu layak mendapatkan sosok yang bukan aku. kamu tak perlu ikut jatuh dalam dunia hitamku”“Persetan semuanya, biarkan saja semua berkata apapun tentang kamu karena aku tak peduli dengan itu. Kamu sempurna untukku, kamu yang terbaik untukku. Tetaplah disini kalau perlu ayo kita pergi ke luar negeri atau kemanapun dimana kita bisa menjalani kehidupan bersama. Biar hanya berdua asal kau bersamaku dan mulai hidup baru.” Setidaknya itu yang ingin aku katakan padanya. namun bibir ini hanya diam membisu, tubuh ini pun kaku tak bergeming. Air mata saja tak mampu aku keluarkan.Dengan bibir yang bergetar dia mencium bibirku la