April 2018
Siang itu kantor di penuhi oleh sorak sorai ucapan selamat karena salah satu projek peruhasaan berhasil dimenangkan . Tentu saja, karena projek tersebut bukanlah projek kecil-kecilan. Semua ucapan tersebut tertuju pada satu nama, Rebecca sebagi pimpinan projek perusahaan. Yah aku akui dia memang sosok yang handal, sejak dia masuk 3 bulan lalu tidak satupun projeknya yang gagal. Sebagai sesama rekan kerja, mau tak mau aku pun turut memberikannya ucapan selamat walau kami sebenarnya tak begitu akrab.
…………………………
“Alah udah pasti kalo itu mah,,,, masa iya semua projeknya bisa goal gitu g mungkin kalo pake cara bersih”
Aku tersenyum sinis mendengar 2 perempuan itu membicarakan Becca, padahal jelas sekali mereka sangat antusias memberikan semangat pada Becca seolah mereka adalah rekan kerja yang baik. memang saling menjatuhkan itu sudah bukan rahasia lagi tapi tetap saja, makhluk seperti itu benar-benar memuakan. Ah sudahlah, toh itu bukan urusanku yang penting sekarang perusahaan semakin besar dan gajiku bisa ikut naik.
Ah sial, Aku lupa disaat perusahaan berhasil memenangkan projek artinya pekerjaanku akan semakin banyak, dan benar saja undangan untuk meeting malam ini pun sudah disebar.
“Malam ini kita akan membahas terkait program CSR sehubungan dengan projek yang kita dapatkan. Nah untuk program CSR kali ini konsepnya dirancang sendiri oleh Ibu Rebbeca. Silahkan Bu”
Aku yang mendengar ucapan kepala divisi cukup tercengang dengan hal tersebut. Untuk apa Rebbeca ikut terlibat dalam program divisi ku. Aku rasa dia perempuan yang cukup ambisius dan tipe perempuan yang hobby jadi pusat perhatian.
…………………………
“Dy, lu nyimak kan tadi penjelasannya Bu Rebbeca?”
“Iya Ron gue dengerin semuanya” jawabku pada Ronnald yang terlihat sangat antusias itu
“ Nah iya kan, gue baru pertama kali loh dengerin orang ngomong panjang kali lebar begitu tapi kaga bikin gue ngantuk. Gue perhatiin yang lain juga antusias banget sama konsepnya Ibu Rebbeca, sampe-sampe nih ya……………..”
Sisanya aku tidak mendenger ucapan Ronnald. Tapi memang benar Rebbeca sangat ahli dalam menjelaskan, selain itu ide yang diberikanpun bukan ide sembarangan, itu hal bahkan tak terlintas dikepalaku yang sudah menduduki posisi ini selama 1 tahun. Aku fikir Rebecca punya pesona sendiri, dia tegas, namun juga luwes. Aku pikir dia bisa menduduki jabatan tertinggi kurang dari 2 tahun kalau dia bisa mempertahankan prestasinya itu.
………………………….
Acara CSR kali bisa dikatakan sangat sukses bahkan bisa mendatangkan kerjasama dengan perusahaan lain. Tentu saja Rebecca mengambil peran yang cukup besar, Aku cukup kagum dengan sosoknya itu, namun memang selain prestasinya ini, banyak gosip yang tidak baik tentangnya dikalangan teman kantor. Malamnya, tentu saja setelah acara selesai maka party pun dimulai. Aku memang tak suka alkohol tapi bukan berarti aku seorang yang anti social, karena demi bertahan di pekerjaanku tentu saja bersosialisasi itu sangatlah penting.
Para pria sudah jelas peminum, sedang para staf perempuan akan sibuk bergosip. Namun tak ku sangka Becca dengan rokok yang sudah berbatang-batang dia habiskan, juga alkohol yang dengan sekali lihat saja sudah dapat di prediksi kalau dia seorang alcoholic. Tapi aku merasa ada yang salah dengan dia, sesekali aku lihat dia mengusap air matanya lalu kembali tertawa. Lalu dia pamit pergi saat acara belum selesai. Agak aneh dengan gerak geriknya kurasa, tapi mungkin saja itu efek alkohol yang dia minum. Seperti perayaan pada umumnya, setelah satu orang pergi yang lain pun akan berbondong-bondong pergi. Tak terkecualipun aku, aku turut pergi meninggalkan tempat itu dengan membawa bungkus roti untuk kubawa pulang sebagai oleh-oleh yang akan kuberikan pada Ibuku.
Saat diparkiran, aku melihat Becca duduk ditaman sedang menelpon seseorang. Aku lihat dari kejauhan sepertinya dia menangis, mungkin sedang bertengkar dengan pacarnya. setelahnya aku lihat Becca jalan sempoyongan menuju sebuah motor yang diparkir disitu. Aku lewat dan pura-pura saja tidak melihat, aku enggan berurusan dengan wanita yang sedang mabuk. Sialnya aku tetap melihat Becca yang ternyata sudah jatuh terkulai di pinggir motor tadi, reflex terntu saja aku langsung menghampirinya.
“Ibu tidak apa-apa bu?” tanyaku agak panik
“Ibu dijemput atau bagaimana bu?”
“Emm….” sial Rebbeca menjawab dengan mengoceh tidak jelas. Ini alasannya aku tidak suka alkohol, apalagi akhirnya begini harus yang sadar mengurusi yang mabuk padahal itu kesalahannya sendiri yang terlalu banyak minum. Akhirnya aku angkat Rebbeca kedalam mobilku, menunggu sampai dia sadar.
Waktu sudah menunjukan pukul 3 malam, sudah 1 jam aku menunggu dia sadar tapi belum juga ada tanda-tanda, aku sangat mengantuk dan aku ingin pulang. aku penasaran apakah keluarga Rebecca tidak mengkhawatirkannya atau pasangannya mungkin, aku tahu dia memang belum menikah, tapi aku aku yakin dia pasti punya pasangan.
……………………………
Aku terbangun mendengar tangis sesegukan seseorang, aku pun menengok ke kursi belakang tempat dimana aku membaringkan Becca. benar saja ternyata Becca sedang menangis.
“Bu, butuh tissue?” ah payah sekali aku ini, malah menawarkan tissue seperti orang bodoh.
Rebecca tidak menjawab, malah membalikkan badan dan terus menangis. Aku keluar dari mobil dan membuka pintu belakang, lalu aku tepuk pundaknya. Rebbeca terperanjak lalu duduk membelakangiku. Aku diam saja saat dia tengah berusaha menghapus air matanya menggunakan bagian lengan jaketnya. Setelah melihat jam tangannya, dia terburu-buru mengecek tasnya dan menengok keluar jendela. Aku yang melihatnya hanya bisa terdiam tak memulai pembicaran apapun sampai akhirnya dia yang memulai pembicaraan
“Pak Ardy kan?”
“Iya Bu”
“Terimakasih banyak atas bantuannya Pak, saya pamit pulang dulu. Ijinkan saya untuk membalas kebaikan Pak Ardy lain waktu. Mohon maaf karena telah merepotkan”
“Baik bu” Ucapannya kembali jelas, sepertinya kesadarannya sudah mulai kembali tapi aku yang tidak tau harus bicara apa hanya bisa menjawab seadanya, tanpa bertanya bagaimana keadaannya lalu membiarkan dia keluar dari mobilku. Benar saja fikirku, motor yang diparkir itu adalah motor Becca. dia mengendarai motor ninja yang jujur aku saja tak bisa menggunakannya, ah seleranya sungguh aneh.
Setelah aku memastikan dia benar-benar pergi, aku pun mulai melaju mobilku. Aku sampai dirumah pukul 5 pagi, aku lihat Ibuku tertidur di ruang TV mungkin kelelahan karena menungguku. aku yang sudah kelelahan pun ikut terbaring di ruang TV tanpa sempat mengganti pakaian.
Sore setelah perayaan kerja Aku mengangkat panggilan ditelponku yang terus berdering sedari tadi, aku coba menerka-nerka siapa itu karena memang itu adalah nomer baru apalagi ini adalah hari minggu, seluruh rekan ku tau hari minggu adalah hari keluarga untukku. “Hallo, Pak Ardy ya?” ah aku tau suara ini milik Becca, ternyata dia benar-benar menghubungiku. Cepat juga fikirku, sepertinya dia adalah orang yang tidak suka memiliki hutang janji. Dia langsung mengajakku makan malam ini, aku juga tak suka diganggu jadi ku iyakan saja agar segera berakhir hutangnya padaku. ………….. Malamnya aku bergegas menuju kafe tempat aku janjian dengan Becca, karena dia tak meminta untuk di jemput dan akupun enggan untuk menawarkan memberi tumpangan. Becca ternyata sudah menunggu disana, dengan rokok yang seperti tak ada habisnya dihisap itu. “Maaf sudah membuat Ibu menunggu” ucapku formalitas saja dan Becca menjawab dengan senyuman. “Saya dengar pak Ardy s
Selama 3 hari Becca tidak memberi kabar apapun padaku, sejujurnya aku mulai khawatir apalagi Becca tidak terlihat lagi di kantor. Di kantor aku sempat beberapa kali berpapasan dengan Pak Direktur, namun dia sangat hebat dalam berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Pantas saja tidak ada gosip yang beredar antara dia dengan Becca, karena keduanya memang sangat pandai sekali menutupi. Selama aku dekat dengan Becca, dia memang tidak pernah memposting kedekatan kami di sosial medianya, tapi aku tidak pernah mempertanyakan itu karena Becca pun tidak memposting tentang kekasihnya alias Pak Direktur.Aku yang semakin kawatir dengan Becca memutuskan untuk menghubungi Becca, sayang sekali nomornya tidak bisa di hubungi. Seharian aku mencoba menelpon dan mengirimkan pesan, namun tetap saja tidak ada respon, aku mulai berfikir yang tidak-tidak dan akhirnya pada malamnya aku pun mencoba menemuinya di rumah temannya, karena itulah tempat terakhir aku bertemu dia.“Hallo, saya Ard
Pagi itu aku dibangunkan dering alarm ponselku, aku langsung mencari keberadaan Becca yang tidak lagi terbaring di kasur tapi sepertinya dia sudah pergi entah kemana. Aku pun bergegas meninggalkan rumah Chika dan langsung berangkat ke kantor karena ini masih hari kerja untung saja aku membawa baju ganti sehingga aku tidak perlu repot-repot pulang ke rumahku yang jaraknya cukup jauh itu.Sesampainya di kantor, aku mencoba menghubungi Becca karena dia ternyata masih tidak masuk kerja namun nomornya tetap tidak bisa di hubungi. Aku tau Becca sangat menderita karena permasalahannya dengan Direktur, belum juga aku merasa bahwa akulah yang memperkeruh hubungan mereka. Setelah membuang semua rasa malu dan mengumpulkan tekad untuk menghubungi Direktur dan mengonfirmasi keadaan Becca karena ku fikir Becca pasti di tempat Direktur.“Harusnya anda tau keberadaan Becca karena anda yang membawa dia. Bagaimana akan membahagiakan kalau mengetahui keberadaannya saja anda tidak m
Waktu sudah menunjukan pukul 12 siang tapi Becca masih belum terbangun juga, sarapan yang aku belikan pun belum ia sentuh. Aku khawatir khawatir Becca sakit tapi saat aku lihat sepertinya dia memang tertidur sangat lelap, aku sendiri sudah tidak kuat lagi untuk menjaga mataku agar tetap terjaga jadi aku pun mencoba mandi agar kembali bugar. Saat keluar dari kamar mandi aku lihat Becca sudah terduduk didekat jendela sembari meroko. “Becca, kamu sudang bangun ternyata. Bagaimana tidurmu? Nyenyak?” tanyaku halus pada Becca Becca hanya menoleh dan tersenyum, lalu kembali menghisap rokoknya. “kamu pasti lapar, aku tadi menyiapkan sarapan tapi sepertinya sekarang sudah jadi dingin. Aku pesankan makanan baru ya?” Becca hanya mengangguk sambil menuju kamar mandi. Saat makanan datang, aku pun menatanya di meja makan, dengan maksud agar ketika Becca selesai mandi dia bisa langsung makan. ............................. Saat makan s
21 Desember 2022Matanya tak berhenti menangis namun bibirnya selalu berusaha mengukir senyuman. Terlihat suatu penyesalan yang mendalam dalam raut mukanya, namun senyumnya palsu. Bicaranya kacau, meracau kesana kemari menepis segala perasaan dan keinginan dalam hatinya.Lalu ia berbisik “ Ardi, kamu berhak bahagia. Kamu layak mendapatkan sosok yang bukan aku. kamu tak perlu ikut jatuh dalam dunia hitamku”“Persetan semuanya, biarkan saja semua berkata apapun tentang kamu karena aku tak peduli dengan itu. Kamu sempurna untukku, kamu yang terbaik untukku. Tetaplah disini kalau perlu ayo kita pergi ke luar negeri atau kemanapun dimana kita bisa menjalani kehidupan bersama. Biar hanya berdua asal kau bersamaku dan mulai hidup baru.” Setidaknya itu yang ingin aku katakan padanya. namun bibir ini hanya diam membisu, tubuh ini pun kaku tak bergeming. Air mata saja tak mampu aku keluarkan.Dengan bibir yang bergetar dia mencium bibirku la
Waktu sudah menunjukan pukul 12 siang tapi Becca masih belum terbangun juga, sarapan yang aku belikan pun belum ia sentuh. Aku khawatir khawatir Becca sakit tapi saat aku lihat sepertinya dia memang tertidur sangat lelap, aku sendiri sudah tidak kuat lagi untuk menjaga mataku agar tetap terjaga jadi aku pun mencoba mandi agar kembali bugar. Saat keluar dari kamar mandi aku lihat Becca sudah terduduk didekat jendela sembari meroko. “Becca, kamu sudang bangun ternyata. Bagaimana tidurmu? Nyenyak?” tanyaku halus pada Becca Becca hanya menoleh dan tersenyum, lalu kembali menghisap rokoknya. “kamu pasti lapar, aku tadi menyiapkan sarapan tapi sepertinya sekarang sudah jadi dingin. Aku pesankan makanan baru ya?” Becca hanya mengangguk sambil menuju kamar mandi. Saat makanan datang, aku pun menatanya di meja makan, dengan maksud agar ketika Becca selesai mandi dia bisa langsung makan. ............................. Saat makan s
Pagi itu aku dibangunkan dering alarm ponselku, aku langsung mencari keberadaan Becca yang tidak lagi terbaring di kasur tapi sepertinya dia sudah pergi entah kemana. Aku pun bergegas meninggalkan rumah Chika dan langsung berangkat ke kantor karena ini masih hari kerja untung saja aku membawa baju ganti sehingga aku tidak perlu repot-repot pulang ke rumahku yang jaraknya cukup jauh itu.Sesampainya di kantor, aku mencoba menghubungi Becca karena dia ternyata masih tidak masuk kerja namun nomornya tetap tidak bisa di hubungi. Aku tau Becca sangat menderita karena permasalahannya dengan Direktur, belum juga aku merasa bahwa akulah yang memperkeruh hubungan mereka. Setelah membuang semua rasa malu dan mengumpulkan tekad untuk menghubungi Direktur dan mengonfirmasi keadaan Becca karena ku fikir Becca pasti di tempat Direktur.“Harusnya anda tau keberadaan Becca karena anda yang membawa dia. Bagaimana akan membahagiakan kalau mengetahui keberadaannya saja anda tidak m
Selama 3 hari Becca tidak memberi kabar apapun padaku, sejujurnya aku mulai khawatir apalagi Becca tidak terlihat lagi di kantor. Di kantor aku sempat beberapa kali berpapasan dengan Pak Direktur, namun dia sangat hebat dalam berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Pantas saja tidak ada gosip yang beredar antara dia dengan Becca, karena keduanya memang sangat pandai sekali menutupi. Selama aku dekat dengan Becca, dia memang tidak pernah memposting kedekatan kami di sosial medianya, tapi aku tidak pernah mempertanyakan itu karena Becca pun tidak memposting tentang kekasihnya alias Pak Direktur.Aku yang semakin kawatir dengan Becca memutuskan untuk menghubungi Becca, sayang sekali nomornya tidak bisa di hubungi. Seharian aku mencoba menelpon dan mengirimkan pesan, namun tetap saja tidak ada respon, aku mulai berfikir yang tidak-tidak dan akhirnya pada malamnya aku pun mencoba menemuinya di rumah temannya, karena itulah tempat terakhir aku bertemu dia.“Hallo, saya Ard
Sore setelah perayaan kerja Aku mengangkat panggilan ditelponku yang terus berdering sedari tadi, aku coba menerka-nerka siapa itu karena memang itu adalah nomer baru apalagi ini adalah hari minggu, seluruh rekan ku tau hari minggu adalah hari keluarga untukku. “Hallo, Pak Ardy ya?” ah aku tau suara ini milik Becca, ternyata dia benar-benar menghubungiku. Cepat juga fikirku, sepertinya dia adalah orang yang tidak suka memiliki hutang janji. Dia langsung mengajakku makan malam ini, aku juga tak suka diganggu jadi ku iyakan saja agar segera berakhir hutangnya padaku. ………….. Malamnya aku bergegas menuju kafe tempat aku janjian dengan Becca, karena dia tak meminta untuk di jemput dan akupun enggan untuk menawarkan memberi tumpangan. Becca ternyata sudah menunggu disana, dengan rokok yang seperti tak ada habisnya dihisap itu. “Maaf sudah membuat Ibu menunggu” ucapku formalitas saja dan Becca menjawab dengan senyuman. “Saya dengar pak Ardy s
April 2018Siang itu kantor di penuhi oleh sorak sorai ucapan selamat karena salah satu projek peruhasaan berhasil dimenangkan . Tentu saja, karena projek tersebut bukanlah projek kecil-kecilan. Semua ucapan tersebut tertuju pada satu nama, Rebecca sebagi pimpinan projek perusahaan. Yah aku akui dia memang sosok yang handal, sejak dia masuk 3 bulan lalu tidak satupun projeknya yang gagal. Sebagai sesama rekan kerja, mau tak mau aku pun turut memberikannya ucapan selamat walau kami sebenarnya tak begitu akrab.…………………………“Alah udah pasti kalo itu mah,,,, masa iya semua projeknya bisa goal gitu g mungkin kalo pake cara bersih”Aku tersenyum sinis mendengar 2 perempuan itu membicarakan Becca, padahal jelas sekali mereka sangat antusias memberikan semangat pada Becca seolah mereka adalah rekan kerja yang baik. memang saling menjatuhkan itu sudah bukan rahasia lagi tapi tetap saj
21 Desember 2022Matanya tak berhenti menangis namun bibirnya selalu berusaha mengukir senyuman. Terlihat suatu penyesalan yang mendalam dalam raut mukanya, namun senyumnya palsu. Bicaranya kacau, meracau kesana kemari menepis segala perasaan dan keinginan dalam hatinya.Lalu ia berbisik “ Ardi, kamu berhak bahagia. Kamu layak mendapatkan sosok yang bukan aku. kamu tak perlu ikut jatuh dalam dunia hitamku”“Persetan semuanya, biarkan saja semua berkata apapun tentang kamu karena aku tak peduli dengan itu. Kamu sempurna untukku, kamu yang terbaik untukku. Tetaplah disini kalau perlu ayo kita pergi ke luar negeri atau kemanapun dimana kita bisa menjalani kehidupan bersama. Biar hanya berdua asal kau bersamaku dan mulai hidup baru.” Setidaknya itu yang ingin aku katakan padanya. namun bibir ini hanya diam membisu, tubuh ini pun kaku tak bergeming. Air mata saja tak mampu aku keluarkan.Dengan bibir yang bergetar dia mencium bibirku la