Home / Lain / A.M.O.R.E.G.A / BAB KEDUA :

Share

BAB KEDUA :

last update Last Updated: 2021-04-24 21:47:23

Hari ini kegiatan sekolah masih tentang Ospek yang mengenalkan sekolah dan kegiatan-kegiatannya.

   Untungnya dia tidak terlambat dan berterima kasih kepada senior yang tadi pagi menegurnya dari lamunan yang membuatnya hampir saja lupa kalau dia sudah berada di sekolah.

    Yang sayangnya dia tidak tahu siapa nama kakak seniornya itu.

Tapi cukuplah dia berterima kasih dalam hati saja. Karena mungkin saja seniornya itu juga belum tentu mau menerima ucapan terima kasihnya.

     "Eh," kejutnya dengan tidak sengaja, 

"Kamu tidak apa-apa?" Salah satu senior bertanya,

"Tidak kak" lalu pergi,

"Eh, tunggu dulu" tahannya, tanpa sengaja memegang lengan Amor yang langsung ditepis begitu saja membuat Si Empunya terkaget, "maaf" kemudian berlalu.

"Eh, i..ya. maaf juga" ujarnya terbata.

"Siapa?" Temannya bertanya.

"Gak tau. Anak baru kali." Mengedikkan bahu tanda tak tahu.

Rega yang dari tadi terdiam berjalan mendekat lalu mengambil botol minum itu. Tumbler biasa dengan warna abu-abu yang sudah mulai kusam. Diberi nama 'Amor' dengan huruf kapital menggunakan spidol permanen. Terlihat jelas.

"Eh, apa itu Ga?" Tanya temannya.

Mengedikkan bahu, "botol minum." Membawa dalam kantong celananya yang besar.

Teman-temannya hanya ber-oh-ria tanpa mau memperpanjang lagi dan melanjutkan bermain basket.

Karena mereka tahu seperti apa Rega. Tidak akan menjawab walaupun ditanyanya dengan paksa, justru semakin malas meladeni mereka.

Yang sahabat dekatnya hanya Fadel dan Tian. Fadillah Nur Muhammad dan Christian Orion Anezka. Yang lain hanya teman biasa atau kenal di sekolah. Cukup sampai sana.

     Setelah kegiatan selesai, Amor mencoba bersantai menikmati kesendirian yang sudah biasa tapi ternyata tetap saja tidak bisa tenang ketika melihat ada bola menggelinding ke arahnya dan untung saja dia tidak kena, walau terkejut dan lebih terkejut ketika seorang kakak senior menyapanya. Dia tidak nyaman apalagi melihat seseorang kakak senior di belakangnya yang melihat dengan tatapan tajam. Setajam mata pisau menghunus. Dia pernah mendapatkan tatapan seperti itu. Bahkan, lebih pun pernah. Hanya saja dia tidak suka ada orang asing yang menatapnya lebih tajam, seakan dia sampah. 

'Sampah tetaplah sampah!!' Kata itu selalu terngiang hingga dia melukai diri sendiri. Selalu seperti itu.

       Namun, sepertinya di sekolah ini dia memiliki pengendalian diri yang baik. Semestinya nanti jika ada pelajaran seni peran maka aktingnya adalah yang terbaik.

 Dia masih haus, mengambil botol minum, tapi ... akhirnya dia ingat bahwa dia lupa membawanya tadi. Astaga, menepuk jidat "ketinggalan" gumamnya,

Botol minum itu adalah pemberian ayahnya. Walau sebenarnya itu pemberian karena terpaksa. Dia tidak pernah mendapatkan apapun dengan instan. Beda dengan saudara tirinya.

    Saat itu kakeknya masih hidup, ya kakek dari ayahnya. Walau terkesan kejam dan tidak menyukainya tapi kerap kali kakeknya selalu menyuruh ayahnya berlaku adil. 

      Pernah sekali, ketika mereka sedang berkumpul dan ibu tirinya tidak ada. Hanya kakek, ayahnya dan saudara tirinya. Yaitu, Riana adik tirinya yang berbeda beberapa hari dengannya juga kakak tirinya Vicko yang sedang berkumpul. 

   Sebenarnya tidak bisa disebut berkumpul sebab dia hanya mendengarkan karena di suruh menyajikan makanan. Ya, mereka menganggapnya pembantu di rumah. Tidak ada yang benar-benar menganggapnya. Menyedihkan!

     Ya, tapi jangan kasihani dia. Karena dia muak dengan semua itu!

Riana merengek kepada ayah mereka. Ah, masih bisakah lelaki yang hampir setengah abad itu disebut sebagai ayah? Kala tak pernah sedikitpun tangannya menyentuh dengan lembut juga mengusap kepalanya dengan tangannya yang selalu penuh kasih pada saudara tirinya? Entahlah,

          Saat itu, kakeknya pria tua itu melihatnya. Dan mengatakan pada ayahnya dengan sindiran ataupun memang dari hati, bahwa dia harus adil.

   Flashback On :

 "Papa, teman-temanku sudah memakai tumbler yang bagus. Aku kapan dibelikan?" Pria itu tersenyum melihat anak perempuanya yang sangat manja.

     "Nanti, Papa belikan" ujarnya lembut membuat si anak tersenyum.

"Papa aku juga mau yang besar karena sudah mulai les, jadi akan butuh banyak air minum untuk itu karena sampai sore. Dan aku butuh handphone" ujar Vicko yang saat itu sudah kelas 6 SD.

"Iya, nanti ya" jawabnya sambil melihat seorang anak yang berharap dia juga ditanya, pinomat memberi tahu bahwa dia masih bernafas. Tapi sepertinya semua sia-sia. Dan percuma karena dia tetap tak terlihat.

        "Kamu mau juga?" Tiba-tiba pria tua yang dari tadi memperhatikan tahu keinginan anak itu.

Dia yang ditanya tergagap, 'menggeleng' hanya itu yang dia bisa. Menggelengkan kepala. Tanpa tahu harus bagaiamana berbicara kepada mereka. Karena selama ini mereka benar-benar tak pernah berbicara.

        "Kalau mau membelikan anak, semua biar sekalian adil" kata kakeknya lagi.

"Jangan yang satu diberi yang satu tidak. Nanti menimbulkan dendam bagi yang lain" kakeknya melirik ayahnya lalu kembali kepadanya.

 "Iya Pa" ucap ayahnya memandangnya tajam dan jauh. Seperti memandang masa lalu namun tak sampai.

Kakeknya tersenyum mendengarnya. Memang kakeknya tak pernah menyapanya dengan benar. Hanya saja kakek jualah yang tak pernah marah dan teriak padanya. Hanya memandangnya lalu akan membeli jika memang dibutuhkan olehnya bila ayahnya lupa dia memiliki anak yang lain.

       Ah, memang sejak awalpun dia takkan pernah bisa menjadi anak yang diakui ayahnya. Diharapkan kelahirannya saja tidak.

   Beberapa hari berlalu, ayahnya membelikan semua pesanan saudaranya. Namun, tidak dengannya. Tapi ketika ayahnya melihatnya, dia memberikan botol minum yang ayahnya punya.

   "Inu buatmu. Pakailah. Itu bekasku." Ujarnya kemudian berlalu.

   Saking senangnya dia tersenyum seharian. Dia tidak menyangka ayahnya mau memberikan apa yang dia punya. Ketika dia berbalik kakeknya tersenyum. Pertama kalinya dia melihat lelaki tua itu tersenyum dan mengusap kepalanya dengan sayang.

  "Belajarlah dengan rajin. Kalau sudah besar harus lebih baik dari kedua orang tuamu. Dan jangan izinkan orang lain menginjakmu. Kamu harus lebih baik ketika dewasa." Itu kata-kata terakhir kakeknya yang membuatnya sadar bahwa kakek memang tidak menunjukkan rasa sayangnya dengan bebas seperti orang lain. Begitupun pada saudaranya. Bedanya, karena mereka hidup dari kecil bersama kakek sedangkan dia tidak. Itu mengapa kakek lebih leluasa dengan mereka ketika berbicara.

Tapi lagi-lagi perkataan Riana membuatnya jatuh ke dasar, " kamu hanya dapat bekas. Bekas papa yang tidak seberapa. Pantas sama saja dengan ibumu yang suka bekas orang lain" ujarnya berlalu.

Kata-kata itu menghantamnya jatuh ke dasar dan Vicko hanya melewatinya setelah adiknya membuat anak haram itu terdiam.

Flashback Off;

 Tapi tak mengapa dulu dia senang sebab, dia menerima bekas ayahnya. Sekarang, botol minum itu saja sudah hilang, ya kalau masih bisa ditemukan pikirnya.

    

      Terlalu lama dia melamun. Lagi-lagi melamun sampai akhirnya dia beranjak dan melihat ke tempat awal.

     Tapi dia tidak menemukan di bangku belakang sekolah ketika beberapa anak lelaki yang menjadi kaka seniornya bermain bola kaki. Yang dia lihat justru bangku kosong tanpa ada apapun di sana.

Dia berbalik, hendak kembali. Tapi, ... apa yang dia lihat membuatnya terkejut bukan main.

AMOREGA

@Fatamorgana16,

Senin, 01 Maret 2021.

Related chapters

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB KETIGA :

    Sementara itu, di rumah mewah nan megah terdapat orang-orang yang biasa dengan suasana yang tak pernah biasa. Dulu rumah itu masih tenteram, saat si tuan rumah utama masih ada. Namun, lama-kelamaan banyak yang berubah apalagi Sang Nyonya Besar sudah tiada.Semua berubah, setelah kepergian tuannya pun rumah itu lebih parah. Seperti tak ada kedamaian di dalamnya."Tuan memanggil saya?" tanya Asisten Rumah Tangga itu, menunduk takut-takut."Ya," jawabnya singkat tanpa menoleh ke arahnya."Ada apa , Tuan?""Bagaimana? Apa dia bersekolah di tempat yang sama dengan Riana dan Vicko?""Ya, Tuan. Nona mendapatkan beasiswa dan ibu panti yang menjadi pengasuhnya saat itu membantu membiayai," ujarnya menjelaskan."Baguslah. Setidaknya dia hidup yang layak. Jangan biarkan dia mengacaukan kehidupan kedua anakku yang lain,” imbuhnya.Si asisten pasti berpikir bahwa si tuan sangat kejam tapi sebenarnya dia tahu bahwa tuanny

    Last Updated : 2021-04-28
  • A.M.O.R.E.G.A   BAB EMPAT

    Lagi-lagi Amor hanya duduk dan terdiam di bangku yang tadi dia duduki, di mana dia meletakkan tumbler minumnya sampai ketinggalan dan hilang. Termenung serta memikirkan bagaimana keadaan ayahnya dan sedih melihat tumbler minumnya. Menatap sejenak persis ke arah itu, lalu menoleh ke depan mengikuti arah jalan orang yang tadi hampir saja berpapasan dengannya.Dia bukan takut, hanya saja tidak ada alasan kenapa dia harus bertemu dengan mereka selain darah yang sama mengalir dalam tubuh mereka. Selebihnya tidak ada sama sekali.Dia juga teringat wanita itu, mamanya. Mamanya adalah orang yang selalu mengusahakan dia untuk masuk dalam keluarga Leonardth meskipun tetap saja dia tidak akan pernah diakui.“Hay, sedang apa di sini?” tanya seorang perempuan.Amor yang terkejut mendongak melihat dua orang yang memiliki seragam yang sama dengannya.“Ah, tidak ada. Kalian sendiri sedang apa?”“Kami di sini istirahat. Malas ke kantin apal

    Last Updated : 2021-05-04
  • A.M.O.R.E.G.A   BAB LIMA

    Vicko jelas melihat gadis itu di sana tadi. Tapi bagaimana bisa dia tidak terlihat dalam hitungan detik? Dia bukanlah wanita super yang memiliki kekuatan supranatural atau apa pun itu.Atau memang dia salah melihat? Sepertinya tidak, pikirnya. Mencoba mengusir bayangan gadis itu dia kembali melanjutkan kegiatannya untuk kembali ke lapangan basket. Sedang Amor yang masih menunduk disuruh keluar dari tempat persembunyian oleh Rega.Ya, sebelum tadi dia sempat tahu akan ke mana Rega menarik tangannya disaat teman, ya teman barunya itu masih asyik cerita.“Terima kasih,” ucapnya lalu pergi begitu saja hanya saja Rega tidak akan membiarkan itu terjadi.“Saya punya satu permintaan,” kata Rega yang membuat Amor mendongak tak percaya.“Apa? Saya tidak punya apa-apa. Kalau tidak keberatan, apa yang bisa saya bantu?”Perempuan dingin, batin Rega. Ampun deh, dia sendiri juga dingin kenapa harus mikirin orang lain coba? Dasar!

    Last Updated : 2021-05-24
  • A.M.O.R.E.G.A   BAB ENAM

    Setelah pengumuman tadi anak baru langsung diberikan izin untuk pulang karena besok adalah hari terakhir MOS dan langsung membawa perlengkapan untuk dibawa menginap di acara MAKRAB di sebuah Villa yang ada di Bogor dekat dengan hutan lindung.Amor yang sebenarnya malas sekali untuk ikut dalam hal begini terpaksa mengikuti tata cara dari sekolah. Dia tidak mau dicap sombong dan sebagainya padahal jelas-jelas dia hanya seorang anak beasiswa. Beasiswa bagi yang tidak mampu dan kebetulan otaknya masih mumpuni untuk itu. Dia tergesa sampai tidak sadar di depannya ada orang yang berjalan berlawanan arah dengannya.Brukk!Terbantinglah barang yang digenggamnya dan ada beberapa buku yang diberikan kakak seniornya tadi waktu lagi pengumuman."Maaf," ucapnya lalu pergi."Kamu—” Ucapan itu terhenti kala Amor mendongak melihat siapa yang dia tabrak tanpa sengaja."Emm, maaf." Lalu dia kembali menunduk."Kamu ... yang dulu itu, ‘kan?" Ka

    Last Updated : 2021-06-02
  • A.M.O.R.E.G.A   BAB TUJUH

    Vicko dan Rangga akhirnya pergi membeli boneka. Tapi Vicko tahu mata itu tadi sempat menatapnya.Di mana dia tinggal sekarang? Bersama siapa? Dan bagaimana hidupnya? Ah, kenapa dia harus memikirkannya, sih? Batinnya bergelut antara ingin peduli atau tidak."Loe kenapa sih? Dari tadi melamun mulu?" sungut Rangga."Enggak ada. Perasaan loe aja kali.""Ya, justru karena perasaan gue, Bambang. Ya kalo loe pasti gak bakalan ngerasain kalo dari tadi itu loe melamun aja. Kaya orang bego tau. Kesambet loe? Gue jadi takut nih," kata Rangga mencoba berekpresi setakut mungkin. Yang ada bukan lucu atau Vicko tertawa malah Rangga kena toyoran kembali."Biar dikata gue jago berantem kalo loe kesambet gue orang pertama yang bakal nyiram loe air dan larilah pasti," tegasnya.Mendengar perkataan Rangga yang tidak masuk akal baginya, segera Vicko menoyor kepala Rangga sekali lagi."Itu tandanya loe doain gue buat kesambet!" kesalnya."Ya gak sih. Cuma jangan sa

    Last Updated : 2021-06-08
  • A.M.O.R.E.G.A   BAB DELAPAN

    Amor baru saja sampai di rumah kostnya. Dia melihat Bude Ani juga ada di rumah. Jangan tanya bagaimana dia tahu sebab suara Bude Ani dan suara ulekan bersamaan dia sudah hapal itu. Dia menghempaskan tubuhnya pada tempat tidur yang tidak seberapa besar tapi cukup membuatnya nyaman. Kadang kala sendiri begini, bayangan masa lalu suka muncul tak diundang di kepalanya. "Kamu," tunjuk ibunya, "pakai baju ini dan kalau bisa jangan pernah sia-siakan usahaku yang akan membawamu ke dalam keluarga kaya raya itu" ujarnya mengibaskan rambut lalu melenggang pergi. Ingatan itu lagi, lagi muncul. Lebih baik dia membantu bude dan ke panti urusannya Selesai, besok dia ikut makrab. Tidak ingin membuang waktu yang sia-sia. .......... Hari ini adalah hari terakhir Amor mengikut MOS dan juga akan mengikuti makrab ditempat yang sudah ditentukan. Ya meskipun sebenarnya ia tak ing

    Last Updated : 2021-12-04
  • A.M.O.R.E.G.A   BAB SEMBILAN

    “Cup bangun cup, ngebo amat lo jadi orang” ucap Pras yang duduk bersebelahan dengan UcupUcup yang merasa terusik pun langsung memukul pelan mulut Pras dalam keadaan setengah sadar“Akh! Sialan lo cup, dibawa balik lagi sama ni bus mampus lo” ucap Pras kesal“Ngomong mulu loe! Gatau apa ya eke ini lagi bocan” ucap Ucup manja“Bocan bocan, iler lo banyak begini dikata bocan” ledek Pras“Gua begini begini masih cantik mirip Jennie blackpink ya Pras, Loe aja pasti kegoda kan sama eke” ucap Ucup dengan menaik naikan alisnya“Jijik gua yang ada cup... Cupp” ucap PrasIa tak membayangkan jika dirinya dan Ucup menjadi sepasang – Ah lupakan, memikirkannya saja sudah membuat nya merinding“Mor udah selese?” tanya Sere“Hah? Oh ya udah” jawab Amor“Ayo” ucap Sere“kemana?” tanya Amor polos&l

    Last Updated : 2021-12-04
  • A.M.O.R.E.G.A   BAB SEPULUH

    “GO UCUP GO UCUP GO!” teriak Pras dan Sera yang sudah melewati danauYa memang dari awal Ucup sudah ketakutan untuk melewati danau itu, bukan! Bukan ketakutan oleh danaunya, tapi ia hanya takut jika ada hewan hewan seperti ular didalam danau atau alir danau yang kotor, itu bisa merusak kulit perem- err lelaki maksudnya“cepetan Cup lama amat begini doang” Ucap Pras“Aduh nanti eke kenapa Napa gimana? Loe pada mau pada tanggung jawab?!” Ucap Ucup“Ga usah banyak drama deh cup, tinggal lo sendiri yang belum ya di kelompok A” ucap Pras“IHH INI TUH BUKANNYA DRAMA TAPI EKE KAN LAGI JAGA DIRI” ucap Ucup tak mau kalah“Udah cepet cup gausah alay banget, gua yang cewek aja sampe kaga kenapa Napa” Ucap Sere lelah“Iya iya deh bawel lo berdua” Ucup pun akhirnya mau tak mau melewati danau tersebut dan untungnya

    Last Updated : 2021-12-30

Latest chapter

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB EMPAT PULUH

    Sepanjang perjalanan menuju tempat yang dituju, senyuman tak pernah luntur dari bibirnya. Dia juga sesekali bersenandung serta bersiul karena bahagia. Saat hampir mendekati tempat yang dituju hatinya sangat bahagia dan rasa tak sabar ingin bertemu pun pemuda itu rasakan. Namun, semua kebahagiaannya itu langsung sirna saat melihat pemandangan yang membuatnya langsung terluka. Di depannya ada Amor yang sedang bersama pria lain dan terlihat sangat akrab. Dia hanya diam dan memperhatikan dari kejauhan dengan hati yang bercampur aduk, antara marah, terluka dan kecewa. Dia sangat kecewa karena Amor begitu dekat dengan pria berumur itu sedangkan dengan dirinya Amor malah sering menjaga jarak."Sebenernya apa yang salah dari gue Amora. Kenapa juga lo selalu menolak padahal gue hanya menawarkan pertemanan nggak lebih," lirih pemuda itu dan masih memperhatikan interaksi antara Amor dan si pria asing tersebut. "Gue Rega Hanung Brathayuda ... nggak akan pernah sudi mundur begitu aja. Gue akan ter

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB TIGA PULUH SEMBILAN

    Kedekatan Amor dan Rega semakin berkembang setelah kejadian hari itu. Amor juga menghentikan protesannya karena merasa sangat lelah telah melarang tetapi terus diabaikan. Cacian dan makian juga masih dia terima karena kini dia semakin dekat dengan si idola sekolah, Amor juga hanya diam karena dia memang sangat tidak ingin ribut dengan orang lain."Jadi ... kalian benar-benar memiliki hubungan yang lebih?" tanya Serena dengan tatapan bertanya ke arah AMor yang sedang menikmati makan siangnya dengan santai di dalam kelas. Sejak dia semakin dekat dengan Rega, Amor sudah taklagi makan siang di kantin lagi. Dia lebih memilih berada di tempat yang sepi seperti kelasnya tersebut."Tidak.""Ah, masa iya? tapi aku melihat yang lain dari kedekatan kalian belakangan ini," sangkal Prastya yang tiba-tiba saja muncul dari arah pintu. Pemuda berpenampilan katrok itu tiba-tiba muncul dan mengalihkan atensi Serena dan juga Amor yang sedang berbincang sambil makan siang tersebut."Dari kedekatan kali

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB TIGA PULUH DELAPAN

    Amor diam dan terus memperhatikan Rega yang masih saja menundukkan kepalanya karena merasa sangat bersalah kepada gadis di hadapannya tersebut. Sejujurnya Rega juga tidak menyangka kalau gara-gara dia mendekati Amor malah membuat hidup gadis itu tidak tenang. Rega juga tahu semuanya yang sudah terjadi di dalam ruangan osis tadi. Bahkan, dia sendiri yang memanggil Gilang untuk segera ke ruang osis dan memberikan pembelaan sekaligus menolong Amor yang hanya diam saja meski dipermalukan.Setelah mengeluarkan beberapa kata yang sangat ingin didengar oleh Amor, Rega langsung pergi begitu saja tanpa mau menunggu jawaban apa yang akan gadis itu lontarkan. Meski Rega melangkah pergi, tetapi hatinya terus berharap supaya Amor memanggil namanya dan menghentikan langkahnya itu. Namun, ternyata yang dia inginkan hanyalah angan dan tidak bisa terwujud. Amor masih saja menganggap dirinya tidak ada dan itu membuat perasaan Rega menjadi terlukai.Sejujurnya Amor sangat ingin berbincang dengan Rega,

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB TIGA PULUH TUJUH

    Amor tetap melanjutkan kegiatannya di sekolah dan melanjutkan tugasnya menjadi anggota osis. REga memang sudah tak lagi mendekatinya, tetapi pemuda itu tetap menjaga dirinya meski sedikit menjauh. "Rega benar-benar sudah menjauhimu ya?" tanya Serena dengan tiba-tiba yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya. Amor menoleh sebentar kemudian melanjutkan kembali langkahnya untuk menuju ruangan osis. "Iya, dia benar-benar sudah menepati janjinya. Tapi terkadang aku masih merasa kalau dia selalu ada setiap aku butuh bantuan." Ingatan Amor melayang pada keadian saat dia dilecehkan hari itu. Rega tiba-tiba datang dan membantu dirinya yang hanya diam meski dimaki-maki. "Itu artinya ... dia sebenarnya masih mau dekat sama kamu tapi dia juga tidak mau kalau membuatmu risih seperti saat itu," sahut Prastya, salah satu teman dekat Amor meski kelas mereka berbeda. Prastya ini juga biasanya diasingkan oleh teman-teman yang lainnya karena penampilan dia yang culun dan tidak

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB TIGA PULUH ENAM

    Rega diam dan membiarkan Amor pergi, dia tidak bisa terus memaksa Amor untuk menerima kehadirannya, tetapi dia juga tidak bisa kalau harus tetap membiarkan Amor takmenerima kehadirannya. Namun, kini Rega harus membiarkan gadis itu sendiri dulu dan dia akan kembali mendekati kalau keadaan Amor sudah jauh lebih baik. Setelah kejadian sore itu, Amor mulai merasakan ketenangan kembali menghampiri kehidupannya. Tatapan-tatapan esal teman-temannya kini tak lagi tertuju padanya karena dia dan Rega sudah tidak dekat seperti dahulu. Amor enang karena akhirnya hidupnya kembali tenang tanp gangguan siapapun lagi, termasuk Rega sebagai biang masalah dalam hidupnya. "Kan, apa gue bilang. Mereka itu nggak ada hubungan dan nggak akan pernah memiliki hubungan karena Rega nggak pernah cocok sama dia." "Ya, memang seharusnya begitu kan. Dia nggak pantes bersanding sama bintang sekolah kayak Rega, kalaupun mereka pernah dekat gue yakinnya sih pasti dia main dukun." "Wah, iya bener. K

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB TIGA PULUH LIMA

    "Sudah mama bilang, belajar yang benar kenapa malah bermain-main. Kamu memang selalu merepotkan dan bisanya hanya membuat masalah saja." Mama Amor benar-benar marah dan menghajar gadis itu dengan berbagai caci dan makian yang tak pantas diucapkan oleh seorang ibu. Dia sangat kecewa dan sang anak yang menurutnya sudah membawa sial sejak lahir "Maaf, Ma. Amor tidak bermaksud melakukan itu semua, Amor ...." "Kau memang anak yang tidak bisa diandalkan. Hanya bisa membuat malu keluarga saja dan tidak bisa membanggakan." Mama Amor menatap gadis itu dengan sangat tajam, menunjukkan kalau dia benar-benar tidak suka dengan yang sudah sang anak lakukan." "Apa salahku, Ma? kenapa Mama bersikap seperti ini. Apa yang sudah kulakukan," lirih Amor sambil menangis, tetapi sama sekali tidak dipedulikan oleh sang ibu. Bagi wanita yang tak lagi muda itu air mata Amor sama sekali tidak ada gunanya, justru membuatnya semakin muak kepada gadis itu sendiri. "Pergi dari hadapanku sekarang juga, dasar ana

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB TIGA PULUH EMPAT

    Tepat sepulang sekolah Amor langsung bergegas melakukan pekerjaan barunya menjaga sebuah minimarket dsn mengabaikan rapat osis yang seharusnya dia hadiri sebagai salah satu anggota osis tersebut. Ya, alasannya bukan hanya karena pekerjaan barunya, tetapi juga karena Amor tidak menyukai lingkup yang ramai dan berbaur dengan banyak orang."Hallo, Amor. Wah, kau bersemangat sekali ya, jam segini sudah datang aja," sapa Jeje yang baru saja datang dan cukup terkejut saat melihat Amor sudah berada di minimarket lebih awal."Iya, Je. Kebetulan sepulang sekolah tidak ada kegiatan, daripada bersantai di rumah lebih baik aku datang saja ke sini." Amor menjawab sambil merapihkan beberapa barang yang berantakan."Okeh, aku mau ganti baju dulu."Amor hanya membalas dengan deheman dan kembali melanjutkan beres-beresnya yang belum rampung. Pekerjaan pertamanya membuat dia harus bekerja dengan sangat baik supaya tante Lala tidak kecewa akan kinerja dirinya. Amor sangat membutuhkan pekerjaan itu jadi

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB TIGA PULUH TIGA

    Destinasi yang dipilih untuk study tour kali ini adalah pantai yang berada di utara pulau Jawa. Setelah menempuh kurang lebih tiga jam perjalanan, akhirnya rombongan mereka pun sampai. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Satya tadi, sebelum turun dari bus, masing-masing panitia harus mengabsen para anak-anak. Setelahnya, mereka diperkenankan untuk turun dan berkumpul di tempat terbuka. “Wah, gileee, keren banget nih pantainya.” Ucup berseru kegirangan sambil membenarkan posisi topi pantai yang dia kenakan. Sementara Sere dan Pras juga sama kagumnya melihat keindahan yang ada di depan mereka. Maklum, otak mereka sudah terlampau lelah akibat keseringan belajar di sekolah.”“Eh, Amor gemana? Apa dia nantinya bakal bareng anak OSIS terus?” tiba-tiba Sere bertanya pada kedua temannya dengan raut sedih. “Itu kan wajar, Ser. Lagi pula dia kan sekarang anggota OSIS. Ngga papa lah, demi masa depannya juga,” kata Pras menenangkan. “Iya, nih. Harusnya kita bangga sama Amor ka

  • A.M.O.R.E.G.A   BAB TIGA PULUH DUA

    Hari keberangkatan untuk acara study tour pun tiba. Anak-anak sudah bersiap dengan bawaannya masing-masing sedari pagi, menunggu bus datang dengan dada berdebar saking tidak sabarnya. Ini juga merupakan hari yang dinanti-nanti oleh tiga sekawan itu, Ucup, Serena, dan Pras. Mereka bahkan sudah tiba di sini sejak satu jam yang lalu. Apalagi Ucup yang heboh dengan barang bawaannya.“Woy, kalian! Tolongin eke dong, ah,” ujar Ucup pada kedua temannya. Dia tampak kesusahan dengan dua buah koper dan satu tas jinjing berisi makanan, satu tas punggung berisi alat make up. “Tolonhin dong, Ser! Lu ngga liat ini eke keberatan?!”Sere yang disuruh pun hanya melotot pada Ucup. “Lagian lo aneh-aneh aja. Ini kan cuma study tour, Cup. Cuma beberapa hari doang, malah sehari doang kali. Lu ngapain pake bawa-bawa barang sebanyak itu?” “Iya, nih. Sebetulnya lu bawa apaan aja si, Cup?” Pras yang ada di sampingnya pun ikut bertanya. “Hello, teman-teman, lu pada ngga tau ya? Nih eke

DMCA.com Protection Status