Lagi-lagi Amor hanya duduk dan terdiam di bangku yang tadi dia duduki, di mana dia meletakkan tumbler minumnya sampai ketinggalan dan hilang. Termenung serta memikirkan bagaimana keadaan ayahnya dan sedih melihat tumbler minumnya. Menatap sejenak persis ke arah itu, lalu menoleh ke depan mengikuti arah jalan orang yang tadi hampir saja berpapasan dengannya.
Dia bukan takut, hanya saja tidak ada alasan kenapa dia harus bertemu dengan mereka selain darah yang sama mengalir dalam tubuh mereka. Selebihnya tidak ada sama sekali.Dia juga teringat wanita itu, mamanya. Mamanya adalah orang yang selalu mengusahakan dia untuk masuk dalam keluarga Leonardth meskipun tetap saja dia tidak akan pernah diakui.“Hay, sedang apa di sini?” tanya seorang perempuan.Amor yang terkejut mendongak melihat dua orang yang memiliki seragam yang sama dengannya.“Ah, tidak ada. Kalian sendiri sedang apa?”“Kami di sini istirahat. Malas ke kantin apalagi banyak senior, takut dikerjain,” ujar si pria agak culun berkacamata.“Oh ya, namaku Serena.” Si wanita memperkenalkan diri.“Namaku Pras.” Dia menjabat tangan Amor.“Hei, hei, eperibadeh. Pada kagak ngajak-ngajak gue lu pada. Udah malas temenan sama gue loe bedua?” Salah seorang laki-laki yang seangkatan dengan mereka bertiga akhirnya datang dan teriak-teriak sampai Amor terkejut heran sendiri. Tapi si wanita yang memperkenalkan namanya Sere tadi hanya tersenyum, sedangkan si pria yang bernama Pras justru mendengus. “Apaan sih, Cup? Pelan-pelan, dong! Gak usah teriak gitu!”“Tau loe. Kaya apaan aja. Emang dikejar setan lo?”“Apa sih loe, Pras? Gitu aja udah sensi. Eke mau kasih tau sesuatu, nih ya. Lu pada denger baik-baik!” katanya tapi pandangannya turun kepada Amor.“Eh, situ siapa? Sama kaya kita juga kah? Seangkatan kan ya?”Belum dijawab, laki-laki itu mengengenalkan diri lebih dulu. “Gue Ucup. Orang paling kece se-Jagat raya, seantero negeri.”“Amor,” ucapnya malu-malu, ikut memperkenalkan diri.“Nama lu cantik. Bagus, kaya lu manis-manis gitu.” “Bukannya loe suka sama cowok ya, Cup?” Goda Sere. “Dia mah jadi-jaSere,” imbuh Pras kesal.“Elah. Iya, gue suka cowok. Tapi kalo kaya si Amor begindang ya gue suka juga dong. Manis, cantik lagi. Siapa yang gak suka? Muka loe kaya bule-bule blasteran gitu deh,” ucapnya jujur sembari memegang wajah Amor yang membuatnya kurang nyaman.“Udah dong, , jangan gitu! Lu buat dia gak nyaman aja sih,” kata Sere menepiskan tangan Ucup.“Ops, sorry yak. Eke suka lupa diri liat cewek cantik. Udah dong. Eke bawa berita hot banget nih. Sampe pedes, hotshots and hotsnews banget, deh,” ceritanya sambil memainkan jari di mulut, seolah itu berita terpanas dan terheboh. “Apaan sih, Cup?” sahut Pras cepat.“Eh, kalian pada tau gak si, anggota OSIS tercakep dan si ketua basket di sekolah ini yang cakepnya luar biasa itu, lho? Rega Brathayuda. Pada kenal gak?” tanya Ucup.“Kenal. Kenapa emang?” tanya Sere penasaran.“Iya. Dia lagi hot beritanya. Katanya pernah patah hati dan sekarang lagi dideketin sama anak kolongmerat juga.”“Itu lho, anaknya pengusaha juga si Tuan Leonardth,” terang Ucup.Perkataan dan informasi itu menyentak jantung Amor, Leonardth. Leonardth adalah keluarganya, kalau mereka masih mau menganggap Amor adalah keluarganya.Ayahnya adalah seorang pengusaha hebat itu. Tapi kisah rumah tangganya tak sehebat dan sebaik yang selalu diagungkan oleh orang-orang banyak.“Lalu kenapa?” tanya Pras jengah.“Ya, masa lho gak tau sih kalau si Riana itu putri kesayangan tuan Leonardth? Katanya sih keluarga Leonardth punya satu putri lagi. Tapi, tidak pernah diberitakan di publik. Dan katanya, anak ini lahir di luar pernikahan dari orang biasa yang menjebak tuan Leonardth agar masuk ke keluarga kaya itu,” terang Ucup.“Hussh!” Sere buru-buru menghentikan ocehan Ucup. “Lu tau dari mana? Jangan suka gosip. Gak baik, Cup. Lagian nih ya, buat apa sih kita menggosipkan itu?” tanya Sere.“Bukan gosip, Ma Babee Sere, tapi ini adalah perebutan antara takhta, cinta, wanita,” ujar Ucup. “Dan kalian pada tau gak, sih? Raya Bramanthyo? Kabarnya dia adalah teman dekat perempuan satu-satunya Rega, juga dikabarkan dekat sama Rega.” “Trus apa masalahnya? Ya namanya teman, kan emang dekat sih, Cup,” kata Pras gemas.“Ehe, bener kata Pras,” ujar Sere setuju dengan pendapat Pras.Sedang Amor hanya diam memikirkan apa pun yang terjadi itu bukan tanggung jawabnya. entah kenapa dia teringat ayahnya. Lelaki paruh baya itu, bagaimana pun tetaplah ayahnya, pernah memberi kehidupan baginya. Mengalir darah yang sama di dalam tubuh mereka. Sekali pun tetap saja ayahnya tak pernah mengakui kalau dia adalah anaknya.“Iya tapi ada yang aneh gak sih? Si Raya adalah temen dekatnya si Rega. Lalu, Riana dikabarkan dekat dengan Rega. Si Rega kok kemaruk ya? Dia seolah membenarkan bahwa dia didekati dua wanita cantik sekaligus. Dan, mereka sih ya mau aja kalau didekati Rega yang tampannya luar biasa kaya dewa Yunani gitu.” Ucup menjelaskan dengan tampang takjub dan mata berbinar tanpa henti.“Eh, kalau cantik sama ganteng ya biasa aja. Karena udah banyak. Yang gak biasa adalah orang biasa bisa dekat dengan mereka yang luar biasa,” balas Pras.“Betul,” kata Sere.“Eh, gue mau deh jadi madunya si Rega. Acip dikit aja hartanya, kali aja gue bisa duduk tenang nikmati beberapa makanan enak yang disuguhi pelayan. Euy, enak ih,” sahut Ucup membayangkan.“Apaan sih, Cup? Gak jelas banget deh,” seru Sere.“Tau deh, gak jelas. Lagian mana ada yang mau sama kita yang berbeda level sama mereka, Cup? Dan siapa sih yang mau sama loe, Cup?” kata Pras semakin kesal.“Tampang loe ga cocok jadi holang kaya,” ejeknya membuat Ucup kesal.“Ihh, Pras.” Ucup memukul manja di bahunya.“Apaan sih? Gak usah pegang-pegang!” tepis Pras yang membuat Ucup mengerucut sebal, sedang Sere hanya tertawa puas melihat keduanya.Amor hanya mendengarkan tanpa mau berucap satu patah kata pun. Dia bukan tidak mau menanggapi, hanya saja tidak tahu harus membahas apa dan bagaimana memulainya. Awal pertemuan yang selalu buruk dengan orang-orang yang bahkan memiliki ikatan darah dengannya membuat dia semakin takut. “Gue gak apa-apa jadi simpanan aja. Gak dapat si Rega tapi masih ada stok yang kece badai kok di sekolah ini,” kata Ucup.“Siapa lagi?” kata Sere jengah.“Fadel, Tian, teman Rega dan si ketua OSIS, Surya Indraputra. Kan cakep, juga tajir sih,” ujar ucup.“Kalian tau gak sih? Katanya si Surya sama Rega pernah perang dingin karena Raya.” Ucup menjeda kalimatnya sambil memikirkan sesuatu. “Oh, ya! OMG!” teriak Ucup tiba-tiba.“Gue tau siapa yang keren nomor dua setelah Rega. Surya dan lainnya nomor tiga tau. Yang kedua adalah kakaknya Riana, Vicko Leonardth,” ucapnya.Vicko Leornardth. Ya, hanya satu orang yang dikenal oleh Amor dengan nama itu. Sama seperti Riana, dan juga keluarga Leonardth.Dia masih terus mendengar mereka bercerita, sesekali sambil berdebat dan mencela satu sama lain hanya saja Amor tidak fokus sama sekali. Dia tidak takut hanya saja kembali lagi ke dalam lingkup masa lalu membuatnya selalu gemetar.Dia tidak kuat bila selalu dikelilingi dan dilingkupi dengan asal- usul dirinya yang tidak jelas. Beginilah hidup. Mereka tidak tahu bahwa ketika ada orang yang rela menjadi simpanan hanya untuk menikmati bagaimana enaknya jadi orang kaya dan hidup menjadi tuan putri. Contohnya saja Ucup, walaupun Amor tahu bahwa Ucup hanya bercanda.“Hei, Mor?” sapa Sere.“Ha? Eh, i-iya?” Amor menoleh melihat Sere yang menatapnya intens.“Kamu ada pikiran? Maaf, ya.” Sere merasa tidak enak karena mereka berdebat di depan Amor yang baru mereka kenal.“Ehm, gak apa,” jawabnya.“Mereka memang begitu, Mor, kalau sudah berdebat. Kita memang begini. Tolong maklumin, ya,” pintanya.Amor tidak menyahut, hanya mengangguk mengerti saja. Mereka mungkin berteman dengan tulus tapi dia belum bisa memiliki teman yang benar-benar teman. Dia takut kembali ditinggalkan karena sudah mengalaminya berkali-kali, membuat dia ekstra hati-hati untuk kali ini.“Eh, Neng Amor,” panggil Ucup, “diam aja lu. Sorry ye. Kita emang heboh kalo udah ketemu bertiga. Kita mah temenan dari SMP,” jawab Ucup.“Dia malas liat loe banyak omong, Cup,” kata Pras. “Kalau gue sekolah di sini karena kebetulan, bisalah orang tua masih mampu dan dapat beasiswa dikit. Kalo loe?” tanya Pras.“Kalo aku juga masih mampu, sih. Ucup apalagi, bapaknya tuan tanah. Kalo aku orang tua hanya manager biasa. Pras asisten boss bapaknya. Tapi aku sih ga dapat beasiswa, Cuma masih bisalah otakku,” kekehnya, “tapi yang paling pinter di antara kita hanya Pras,” sambungnya.Ucup hanya mengangguk membenarkan. “Iya bener, Mor. Tapi ya gitu, dia gak ganteng amat sih,” cibirnya.“Dasar loe ya!” Pras menendang kaki Ucup.“Euy, sakit!” katanya mengaduh.“Hem, kalo kamu?” tanya Sere pada Amor.“Beasiswa,” jawab Amor singkat.Amor mulai tidak nyaman apabila mereka menceritakan tentang keluarga dan pekerjaan ayahnya. Tidak seperti dirinya yang sebatang kara. Hanya anak tunggal tanpa ada orang lain yang membantu. Hanya bantuan beasiswa dan panti serta Budhe Ani yang berbaik hati menolongnya.Dia ingin pergi dan bangkit berdiri. Hanya saja ketika dia mulai bangkit, pandangannya langsung tertuju ke depan, beradu pandang dengan seseorang di sana yang menatapnya tajam. Dan semua itu juga tak luput dari satu pasang mata yang memandang aneh temannya itu.Di sana, di sisi yang lain juga ada yang menatap Amor dengan pandangan penuh minat.@Fatamorgana16,
Selasa, 04 Mei 2021Pekanbaru. Riau.Vicko jelas melihat gadis itu di sana tadi. Tapi bagaimana bisa dia tidak terlihat dalam hitungan detik? Dia bukanlah wanita super yang memiliki kekuatan supranatural atau apa pun itu.Atau memang dia salah melihat? Sepertinya tidak, pikirnya. Mencoba mengusir bayangan gadis itu dia kembali melanjutkan kegiatannya untuk kembali ke lapangan basket. Sedang Amor yang masih menunduk disuruh keluar dari tempat persembunyian oleh Rega.Ya, sebelum tadi dia sempat tahu akan ke mana Rega menarik tangannya disaat teman, ya teman barunya itu masih asyik cerita.“Terima kasih,” ucapnya lalu pergi begitu saja hanya saja Rega tidak akan membiarkan itu terjadi.“Saya punya satu permintaan,” kata Rega yang membuat Amor mendongak tak percaya.“Apa? Saya tidak punya apa-apa. Kalau tidak keberatan, apa yang bisa saya bantu?”Perempuan dingin, batin Rega. Ampun deh, dia sendiri juga dingin kenapa harus mikirin orang lain coba? Dasar!
Setelah pengumuman tadi anak baru langsung diberikan izin untuk pulang karena besok adalah hari terakhir MOS dan langsung membawa perlengkapan untuk dibawa menginap di acara MAKRAB di sebuah Villa yang ada di Bogor dekat dengan hutan lindung.Amor yang sebenarnya malas sekali untuk ikut dalam hal begini terpaksa mengikuti tata cara dari sekolah. Dia tidak mau dicap sombong dan sebagainya padahal jelas-jelas dia hanya seorang anak beasiswa. Beasiswa bagi yang tidak mampu dan kebetulan otaknya masih mumpuni untuk itu. Dia tergesa sampai tidak sadar di depannya ada orang yang berjalan berlawanan arah dengannya.Brukk!Terbantinglah barang yang digenggamnya dan ada beberapa buku yang diberikan kakak seniornya tadi waktu lagi pengumuman."Maaf," ucapnya lalu pergi."Kamu—” Ucapan itu terhenti kala Amor mendongak melihat siapa yang dia tabrak tanpa sengaja."Emm, maaf." Lalu dia kembali menunduk."Kamu ... yang dulu itu, ‘kan?" Ka
Vicko dan Rangga akhirnya pergi membeli boneka. Tapi Vicko tahu mata itu tadi sempat menatapnya.Di mana dia tinggal sekarang? Bersama siapa? Dan bagaimana hidupnya? Ah, kenapa dia harus memikirkannya, sih? Batinnya bergelut antara ingin peduli atau tidak."Loe kenapa sih? Dari tadi melamun mulu?" sungut Rangga."Enggak ada. Perasaan loe aja kali.""Ya, justru karena perasaan gue, Bambang. Ya kalo loe pasti gak bakalan ngerasain kalo dari tadi itu loe melamun aja. Kaya orang bego tau. Kesambet loe? Gue jadi takut nih," kata Rangga mencoba berekpresi setakut mungkin. Yang ada bukan lucu atau Vicko tertawa malah Rangga kena toyoran kembali."Biar dikata gue jago berantem kalo loe kesambet gue orang pertama yang bakal nyiram loe air dan larilah pasti," tegasnya.Mendengar perkataan Rangga yang tidak masuk akal baginya, segera Vicko menoyor kepala Rangga sekali lagi."Itu tandanya loe doain gue buat kesambet!" kesalnya."Ya gak sih. Cuma jangan sa
Amor baru saja sampai di rumah kostnya. Dia melihat Bude Ani juga ada di rumah. Jangan tanya bagaimana dia tahu sebab suara Bude Ani dan suara ulekan bersamaan dia sudah hapal itu. Dia menghempaskan tubuhnya pada tempat tidur yang tidak seberapa besar tapi cukup membuatnya nyaman. Kadang kala sendiri begini, bayangan masa lalu suka muncul tak diundang di kepalanya. "Kamu," tunjuk ibunya, "pakai baju ini dan kalau bisa jangan pernah sia-siakan usahaku yang akan membawamu ke dalam keluarga kaya raya itu" ujarnya mengibaskan rambut lalu melenggang pergi. Ingatan itu lagi, lagi muncul. Lebih baik dia membantu bude dan ke panti urusannya Selesai, besok dia ikut makrab. Tidak ingin membuang waktu yang sia-sia. .......... Hari ini adalah hari terakhir Amor mengikut MOS dan juga akan mengikuti makrab ditempat yang sudah ditentukan. Ya meskipun sebenarnya ia tak ing
“Cup bangun cup, ngebo amat lo jadi orang” ucap Pras yang duduk bersebelahan dengan UcupUcup yang merasa terusik pun langsung memukul pelan mulut Pras dalam keadaan setengah sadar“Akh! Sialan lo cup, dibawa balik lagi sama ni bus mampus lo” ucap Pras kesal“Ngomong mulu loe! Gatau apa ya eke ini lagi bocan” ucap Ucup manja“Bocan bocan, iler lo banyak begini dikata bocan” ledek Pras“Gua begini begini masih cantik mirip Jennie blackpink ya Pras, Loe aja pasti kegoda kan sama eke” ucap Ucup dengan menaik naikan alisnya“Jijik gua yang ada cup... Cupp” ucap PrasIa tak membayangkan jika dirinya dan Ucup menjadi sepasang – Ah lupakan, memikirkannya saja sudah membuat nya merinding“Mor udah selese?” tanya Sere“Hah? Oh ya udah” jawab Amor“Ayo” ucap Sere“kemana?” tanya Amor polos&l
“GO UCUP GO UCUP GO!” teriak Pras dan Sera yang sudah melewati danauYa memang dari awal Ucup sudah ketakutan untuk melewati danau itu, bukan! Bukan ketakutan oleh danaunya, tapi ia hanya takut jika ada hewan hewan seperti ular didalam danau atau alir danau yang kotor, itu bisa merusak kulit perem- err lelaki maksudnya“cepetan Cup lama amat begini doang” Ucap Pras“Aduh nanti eke kenapa Napa gimana? Loe pada mau pada tanggung jawab?!” Ucap Ucup“Ga usah banyak drama deh cup, tinggal lo sendiri yang belum ya di kelompok A” ucap Pras“IHH INI TUH BUKANNYA DRAMA TAPI EKE KAN LAGI JAGA DIRI” ucap Ucup tak mau kalah“Udah cepet cup gausah alay banget, gua yang cewek aja sampe kaga kenapa Napa” Ucap Sere lelah“Iya iya deh bawel lo berdua” Ucup pun akhirnya mau tak mau melewati danau tersebut dan untungnya
“Mobil lo besok udah bisa dipake kan Vic?” Tanya Rangga“Maybe, doain aja udah” jawab Vicko seadaanyaYa kemarin saat Vicko dan Rangga berniat untuk mengunjungi siswa dan siswi baru yang sedang melakukan makrab, kendaraan mereka mengalami kendala saat ditengah perjalanan. Jadi mau tidak mau, mereka memutuskan untuk pulang terlebih dahulu dan kembali besok saat hari terakhir acara makrab saja.“Semoga dah, gua pengen banget tau nama tuh cewek” ucap RanggaVicko menoleh “Siapa yang lo maksud Rang,?” Tanya Vicko“Cewe yang kita temuin ditoko buku” UcapnyaVicko hanya mengangguk dan membiarkan temannya melakukan apapun asal tidak merepotkan nya“ngapain Na?” tanya perempuan itu seraya menepuk bahu Riana“Ngagetin aja lo, lo ngapain disini?” Tanya Riana balik“tadi gua lewat, terus liat lo disini sendi
POV Amor."Aku yang berusaha mencoba melupakannya”“Aku yang berusaha mengobati lukaku sendiri”“Aku juga yang menahan semua rasa sakit ini”“Dan aku juga yang menderita atas semua ini”“Kenapa semuanya terjadi kepada ku? Apakah memang hidupku tak akan pernah merasakan kebahagiaan?”“Kenapa aku dipertemukan lagi dengan orang yang kujauhi untuk melupakan semua penderitaan ini?”Amor terdiam mengingat bagaimana menderita nya ia dulu, hidup dengan penuh caci makian dan juga kebencian bahkan dari orang yang dia sebut ayah dan ibu. Dan lagi sekarang ia malah bertemu dengan Vicko Kaka tirinya yang selama ini ia jauhi.“Mor!” Panggil Ucup menepuk bahu kanan amor“Kamu membuatku kaget, ada apa?” Tanya amor“hehe maaf, eke kan ga sengaja mor” ucap Ucup“Lagian lo ngapain sih melamun dari tadi, ad
Sepanjang perjalanan menuju tempat yang dituju, senyuman tak pernah luntur dari bibirnya. Dia juga sesekali bersenandung serta bersiul karena bahagia. Saat hampir mendekati tempat yang dituju hatinya sangat bahagia dan rasa tak sabar ingin bertemu pun pemuda itu rasakan. Namun, semua kebahagiaannya itu langsung sirna saat melihat pemandangan yang membuatnya langsung terluka. Di depannya ada Amor yang sedang bersama pria lain dan terlihat sangat akrab. Dia hanya diam dan memperhatikan dari kejauhan dengan hati yang bercampur aduk, antara marah, terluka dan kecewa. Dia sangat kecewa karena Amor begitu dekat dengan pria berumur itu sedangkan dengan dirinya Amor malah sering menjaga jarak."Sebenernya apa yang salah dari gue Amora. Kenapa juga lo selalu menolak padahal gue hanya menawarkan pertemanan nggak lebih," lirih pemuda itu dan masih memperhatikan interaksi antara Amor dan si pria asing tersebut. "Gue Rega Hanung Brathayuda ... nggak akan pernah sudi mundur begitu aja. Gue akan ter
Kedekatan Amor dan Rega semakin berkembang setelah kejadian hari itu. Amor juga menghentikan protesannya karena merasa sangat lelah telah melarang tetapi terus diabaikan. Cacian dan makian juga masih dia terima karena kini dia semakin dekat dengan si idola sekolah, Amor juga hanya diam karena dia memang sangat tidak ingin ribut dengan orang lain."Jadi ... kalian benar-benar memiliki hubungan yang lebih?" tanya Serena dengan tatapan bertanya ke arah AMor yang sedang menikmati makan siangnya dengan santai di dalam kelas. Sejak dia semakin dekat dengan Rega, Amor sudah taklagi makan siang di kantin lagi. Dia lebih memilih berada di tempat yang sepi seperti kelasnya tersebut."Tidak.""Ah, masa iya? tapi aku melihat yang lain dari kedekatan kalian belakangan ini," sangkal Prastya yang tiba-tiba saja muncul dari arah pintu. Pemuda berpenampilan katrok itu tiba-tiba muncul dan mengalihkan atensi Serena dan juga Amor yang sedang berbincang sambil makan siang tersebut."Dari kedekatan kali
Amor diam dan terus memperhatikan Rega yang masih saja menundukkan kepalanya karena merasa sangat bersalah kepada gadis di hadapannya tersebut. Sejujurnya Rega juga tidak menyangka kalau gara-gara dia mendekati Amor malah membuat hidup gadis itu tidak tenang. Rega juga tahu semuanya yang sudah terjadi di dalam ruangan osis tadi. Bahkan, dia sendiri yang memanggil Gilang untuk segera ke ruang osis dan memberikan pembelaan sekaligus menolong Amor yang hanya diam saja meski dipermalukan.Setelah mengeluarkan beberapa kata yang sangat ingin didengar oleh Amor, Rega langsung pergi begitu saja tanpa mau menunggu jawaban apa yang akan gadis itu lontarkan. Meski Rega melangkah pergi, tetapi hatinya terus berharap supaya Amor memanggil namanya dan menghentikan langkahnya itu. Namun, ternyata yang dia inginkan hanyalah angan dan tidak bisa terwujud. Amor masih saja menganggap dirinya tidak ada dan itu membuat perasaan Rega menjadi terlukai.Sejujurnya Amor sangat ingin berbincang dengan Rega,
Amor tetap melanjutkan kegiatannya di sekolah dan melanjutkan tugasnya menjadi anggota osis. REga memang sudah tak lagi mendekatinya, tetapi pemuda itu tetap menjaga dirinya meski sedikit menjauh. "Rega benar-benar sudah menjauhimu ya?" tanya Serena dengan tiba-tiba yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya. Amor menoleh sebentar kemudian melanjutkan kembali langkahnya untuk menuju ruangan osis. "Iya, dia benar-benar sudah menepati janjinya. Tapi terkadang aku masih merasa kalau dia selalu ada setiap aku butuh bantuan." Ingatan Amor melayang pada keadian saat dia dilecehkan hari itu. Rega tiba-tiba datang dan membantu dirinya yang hanya diam meski dimaki-maki. "Itu artinya ... dia sebenarnya masih mau dekat sama kamu tapi dia juga tidak mau kalau membuatmu risih seperti saat itu," sahut Prastya, salah satu teman dekat Amor meski kelas mereka berbeda. Prastya ini juga biasanya diasingkan oleh teman-teman yang lainnya karena penampilan dia yang culun dan tidak
Rega diam dan membiarkan Amor pergi, dia tidak bisa terus memaksa Amor untuk menerima kehadirannya, tetapi dia juga tidak bisa kalau harus tetap membiarkan Amor takmenerima kehadirannya. Namun, kini Rega harus membiarkan gadis itu sendiri dulu dan dia akan kembali mendekati kalau keadaan Amor sudah jauh lebih baik. Setelah kejadian sore itu, Amor mulai merasakan ketenangan kembali menghampiri kehidupannya. Tatapan-tatapan esal teman-temannya kini tak lagi tertuju padanya karena dia dan Rega sudah tidak dekat seperti dahulu. Amor enang karena akhirnya hidupnya kembali tenang tanp gangguan siapapun lagi, termasuk Rega sebagai biang masalah dalam hidupnya. "Kan, apa gue bilang. Mereka itu nggak ada hubungan dan nggak akan pernah memiliki hubungan karena Rega nggak pernah cocok sama dia." "Ya, memang seharusnya begitu kan. Dia nggak pantes bersanding sama bintang sekolah kayak Rega, kalaupun mereka pernah dekat gue yakinnya sih pasti dia main dukun." "Wah, iya bener. K
"Sudah mama bilang, belajar yang benar kenapa malah bermain-main. Kamu memang selalu merepotkan dan bisanya hanya membuat masalah saja." Mama Amor benar-benar marah dan menghajar gadis itu dengan berbagai caci dan makian yang tak pantas diucapkan oleh seorang ibu. Dia sangat kecewa dan sang anak yang menurutnya sudah membawa sial sejak lahir "Maaf, Ma. Amor tidak bermaksud melakukan itu semua, Amor ...." "Kau memang anak yang tidak bisa diandalkan. Hanya bisa membuat malu keluarga saja dan tidak bisa membanggakan." Mama Amor menatap gadis itu dengan sangat tajam, menunjukkan kalau dia benar-benar tidak suka dengan yang sudah sang anak lakukan." "Apa salahku, Ma? kenapa Mama bersikap seperti ini. Apa yang sudah kulakukan," lirih Amor sambil menangis, tetapi sama sekali tidak dipedulikan oleh sang ibu. Bagi wanita yang tak lagi muda itu air mata Amor sama sekali tidak ada gunanya, justru membuatnya semakin muak kepada gadis itu sendiri. "Pergi dari hadapanku sekarang juga, dasar ana
Tepat sepulang sekolah Amor langsung bergegas melakukan pekerjaan barunya menjaga sebuah minimarket dsn mengabaikan rapat osis yang seharusnya dia hadiri sebagai salah satu anggota osis tersebut. Ya, alasannya bukan hanya karena pekerjaan barunya, tetapi juga karena Amor tidak menyukai lingkup yang ramai dan berbaur dengan banyak orang."Hallo, Amor. Wah, kau bersemangat sekali ya, jam segini sudah datang aja," sapa Jeje yang baru saja datang dan cukup terkejut saat melihat Amor sudah berada di minimarket lebih awal."Iya, Je. Kebetulan sepulang sekolah tidak ada kegiatan, daripada bersantai di rumah lebih baik aku datang saja ke sini." Amor menjawab sambil merapihkan beberapa barang yang berantakan."Okeh, aku mau ganti baju dulu."Amor hanya membalas dengan deheman dan kembali melanjutkan beres-beresnya yang belum rampung. Pekerjaan pertamanya membuat dia harus bekerja dengan sangat baik supaya tante Lala tidak kecewa akan kinerja dirinya. Amor sangat membutuhkan pekerjaan itu jadi
Destinasi yang dipilih untuk study tour kali ini adalah pantai yang berada di utara pulau Jawa. Setelah menempuh kurang lebih tiga jam perjalanan, akhirnya rombongan mereka pun sampai. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Satya tadi, sebelum turun dari bus, masing-masing panitia harus mengabsen para anak-anak. Setelahnya, mereka diperkenankan untuk turun dan berkumpul di tempat terbuka. “Wah, gileee, keren banget nih pantainya.” Ucup berseru kegirangan sambil membenarkan posisi topi pantai yang dia kenakan. Sementara Sere dan Pras juga sama kagumnya melihat keindahan yang ada di depan mereka. Maklum, otak mereka sudah terlampau lelah akibat keseringan belajar di sekolah.”“Eh, Amor gemana? Apa dia nantinya bakal bareng anak OSIS terus?” tiba-tiba Sere bertanya pada kedua temannya dengan raut sedih. “Itu kan wajar, Ser. Lagi pula dia kan sekarang anggota OSIS. Ngga papa lah, demi masa depannya juga,” kata Pras menenangkan. “Iya, nih. Harusnya kita bangga sama Amor ka
Hari keberangkatan untuk acara study tour pun tiba. Anak-anak sudah bersiap dengan bawaannya masing-masing sedari pagi, menunggu bus datang dengan dada berdebar saking tidak sabarnya. Ini juga merupakan hari yang dinanti-nanti oleh tiga sekawan itu, Ucup, Serena, dan Pras. Mereka bahkan sudah tiba di sini sejak satu jam yang lalu. Apalagi Ucup yang heboh dengan barang bawaannya.“Woy, kalian! Tolongin eke dong, ah,” ujar Ucup pada kedua temannya. Dia tampak kesusahan dengan dua buah koper dan satu tas jinjing berisi makanan, satu tas punggung berisi alat make up. “Tolonhin dong, Ser! Lu ngga liat ini eke keberatan?!”Sere yang disuruh pun hanya melotot pada Ucup. “Lagian lo aneh-aneh aja. Ini kan cuma study tour, Cup. Cuma beberapa hari doang, malah sehari doang kali. Lu ngapain pake bawa-bawa barang sebanyak itu?” “Iya, nih. Sebetulnya lu bawa apaan aja si, Cup?” Pras yang ada di sampingnya pun ikut bertanya. “Hello, teman-teman, lu pada ngga tau ya? Nih eke