Vicko jelas melihat gadis itu di sana tadi. Tapi bagaimana bisa dia tidak terlihat dalam hitungan detik? Dia bukanlah wanita super yang memiliki kekuatan supranatural atau apa pun itu.
Atau memang dia salah melihat? Sepertinya tidak, pikirnya. Mencoba mengusir bayangan gadis itu dia kembali melanjutkan kegiatannya untuk kembali ke lapangan basket. Sedang Amor yang masih menunduk disuruh keluar dari tempat persembunyian oleh Rega.Ya, sebelum tadi dia sempat tahu akan ke mana Rega menarik tangannya disaat teman, ya teman barunya itu masih asyik cerita.“Terima kasih,” ucapnya lalu pergi begitu saja hanya saja Rega tidak akan membiarkan itu terjadi.“Saya punya satu permintaan,” kata Rega yang membuat Amor mendongak tak percaya.“Apa? Saya tidak punya apa-apa. Kalau tidak keberatan, apa yang bisa saya bantu?”Perempuan dingin, batin Rega. Ampun deh, dia sendiri juga dingin kenapa harus mikirin orang lain coba? Dasar!“Jadi pasangan saya ke acara ulang tahun teman di Sabtu yang akan datang!” Itu lebih kepada perintah, bukan sebuah permintaan.“Maaf, Kak, saya gak bisa. Permisi.” Belum sempat dia berlalu kembali Rega menarik tangannya.“Lupa ya saya yang bantuin kamu? Saya sih tidak tahu kamu ada masalah apa sama Vicko, tapi saya tahu bahwa dia memandangmu tidak biasa.”Pernyataan itu membuat Amor terenyak, “A-apa?” Berarti itu tandanya Rega pun akan tahu mereka memiliki hubungan apa. Dan Ia, tidak ingin itu terjadi.Tidak! Tidak setelah semua yang terjadi dia tidak mau siapa pun tahu hubungannya dengan keluarga itu lagi. Ya, jika mereka mengakui Amor sekalipun itu anak ‘haram’ dari pada hanya anak tidak jelas di keluarga itu. Perempuan pembawa sial anak jalanan, tidak tahu diri. Jalang kecil.Menutup telinganya menggeleng kecil sampai Rega bingung apa yang terjadi pada gadis ini. “Kenapa?” tanya Rega menyentuh pundaknya yang langsung ditepis oleh Amor.Rega yang baru pertama kali ditolak perhatiannya menggeram, hanya saja dia berusaha menahan gejolak emosi di dalam dada. Mencoba menahan agar gadis ini tak tersakiti mungkin saja dia terlalu lancang.“Maaf, Kak. Permisi.” Amor berlalu dan Rega tak menahannya. Dia mengamati sampai Amor jauh pergi.***Sedang itu Sere dan Ucup masih berdebat sampai mereka sadar bahwa Amor tidak ada.“Duh kan, Amor ke mana ya?” ucap Sere. “Loe sih, semua karena lo nih.” tunjuknya pada Ucup. “Kok gue, sih? Pras dong, dia diem aja deh.” Sahutnya tidak terima.“Pras?” panggil Sere.“Ya?” “Amor ke mana?”“Oh, tadi sih katanya ke toilet. Cuma udah lima menit belom balik,” jawabnya santai memainkan ponselnya.“Ah masa sih? Eike kok ndak percaya ya?”“Iya, Pras, udah lima menit lebih.” “Ya, kali aja dia ada kerjaan. Kalian kok pada kaya khawatir gitu? Mending kita ke kantin aja entar nunggunya di sana aja.” Pras memberi usul, yang disetujui mereka berdua.Saat berjalan ke kantin pun mereka masih saja berdebat sampai Ucup hampir menabrak Rega.“Ups, sorry eike ga liat you di sini.”Sere langsung menyenggol pundak Ucup karena malu akan melakukannya.“Maaf, Kak, temen saya memang begitu dan dia gak sengaja,” kata Sere. “Cup, kamu gak boleh gitu. Minta maaf sama Ka Rega!” perintahnya.“Aduh, eike dese apase, Re?” Sembari memutar mata jengah. “Mentang-mentang holang kaya. Oke, gue minta maaf.” Ucup melengos.“Maaf ya, Kak. Oh ya, Kak, liat cewek gak tadi? Rambut sepunggung tapi gak sampai. Namanya Amor, anaknya pendiam, dia temen kita juga katanya ke toilet tapi gak balik-balik.” Sere bertanya pada Rega.‘Amor’ pikiran Rega langsung melayang pada sosok gadis yang tadi bersembunyi di dekatnya. Dia sempat membaca name tag di seragamnya tadi dan ingin mengembalikan tumbler minumnya yang sekarang masih di kantong Rega.“Gak. Cari lagi aja. Sekolah ini luas,” jawabnya cuek lalu pergi.“Sombong banget.” Pras bergumam walau dia dari tadi hanya diam tapi cukup mendengarkan. “Amor gak punya ponsel ya?” tanyanya.“Sekalipun punya, kita belum punya nomornya, Pras. Gak akan bisa menghubungi dia.”“Oh, iya maksud aku jika nanti kita ketemu dia lagi minta nomor hpnya aja. Dia kelihatan berbeda,” ucap Pras.Perkataan Pras masih terdengar oleh Rega yang masih berada di sana hanya berjarak dua meter karena Raya dan temannya yang lain sudah kumpul. Hanya saja dia masih memperhatikan teman-teman Amor bercerita tentang gadis itu.***Seseorang menepuk pundak Vicko karena hanya diam setelah beberapa saat latihan basket di lapangan tadi. Sepertinya pikiran lelaki yang sebaya dengan Rega itu masih tertuju pada gadis yang berada di sana menatapnya penuh ketakutan dan gemetar. Padahal dia tidak pernah melakukan apa pun pada gadis itu.Ketika ayahnya memarahi gadis itu, ibunya yang menyiksa gadis itu bahkan semua orang menghinanya bahkan Riana, adiknya mempermalukan gadis itu dulu di pesta ulang tahunnya yang ke tiga belas tahun dia hanya diam.Bukan dia tidak suka dengan gadis itu, hanya saja dia merasa kecewa saja. Marah? Entahlah dia tidak pernah marah kepada gadis itu karena baginya tak ada gunanya.“Vick,” panggil Rangga, “kenapa? Lu gue tepuk juga gak nyahut, eh malah asik ngelamun,” ujarnya.“Oh, bukan. Eh, gak apa-apa kok.”Rangga kembali menyelidiki Vicko, dia yakin ada yang tidak beres dengan temannya itu.“Yakin? Kok gue ngerasa gak yakin ya?”“Ehm, gue lagi bingung aja. Milihin kado buat Riana. Dia minta kado gak tau buat apa padahal ulang tahun dia masih lama beberapa bulan lagi,” dalihnya.Rangga terkekeh. “Adek loe gue jodohin sama adek gue kayanya bisa bro,” ujar Rangga bercanda.Vicko meninju lengan Rangga. “Loe bisa aja. Adek lo terlalu baik buat adek gue yang manjanya selangit.”“Gak juga. Adek gue juga banyak tingkah tapi ya gitu, sama cewek sih lumayan. Eh, gimana kita ikut anak-anak MOS buat makrab, yuk? Lumayanlah mana tau dapat adek kelas yang lumayan.”“Pikiran loe cewek mulu.” “Ya, trus apalagi dong?” tanyanya polos.“Tapi untungnya Galih gak kaya loe ya?” ucap Vicko.“Gue dari dulu bertengkar dan banyak berdebat dengan dia. Dari dulu gue cerita banyak hal ke dia. Apalagi cewek. Tapi gue gak pernah ngasih kelakuan gue gimana di luar ke dia. Dia tau sendiri hanya saja dia gak mau ikutin gue bagi gue, cukup berhasil jadi kakak Vick. Loe tau bokap kita kurang merhatiin karena mama meninggal waktu melahirkan Galih. Gue juga enggak bisa tiba-tiba nyalahin Galih gitu aja dong.” Ya, memang orang tuanya tidak sempurna apalagi waktu Galih lahir mamanya meninggal dan papa mereka kurang memperhatikan.Tapi bukan alasan buat Rangga membenci Galih. Alih-alih membenci adiknya, dia justru kecewa dengan papanya yang mengabaikan mereka dan seolah menyalahkan Galih walau dia tidak bicara.“Untungnya ada Tante Karin, mamanya Gilang. Tante Karin emang adiknya papa. Tapi dia suka sama mama yang sudah dianggap kakak dia sendiri walau umur mereka gak beda jauh. Dan kebetulan saat itu, Tante Karin juga baru melahirkan Gilang yang sudah lama diidamkan karena belum memiliki momongan walau menikah tidak jauh beda dengan papa.” “Dia senang sama Galih udah kaya anaknya sendiri. Dia aja menyayangi Galih apalagi gue yang berbagi darah yang sama. Gue kadang menyesal gak selalu ada buat adek gue. Tapi gue tau dia anak yang berbakti gak kaya gue yang selalu cari masalah buat dapat perhatian semua orang.” Rangga menjelaskan sambil sesekali melihat ekspresi temannya.Vicko tahu bagaimana kehidupan Rangga. Berat, hampir sama dengan keluarganya tapi kenapa maminya tidak bisa menerima Amor? Kenapa papanya tidak bisa mengakui anaknya? Kenapa? Ya, kenapa dia? Kenapa Riana? Kenapa harus ada kenapa dan seandainya dalam hidup ini? Terlalu banyak kata kenapa dan mengapa membuat semuanya justru harus memiliki alasan padahal gak semua harus ada alasannya.Ya, jika sudah terjadi maka terjadilah dan ke depannya lebih baik. Tapi tidak keluarganya terlalu memikirkan kehormatan sampai lupa kebahagiaan mereka semua dipertaruhkan. “Ga, temani gue ke toko buku ya!” pintanya.“For what?”“Nyari kado”“Adek loe Riana kan? Masih Riana kan?” Ya adeknya Riana tapi yang orang lain gak tahu adalah dia memiliki adik satu ayah beda ibu. Dan itu masih tetap adiknya kan? Bagaimana jika semua orang tahu keburukan keluarga ini? Mereka hanya tahu dari luar bahwa keluarga ini baik-baik saja tapi buruk di dalam.“Ya, iyalah. Kenapa?” tanyanya.“Adek loe kan gak suka buku dan sejenisnya, Bro,” kekeh Rangga.“Hem,” singkatnya. “Pokoknya temani gue aja ya!”“Oh, oke.” Rangga akhirnya hanya mengiyakan untuk menemani Vicko. Dia tidak akan bertanya lebih dalam walau mereka bersahabat. Dia akan menunggu sampai Vicko yang akan cerita sendiri....
...
@fatamorgana16,
Senin, 24 Mei 2021Pekanbaru. Riau.Setelah pengumuman tadi anak baru langsung diberikan izin untuk pulang karena besok adalah hari terakhir MOS dan langsung membawa perlengkapan untuk dibawa menginap di acara MAKRAB di sebuah Villa yang ada di Bogor dekat dengan hutan lindung.Amor yang sebenarnya malas sekali untuk ikut dalam hal begini terpaksa mengikuti tata cara dari sekolah. Dia tidak mau dicap sombong dan sebagainya padahal jelas-jelas dia hanya seorang anak beasiswa. Beasiswa bagi yang tidak mampu dan kebetulan otaknya masih mumpuni untuk itu. Dia tergesa sampai tidak sadar di depannya ada orang yang berjalan berlawanan arah dengannya.Brukk!Terbantinglah barang yang digenggamnya dan ada beberapa buku yang diberikan kakak seniornya tadi waktu lagi pengumuman."Maaf," ucapnya lalu pergi."Kamu—” Ucapan itu terhenti kala Amor mendongak melihat siapa yang dia tabrak tanpa sengaja."Emm, maaf." Lalu dia kembali menunduk."Kamu ... yang dulu itu, ‘kan?" Ka
Vicko dan Rangga akhirnya pergi membeli boneka. Tapi Vicko tahu mata itu tadi sempat menatapnya.Di mana dia tinggal sekarang? Bersama siapa? Dan bagaimana hidupnya? Ah, kenapa dia harus memikirkannya, sih? Batinnya bergelut antara ingin peduli atau tidak."Loe kenapa sih? Dari tadi melamun mulu?" sungut Rangga."Enggak ada. Perasaan loe aja kali.""Ya, justru karena perasaan gue, Bambang. Ya kalo loe pasti gak bakalan ngerasain kalo dari tadi itu loe melamun aja. Kaya orang bego tau. Kesambet loe? Gue jadi takut nih," kata Rangga mencoba berekpresi setakut mungkin. Yang ada bukan lucu atau Vicko tertawa malah Rangga kena toyoran kembali."Biar dikata gue jago berantem kalo loe kesambet gue orang pertama yang bakal nyiram loe air dan larilah pasti," tegasnya.Mendengar perkataan Rangga yang tidak masuk akal baginya, segera Vicko menoyor kepala Rangga sekali lagi."Itu tandanya loe doain gue buat kesambet!" kesalnya."Ya gak sih. Cuma jangan sa
Amor baru saja sampai di rumah kostnya. Dia melihat Bude Ani juga ada di rumah. Jangan tanya bagaimana dia tahu sebab suara Bude Ani dan suara ulekan bersamaan dia sudah hapal itu. Dia menghempaskan tubuhnya pada tempat tidur yang tidak seberapa besar tapi cukup membuatnya nyaman. Kadang kala sendiri begini, bayangan masa lalu suka muncul tak diundang di kepalanya. "Kamu," tunjuk ibunya, "pakai baju ini dan kalau bisa jangan pernah sia-siakan usahaku yang akan membawamu ke dalam keluarga kaya raya itu" ujarnya mengibaskan rambut lalu melenggang pergi. Ingatan itu lagi, lagi muncul. Lebih baik dia membantu bude dan ke panti urusannya Selesai, besok dia ikut makrab. Tidak ingin membuang waktu yang sia-sia. .......... Hari ini adalah hari terakhir Amor mengikut MOS dan juga akan mengikuti makrab ditempat yang sudah ditentukan. Ya meskipun sebenarnya ia tak ing
“Cup bangun cup, ngebo amat lo jadi orang” ucap Pras yang duduk bersebelahan dengan UcupUcup yang merasa terusik pun langsung memukul pelan mulut Pras dalam keadaan setengah sadar“Akh! Sialan lo cup, dibawa balik lagi sama ni bus mampus lo” ucap Pras kesal“Ngomong mulu loe! Gatau apa ya eke ini lagi bocan” ucap Ucup manja“Bocan bocan, iler lo banyak begini dikata bocan” ledek Pras“Gua begini begini masih cantik mirip Jennie blackpink ya Pras, Loe aja pasti kegoda kan sama eke” ucap Ucup dengan menaik naikan alisnya“Jijik gua yang ada cup... Cupp” ucap PrasIa tak membayangkan jika dirinya dan Ucup menjadi sepasang – Ah lupakan, memikirkannya saja sudah membuat nya merinding“Mor udah selese?” tanya Sere“Hah? Oh ya udah” jawab Amor“Ayo” ucap Sere“kemana?” tanya Amor polos&l
“GO UCUP GO UCUP GO!” teriak Pras dan Sera yang sudah melewati danauYa memang dari awal Ucup sudah ketakutan untuk melewati danau itu, bukan! Bukan ketakutan oleh danaunya, tapi ia hanya takut jika ada hewan hewan seperti ular didalam danau atau alir danau yang kotor, itu bisa merusak kulit perem- err lelaki maksudnya“cepetan Cup lama amat begini doang” Ucap Pras“Aduh nanti eke kenapa Napa gimana? Loe pada mau pada tanggung jawab?!” Ucap Ucup“Ga usah banyak drama deh cup, tinggal lo sendiri yang belum ya di kelompok A” ucap Pras“IHH INI TUH BUKANNYA DRAMA TAPI EKE KAN LAGI JAGA DIRI” ucap Ucup tak mau kalah“Udah cepet cup gausah alay banget, gua yang cewek aja sampe kaga kenapa Napa” Ucap Sere lelah“Iya iya deh bawel lo berdua” Ucup pun akhirnya mau tak mau melewati danau tersebut dan untungnya
“Mobil lo besok udah bisa dipake kan Vic?” Tanya Rangga“Maybe, doain aja udah” jawab Vicko seadaanyaYa kemarin saat Vicko dan Rangga berniat untuk mengunjungi siswa dan siswi baru yang sedang melakukan makrab, kendaraan mereka mengalami kendala saat ditengah perjalanan. Jadi mau tidak mau, mereka memutuskan untuk pulang terlebih dahulu dan kembali besok saat hari terakhir acara makrab saja.“Semoga dah, gua pengen banget tau nama tuh cewek” ucap RanggaVicko menoleh “Siapa yang lo maksud Rang,?” Tanya Vicko“Cewe yang kita temuin ditoko buku” UcapnyaVicko hanya mengangguk dan membiarkan temannya melakukan apapun asal tidak merepotkan nya“ngapain Na?” tanya perempuan itu seraya menepuk bahu Riana“Ngagetin aja lo, lo ngapain disini?” Tanya Riana balik“tadi gua lewat, terus liat lo disini sendi
POV Amor."Aku yang berusaha mencoba melupakannya”“Aku yang berusaha mengobati lukaku sendiri”“Aku juga yang menahan semua rasa sakit ini”“Dan aku juga yang menderita atas semua ini”“Kenapa semuanya terjadi kepada ku? Apakah memang hidupku tak akan pernah merasakan kebahagiaan?”“Kenapa aku dipertemukan lagi dengan orang yang kujauhi untuk melupakan semua penderitaan ini?”Amor terdiam mengingat bagaimana menderita nya ia dulu, hidup dengan penuh caci makian dan juga kebencian bahkan dari orang yang dia sebut ayah dan ibu. Dan lagi sekarang ia malah bertemu dengan Vicko Kaka tirinya yang selama ini ia jauhi.“Mor!” Panggil Ucup menepuk bahu kanan amor“Kamu membuatku kaget, ada apa?” Tanya amor“hehe maaf, eke kan ga sengaja mor” ucap Ucup“Lagian lo ngapain sih melamun dari tadi, ad
“Amor kau tak apa?” Tanya Rega melihat tangan Amor telah bergerakAmor siuman.“Emhh.. s-sakit” gumam AmorMeskipun hanya gumaman, tetapi telinga Rega sangat jelas mendengar bahwa Amor sedang merintih kesakitan saat ini, terbukti dari raut wajah Amor yang menunjukkan kesakitan“Bagian mana yang sakit? Aku akan bantu mengobatinya” ucap Rega“Raya tolong ambilkan minum untuk Amor” ucapnya lagiRaya mengangguk lalu mengambil segelas air dan memberikannya kepada Rega“pelan-pelan, aku akan membantumu” ucap Rega membantu amor yang akan merubah posisi berbaring nya menjadi duduk“Terimakasih” ucap Amor lalu meneguk segelas air yang diberikan Rega“Apakah ada yang membuat mu sakit?” tanya Rega tak tega melihat kondisi Amor dengan wajah yang pucat“Hanya sedikit goresan luka, tapi tak apa” jawab Amor
Sepanjang perjalanan menuju tempat yang dituju, senyuman tak pernah luntur dari bibirnya. Dia juga sesekali bersenandung serta bersiul karena bahagia. Saat hampir mendekati tempat yang dituju hatinya sangat bahagia dan rasa tak sabar ingin bertemu pun pemuda itu rasakan. Namun, semua kebahagiaannya itu langsung sirna saat melihat pemandangan yang membuatnya langsung terluka. Di depannya ada Amor yang sedang bersama pria lain dan terlihat sangat akrab. Dia hanya diam dan memperhatikan dari kejauhan dengan hati yang bercampur aduk, antara marah, terluka dan kecewa. Dia sangat kecewa karena Amor begitu dekat dengan pria berumur itu sedangkan dengan dirinya Amor malah sering menjaga jarak."Sebenernya apa yang salah dari gue Amora. Kenapa juga lo selalu menolak padahal gue hanya menawarkan pertemanan nggak lebih," lirih pemuda itu dan masih memperhatikan interaksi antara Amor dan si pria asing tersebut. "Gue Rega Hanung Brathayuda ... nggak akan pernah sudi mundur begitu aja. Gue akan ter
Kedekatan Amor dan Rega semakin berkembang setelah kejadian hari itu. Amor juga menghentikan protesannya karena merasa sangat lelah telah melarang tetapi terus diabaikan. Cacian dan makian juga masih dia terima karena kini dia semakin dekat dengan si idola sekolah, Amor juga hanya diam karena dia memang sangat tidak ingin ribut dengan orang lain."Jadi ... kalian benar-benar memiliki hubungan yang lebih?" tanya Serena dengan tatapan bertanya ke arah AMor yang sedang menikmati makan siangnya dengan santai di dalam kelas. Sejak dia semakin dekat dengan Rega, Amor sudah taklagi makan siang di kantin lagi. Dia lebih memilih berada di tempat yang sepi seperti kelasnya tersebut."Tidak.""Ah, masa iya? tapi aku melihat yang lain dari kedekatan kalian belakangan ini," sangkal Prastya yang tiba-tiba saja muncul dari arah pintu. Pemuda berpenampilan katrok itu tiba-tiba muncul dan mengalihkan atensi Serena dan juga Amor yang sedang berbincang sambil makan siang tersebut."Dari kedekatan kali
Amor diam dan terus memperhatikan Rega yang masih saja menundukkan kepalanya karena merasa sangat bersalah kepada gadis di hadapannya tersebut. Sejujurnya Rega juga tidak menyangka kalau gara-gara dia mendekati Amor malah membuat hidup gadis itu tidak tenang. Rega juga tahu semuanya yang sudah terjadi di dalam ruangan osis tadi. Bahkan, dia sendiri yang memanggil Gilang untuk segera ke ruang osis dan memberikan pembelaan sekaligus menolong Amor yang hanya diam saja meski dipermalukan.Setelah mengeluarkan beberapa kata yang sangat ingin didengar oleh Amor, Rega langsung pergi begitu saja tanpa mau menunggu jawaban apa yang akan gadis itu lontarkan. Meski Rega melangkah pergi, tetapi hatinya terus berharap supaya Amor memanggil namanya dan menghentikan langkahnya itu. Namun, ternyata yang dia inginkan hanyalah angan dan tidak bisa terwujud. Amor masih saja menganggap dirinya tidak ada dan itu membuat perasaan Rega menjadi terlukai.Sejujurnya Amor sangat ingin berbincang dengan Rega,
Amor tetap melanjutkan kegiatannya di sekolah dan melanjutkan tugasnya menjadi anggota osis. REga memang sudah tak lagi mendekatinya, tetapi pemuda itu tetap menjaga dirinya meski sedikit menjauh. "Rega benar-benar sudah menjauhimu ya?" tanya Serena dengan tiba-tiba yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya. Amor menoleh sebentar kemudian melanjutkan kembali langkahnya untuk menuju ruangan osis. "Iya, dia benar-benar sudah menepati janjinya. Tapi terkadang aku masih merasa kalau dia selalu ada setiap aku butuh bantuan." Ingatan Amor melayang pada keadian saat dia dilecehkan hari itu. Rega tiba-tiba datang dan membantu dirinya yang hanya diam meski dimaki-maki. "Itu artinya ... dia sebenarnya masih mau dekat sama kamu tapi dia juga tidak mau kalau membuatmu risih seperti saat itu," sahut Prastya, salah satu teman dekat Amor meski kelas mereka berbeda. Prastya ini juga biasanya diasingkan oleh teman-teman yang lainnya karena penampilan dia yang culun dan tidak
Rega diam dan membiarkan Amor pergi, dia tidak bisa terus memaksa Amor untuk menerima kehadirannya, tetapi dia juga tidak bisa kalau harus tetap membiarkan Amor takmenerima kehadirannya. Namun, kini Rega harus membiarkan gadis itu sendiri dulu dan dia akan kembali mendekati kalau keadaan Amor sudah jauh lebih baik. Setelah kejadian sore itu, Amor mulai merasakan ketenangan kembali menghampiri kehidupannya. Tatapan-tatapan esal teman-temannya kini tak lagi tertuju padanya karena dia dan Rega sudah tidak dekat seperti dahulu. Amor enang karena akhirnya hidupnya kembali tenang tanp gangguan siapapun lagi, termasuk Rega sebagai biang masalah dalam hidupnya. "Kan, apa gue bilang. Mereka itu nggak ada hubungan dan nggak akan pernah memiliki hubungan karena Rega nggak pernah cocok sama dia." "Ya, memang seharusnya begitu kan. Dia nggak pantes bersanding sama bintang sekolah kayak Rega, kalaupun mereka pernah dekat gue yakinnya sih pasti dia main dukun." "Wah, iya bener. K
"Sudah mama bilang, belajar yang benar kenapa malah bermain-main. Kamu memang selalu merepotkan dan bisanya hanya membuat masalah saja." Mama Amor benar-benar marah dan menghajar gadis itu dengan berbagai caci dan makian yang tak pantas diucapkan oleh seorang ibu. Dia sangat kecewa dan sang anak yang menurutnya sudah membawa sial sejak lahir "Maaf, Ma. Amor tidak bermaksud melakukan itu semua, Amor ...." "Kau memang anak yang tidak bisa diandalkan. Hanya bisa membuat malu keluarga saja dan tidak bisa membanggakan." Mama Amor menatap gadis itu dengan sangat tajam, menunjukkan kalau dia benar-benar tidak suka dengan yang sudah sang anak lakukan." "Apa salahku, Ma? kenapa Mama bersikap seperti ini. Apa yang sudah kulakukan," lirih Amor sambil menangis, tetapi sama sekali tidak dipedulikan oleh sang ibu. Bagi wanita yang tak lagi muda itu air mata Amor sama sekali tidak ada gunanya, justru membuatnya semakin muak kepada gadis itu sendiri. "Pergi dari hadapanku sekarang juga, dasar ana
Tepat sepulang sekolah Amor langsung bergegas melakukan pekerjaan barunya menjaga sebuah minimarket dsn mengabaikan rapat osis yang seharusnya dia hadiri sebagai salah satu anggota osis tersebut. Ya, alasannya bukan hanya karena pekerjaan barunya, tetapi juga karena Amor tidak menyukai lingkup yang ramai dan berbaur dengan banyak orang."Hallo, Amor. Wah, kau bersemangat sekali ya, jam segini sudah datang aja," sapa Jeje yang baru saja datang dan cukup terkejut saat melihat Amor sudah berada di minimarket lebih awal."Iya, Je. Kebetulan sepulang sekolah tidak ada kegiatan, daripada bersantai di rumah lebih baik aku datang saja ke sini." Amor menjawab sambil merapihkan beberapa barang yang berantakan."Okeh, aku mau ganti baju dulu."Amor hanya membalas dengan deheman dan kembali melanjutkan beres-beresnya yang belum rampung. Pekerjaan pertamanya membuat dia harus bekerja dengan sangat baik supaya tante Lala tidak kecewa akan kinerja dirinya. Amor sangat membutuhkan pekerjaan itu jadi
Destinasi yang dipilih untuk study tour kali ini adalah pantai yang berada di utara pulau Jawa. Setelah menempuh kurang lebih tiga jam perjalanan, akhirnya rombongan mereka pun sampai. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Satya tadi, sebelum turun dari bus, masing-masing panitia harus mengabsen para anak-anak. Setelahnya, mereka diperkenankan untuk turun dan berkumpul di tempat terbuka. “Wah, gileee, keren banget nih pantainya.” Ucup berseru kegirangan sambil membenarkan posisi topi pantai yang dia kenakan. Sementara Sere dan Pras juga sama kagumnya melihat keindahan yang ada di depan mereka. Maklum, otak mereka sudah terlampau lelah akibat keseringan belajar di sekolah.”“Eh, Amor gemana? Apa dia nantinya bakal bareng anak OSIS terus?” tiba-tiba Sere bertanya pada kedua temannya dengan raut sedih. “Itu kan wajar, Ser. Lagi pula dia kan sekarang anggota OSIS. Ngga papa lah, demi masa depannya juga,” kata Pras menenangkan. “Iya, nih. Harusnya kita bangga sama Amor ka
Hari keberangkatan untuk acara study tour pun tiba. Anak-anak sudah bersiap dengan bawaannya masing-masing sedari pagi, menunggu bus datang dengan dada berdebar saking tidak sabarnya. Ini juga merupakan hari yang dinanti-nanti oleh tiga sekawan itu, Ucup, Serena, dan Pras. Mereka bahkan sudah tiba di sini sejak satu jam yang lalu. Apalagi Ucup yang heboh dengan barang bawaannya.“Woy, kalian! Tolongin eke dong, ah,” ujar Ucup pada kedua temannya. Dia tampak kesusahan dengan dua buah koper dan satu tas jinjing berisi makanan, satu tas punggung berisi alat make up. “Tolonhin dong, Ser! Lu ngga liat ini eke keberatan?!”Sere yang disuruh pun hanya melotot pada Ucup. “Lagian lo aneh-aneh aja. Ini kan cuma study tour, Cup. Cuma beberapa hari doang, malah sehari doang kali. Lu ngapain pake bawa-bawa barang sebanyak itu?” “Iya, nih. Sebetulnya lu bawa apaan aja si, Cup?” Pras yang ada di sampingnya pun ikut bertanya. “Hello, teman-teman, lu pada ngga tau ya? Nih eke