Setelah pengumuman tadi anak baru langsung diberikan izin untuk pulang karena besok adalah hari terakhir MOS dan langsung membawa perlengkapan untuk dibawa menginap di acara MAKRAB di sebuah Villa yang ada di Bogor dekat dengan hutan lindung.
Amor yang sebenarnya malas sekali untuk ikut dalam hal begini terpaksa mengikuti tata cara dari sekolah. Dia tidak mau dicap sombong dan sebagainya padahal jelas-jelas dia hanya seorang anak beasiswa. Beasiswa bagi yang tidak mampu dan kebetulan otaknya masih mumpuni untuk itu. Dia tergesa sampai tidak sadar di depannya ada orang yang berjalan berlawanan arah dengannya.Brukk!Terbantinglah barang yang digenggamnya dan ada beberapa buku yang diberikan kakak seniornya tadi waktu lagi pengumuman."Maaf," ucapnya lalu pergi."Kamu—” Ucapan itu terhenti kala Amor mendongak melihat siapa yang dia tabrak tanpa sengaja. "Emm, maaf." Lalu dia kembali menunduk."Kamu ... yang dulu itu, ‘kan?" Kalimat tanya yang menggantung membuatnya bingung."Maaf, Kak. Salah orang," katanya.Tapi belum sempat dia menjauh lengannya ditahan. "Gak mungkin gue salah orang. Gue liat bener-bener, kok,” batinnyabatinnya.“Kamu yang pernah berada di rumah Vicko? Sekitar 3 tahun lalu aku melihatmu di sana. Tapi Riana bilang kamu anak pembantunya," ucapnya perlahan.Sejenak Amor memandang Rangga, ya orang itu adalah Rangga. Rangga orang yang dulu memberinya kue tapi malah dihancurkan Riana. Dia hanya memakan satu dan yang lain diberikan pada kucing peliharaan Riana."Maaf. Salah orang." Lalu dia pergi begitu saja.Rangga mengamati punggungnya sampai menghilang dan dia benar-benar yakin tidak salah orang. "Gue yakin gak salah orang kok." Feelingnya mengatakan begitu. "Kalau salah orang tidak mungkin dia bertahan beberapa saat mencoba mengingat dan mengamati gue, pasti itu dia. Siapa namanya?""Ngapain lo? Bicara sendiri kaya orang gak waras." Tiba-tiba Vicko datang dari arah belakangnya."Eh, ngagetin aja. Gak apa-apa. Gue cuma kebetulan ketemu sama orang yang kayanya loe kenal juga deh," ucapnya,"Siapa?""Gue gak ingat namanya. Tapi pernah ketemu di rumah loe dulu." Rangga mengangkat bahu."Hmm, cantik dia. Dulu juga dia manis, sih." Rangga bergumam."Loe suka sama asisten gue?" Perkataan Vicko sukses membuat Rangga menyemburkan tawa sekaligus kesal."Ya, enggak lah. Enak aja loe!""Sekate aja loe. Gue suka sama asisten loe yang separuh umur dari kita?""Kali aja. Ayo, nanti kelamaan," ajak Vicko"Ko?" panggil Rangga. "Ya?""Yakin loe mau ke toko buku?”"Ya iyalah jadi. Gue serius ini""Kenapa sih?”"Gak ada. Gue cuma ngerasa kalo loe itu lagi membiarkan pikiran loe untuk tidak berhenti di satu titik. Semacam pengalihan sih. Itu menurut gue, loe gak usah merasa gak enak kalau emang belom pengen cerita ya, it's okay aja."Seketika itu pula Vicko melihat Rangga dengan saksama. Entah memang Rangga cenayang atau sekedar menebak saja apa yang dipikirkannya sampai dia tahu bahwa Vicko memiliki pikiran lain yang sedang berkecamuk dalam kepalanya."Ekkemm.” Rangga berdeham.Vicko yang semula menatap Rangga mengalihkan pandangan sampai dia menemukan siluet seseorang lagi di sana berbicara dengan orang yang dia kenal juga."Tadi ngeliatin gue. Sampai gue takut loe sukajuga. Kan gak lucu ya, Ko, kalau tiba-tiba ada headline 'SAHABAT SEJATI. SEGITU CINTANYA SAMPAI VICKO MEMBERIKAN TATAPAN PENUH CINTA KEPADA RANGGA.’ Gue geli sendiri ih," ujar Rangga menekan setiap kata yang membuatnya geli sebenarnya."Enak aja loe. Eh, kita beli boneka juga buku. Dan besok kita harus ikut untuk anak darmawisata yang merayakan junior buat MAKRAB.”"Lu demam ya?" Rangga benar-benar heran dengan sahabatnya ini. Entah apa yang merasukinya dia juga tidak tau. "Gue melakukan hal baik lu bilang gue lagi kesambet. Pas gue jelek lu bilang 'kapan benernya sih?’ Gue kaya ngerasa berdosa banget deh." Vicko berkata sambil memicingkan sebelah matanya tanda kesal. "Ya gak gitu juga sih. Loe habisnya kalau iseng kadang keterlaluan sih. Ya masa si kacamata loe gangguin sampe dia nangis kejer hanya karena mood lo lagi turun Vick. Dan itu gak bener dong""Ya elah, emang dia aja yang cengeng. Lagian kaya hidup loe bener aja sih," selanya."Hidup gue emang belum tentu bener, cuma—" Perkataanya langsung dipotong oleh Vicko, "Bukan belum tentu. Emang gak bener," tekannya."Ckckckck, gue tau bahkan sadar hidup gue gak bener. Tapi bukan berarti gue membenarkan apa yang orang lain buat juga. Gue emang gak bener setidaknya gue gak nyusahin dan buat orang lain jadi memaki gue selain bokap gue sendiri""Sama aja, Bambang.""Beda dong!" Mereka berdebat sampai mereka tidak sadar bahwa toko buku yang akan mereka datangi hampir saja terlewat."Gue berasa jadi calon profesor yang lagi ada tugas buat analisa toko buku, deh." "Lu pikir loe doang yang kaya gitu? Gue juga. Tapi ya kita beli buku apa ya?" tanyanya berpikir, sampai Rangga menoyor kepalanya."Lu pikir gue tau? Ya elah, Vick, udah deh kita gak bakat jadi anak kutu buku kenapa harus ke toko buku sih?" "Loe bisa diam aja gak sih? Gue lagi milah-milih buku nih.""Emang loe mau beli buku apa sih?""Gak tau. Tapi biasa dia suka baca tentang ensiklopedia dan atlana, tentang luar angkasa dan sebagainya," ucapnya pelan."Lu lagi bicarain siapa sih, Vick?""Ha? Ah, gue bilang apa sih barusan?""Aneh loe. Lama-lama gue takut temenan sama loe.""Anjrit. Loe kata gue aploe"Ya udah loe pilih dulu deh. Gue mau ke toilet sekalian ada keperluan sebentar""Jangan lama-lama ya!""Iye. Ya elah, kayak gue ini cinta sehidup semati loe aja. Takut banget gue tinggalin.""Najis! Ogah gue. Maksud gue kalo loe lama gue tinggal ini." "Bilang aja loe ga pede sendirian di toko buku? Ya lagian, seorang Vicko Leonardth lagi milih buku? Mau jadi dosen yang baik loe? Ha-Ha-Ha." Rangga tertawa puas mengejek Vicko sambil berlalu.Vicko yang sendirian setelah ditinggal Rangga menjadi kikuk sendiri. Dia sebenarnya tidak tahu buku apa yang akan dia pilih tapi dia punya feeling yang tepat untuk itu semua. Entah bagaimana caranya akhirnya dia membelikan ensiklopedia dan tentang galaksi antariksa serta satu buku tentang psikologi dan psioterapy. Entah keyakinan apa yang dipercayainya sehingga dia begitu yakin benar-benar yakin bahwa Amor akan menyukai buku-buku itu.Setelah ini bagaimana caranya dia memberikan buku ini kepada orang yang bersangkutan? Jika dirinya bahkan tidak tahu di mana Amor tinggal. Selama ini dia menutup mata dengan yang terjadi di rumah, bukan dia tidak mempersalahkan siapa pun dalam hal ini. Dia hanya bingung dan benar adanya bahwa dilema lebih sulit dari pada berbuat jahat sekalipun."Udah?" Rangga tiba-tiba datang dan menepuk pundaknya."Udah, gue bayar dulu ya." Rangga hanya mengangguk. Ketika Vicko pergi Rangga menatap satu persatu sampai matanya menemukan wanita itu lagi. Wanita yang tadi pagi tanpa sengaja ditabraknya dan sekarang bertemu lagi. Akhirnya dia memberanikan diri untuk menyapa wanita itu."Hai!" sapanya melambaikan satu ttangannyaAmor yang sedang melihat lihat harga buku yang akan dia beli terkejut ketika Rangga di depannya. Mencoba tenang dengan mulai melirik kanan-kiri melihat siapa saja yang ada di ruangan ini dan siapa yang bersama Rangga."Kenapa? Aku gak sendiri, ada sama temen lagi bayar buku. Kamu kenal kan sama aku?" Rangga terus berbicara bahkan tanpa ditanya dan disuruh. Amor yang ditanya hanya menggeleng, sampai Vicko memanggil Rangga. Karena Amor mengenali suara itu dia langsung membalikkan badannya. "Hai, tunggu! Siapa namamu?" Bahkan ketika Rangga memanggilnya dia tetap kekeh dan berpura-pura tak mendengar."Loe lagi manggilin siapa sih?" Vicko datang dan heran dengan kelakuan Rangga."Itu!” Dia menunjuk ke arah wanita itu. "Gue kenal dia karena pernah ketemu di rumah loe. Tapi ga tau siapa namanya," ujarnya."Siapa?" tanya Vicko yang juga melihat ke arah yang ditunjuk Rangga. Namun, karena perempuan itu membelakangi mereka pada akhirnya dia hanya melihat punggungnya saja.Punggung yang kokoh tapi juga rapuh. Dia seperti mengenal punggung itu tapi dia tidak mau percaya bahwa dialah orangnya.“Ah, gagal lagi deh gue mau kenalan sama dia," sesal Rangga."Kalau emang berjodoh pasti ketemu lagi," ujar Vicko."Yuk, mana tau besok gue bisa ketemu sama dia. Soalnya dia satu sekolah sama kita," katanya. "Eh, dia kan junior. Otomatis pasti ikut besok dalam tour untuk MAKRAB siswi baru. Kita buntututi aja yok?" usul Rangga. Vicko yang mendengar sih ya geleng-geleng saja. Idenya boleh hanya saja begitu banyak siswi masa harus dibuntuti satu-satu. Yang benar saja, pikirnya."Vick?" panggil Rangga."Ya?" sahutnya."Gimana?" "Apanya?""Ya elah, gimana kalau kita besok ikut di bus buat junior?" "Gak usah ngada-ngada, belum tentu kita satu bus sama dia. Kan banyak sih siswa-siswi junior, Rangga. Gak usah makin aneh deh,” ujarnya, "udah ayo, kita ke toko boneka!" ajaknya menarik leher Rangga.Ketika mereka keluar tanpa sengaja Vicko melihat siluet itu dan terus memandangnya sampai yang dilihat pun membalik badan. Entah karena dia merasa diperhatikan atau memang ingin membalikkan badan mata mereka bersitatap sampai Amor memutuskan kontak lebih dulu.Namun, ketika dia ingin berlalu suara Rangga memecah keheningan, “Nah, itu dia," katanya. "Hei! Siapa namamu?" panggilnya.Seorang petugas toko buku akhirnya membuka suara setelah melihat dari tadi Rangga ribut memanggil seseorang."Maaf, Bapak-bapak. Jangan ribut, ini toko buku, ada juga yang ingin membaca. Bukan cuma suara kalian yang ingin didengar.""Iya, maaf ya, Mbak." Vicko yang tidak enak langsung menarik lengan Rangga."Buat malu aja loe!" Setelah di luar dia mengomeli Rangga."Kaya gak pernah ketemu orang aja sih. Lagian ya, ini toko buku bukan club malam, RANGGA!" katanya dalam setiap kata menyebut nama rangga ada penekanan dalam setiap hhurufnya"Ya maaf." Rangga hanya nyengir tanpa rasa berdosa sudah membuat Vicko malu."Emang siapa sih?" tanya Vicko pura-pura tidak tahu."Loe gak kenal? Itu kan dia dulu pernah tinggal di rumah loe. Kata Riana anaknya asisten loe. Dia yang gue bilang manis, Vick. Udah besar ya dia sekarang, dulu kayanya masih anak-anak banget. Palingan umur 11-12 tahun deh," ujarnya menerawang ketika pertama kali dia bertemu Amor."Gue pengen nanya namanya. Waktu tadi pagi gue juga hampir bersinggungan sama dia pas jalan. Gak sengaja nabrak gue. Gue tanya nama dia bilang salah orang." "Kayanya dia menutup identitasnya dari luar deh. Dia takut gitu ketahuan jadi anak asisten di rumah loe? Kayanya gak sih ya, ada yang disembunyiin gitu gak sih?”Vicko hanya terdiam mendengar semua perkataan dan pertanyaan Rangga yang tidak bisa dia jawab. Ya gadis itu Amor, adik tirinya. Beda ibu satu ayah. Jangan! Jangan sampai ada yang tahu bahwa Amor adalah adik beda ibu dengannya dan Riana."Loe beneran ga kenal?”"Ha? Ah, gak lah, Ga. Mana gue kenal semua orang yang bekerja jadi asisten di rumah gue, eh, bokap gue. Saudara gue dari bokap aja gak semua gue kenal. Dari nyokap juga gak semua. Palingan dari bokap hanya beberapa. Apalagi asisten sampai anaknya." Mencoba berdalih agar tak diketahui oleh siapa pun.Itu lebih baik, batin Vicko. Tidak perlu ada yang tahu bahwa keluarganya sudah bobrok dari dulu. Istilahnya rusak yang lumayan parah. Sekarang pun ketika Amor tidak di rumah itu lagi ayah ibunya tidak membaik. Ibunya hanya menjalankan peran ketika ayahnya kedatangan tamu. Begitu pun ayahnya yang sebenarnya tidak pernah ada cinta kepada ibunya. Tatapan itu terlihat, bahkan kepada ibu Amor atau yang mengaku ibu Amor pun tidak ada tatapan itu.Lalu pada siapa sebenarnya cinta ayahnya selama ini? ......@Fatamorgana16,Rabu, 02 Juni 2021Pelalawan. RiauVicko dan Rangga akhirnya pergi membeli boneka. Tapi Vicko tahu mata itu tadi sempat menatapnya.Di mana dia tinggal sekarang? Bersama siapa? Dan bagaimana hidupnya? Ah, kenapa dia harus memikirkannya, sih? Batinnya bergelut antara ingin peduli atau tidak."Loe kenapa sih? Dari tadi melamun mulu?" sungut Rangga."Enggak ada. Perasaan loe aja kali.""Ya, justru karena perasaan gue, Bambang. Ya kalo loe pasti gak bakalan ngerasain kalo dari tadi itu loe melamun aja. Kaya orang bego tau. Kesambet loe? Gue jadi takut nih," kata Rangga mencoba berekpresi setakut mungkin. Yang ada bukan lucu atau Vicko tertawa malah Rangga kena toyoran kembali."Biar dikata gue jago berantem kalo loe kesambet gue orang pertama yang bakal nyiram loe air dan larilah pasti," tegasnya.Mendengar perkataan Rangga yang tidak masuk akal baginya, segera Vicko menoyor kepala Rangga sekali lagi."Itu tandanya loe doain gue buat kesambet!" kesalnya."Ya gak sih. Cuma jangan sa
Amor baru saja sampai di rumah kostnya. Dia melihat Bude Ani juga ada di rumah. Jangan tanya bagaimana dia tahu sebab suara Bude Ani dan suara ulekan bersamaan dia sudah hapal itu. Dia menghempaskan tubuhnya pada tempat tidur yang tidak seberapa besar tapi cukup membuatnya nyaman. Kadang kala sendiri begini, bayangan masa lalu suka muncul tak diundang di kepalanya. "Kamu," tunjuk ibunya, "pakai baju ini dan kalau bisa jangan pernah sia-siakan usahaku yang akan membawamu ke dalam keluarga kaya raya itu" ujarnya mengibaskan rambut lalu melenggang pergi. Ingatan itu lagi, lagi muncul. Lebih baik dia membantu bude dan ke panti urusannya Selesai, besok dia ikut makrab. Tidak ingin membuang waktu yang sia-sia. .......... Hari ini adalah hari terakhir Amor mengikut MOS dan juga akan mengikuti makrab ditempat yang sudah ditentukan. Ya meskipun sebenarnya ia tak ing
“Cup bangun cup, ngebo amat lo jadi orang” ucap Pras yang duduk bersebelahan dengan UcupUcup yang merasa terusik pun langsung memukul pelan mulut Pras dalam keadaan setengah sadar“Akh! Sialan lo cup, dibawa balik lagi sama ni bus mampus lo” ucap Pras kesal“Ngomong mulu loe! Gatau apa ya eke ini lagi bocan” ucap Ucup manja“Bocan bocan, iler lo banyak begini dikata bocan” ledek Pras“Gua begini begini masih cantik mirip Jennie blackpink ya Pras, Loe aja pasti kegoda kan sama eke” ucap Ucup dengan menaik naikan alisnya“Jijik gua yang ada cup... Cupp” ucap PrasIa tak membayangkan jika dirinya dan Ucup menjadi sepasang – Ah lupakan, memikirkannya saja sudah membuat nya merinding“Mor udah selese?” tanya Sere“Hah? Oh ya udah” jawab Amor“Ayo” ucap Sere“kemana?” tanya Amor polos&l
“GO UCUP GO UCUP GO!” teriak Pras dan Sera yang sudah melewati danauYa memang dari awal Ucup sudah ketakutan untuk melewati danau itu, bukan! Bukan ketakutan oleh danaunya, tapi ia hanya takut jika ada hewan hewan seperti ular didalam danau atau alir danau yang kotor, itu bisa merusak kulit perem- err lelaki maksudnya“cepetan Cup lama amat begini doang” Ucap Pras“Aduh nanti eke kenapa Napa gimana? Loe pada mau pada tanggung jawab?!” Ucap Ucup“Ga usah banyak drama deh cup, tinggal lo sendiri yang belum ya di kelompok A” ucap Pras“IHH INI TUH BUKANNYA DRAMA TAPI EKE KAN LAGI JAGA DIRI” ucap Ucup tak mau kalah“Udah cepet cup gausah alay banget, gua yang cewek aja sampe kaga kenapa Napa” Ucap Sere lelah“Iya iya deh bawel lo berdua” Ucup pun akhirnya mau tak mau melewati danau tersebut dan untungnya
“Mobil lo besok udah bisa dipake kan Vic?” Tanya Rangga“Maybe, doain aja udah” jawab Vicko seadaanyaYa kemarin saat Vicko dan Rangga berniat untuk mengunjungi siswa dan siswi baru yang sedang melakukan makrab, kendaraan mereka mengalami kendala saat ditengah perjalanan. Jadi mau tidak mau, mereka memutuskan untuk pulang terlebih dahulu dan kembali besok saat hari terakhir acara makrab saja.“Semoga dah, gua pengen banget tau nama tuh cewek” ucap RanggaVicko menoleh “Siapa yang lo maksud Rang,?” Tanya Vicko“Cewe yang kita temuin ditoko buku” UcapnyaVicko hanya mengangguk dan membiarkan temannya melakukan apapun asal tidak merepotkan nya“ngapain Na?” tanya perempuan itu seraya menepuk bahu Riana“Ngagetin aja lo, lo ngapain disini?” Tanya Riana balik“tadi gua lewat, terus liat lo disini sendi
POV Amor."Aku yang berusaha mencoba melupakannya”“Aku yang berusaha mengobati lukaku sendiri”“Aku juga yang menahan semua rasa sakit ini”“Dan aku juga yang menderita atas semua ini”“Kenapa semuanya terjadi kepada ku? Apakah memang hidupku tak akan pernah merasakan kebahagiaan?”“Kenapa aku dipertemukan lagi dengan orang yang kujauhi untuk melupakan semua penderitaan ini?”Amor terdiam mengingat bagaimana menderita nya ia dulu, hidup dengan penuh caci makian dan juga kebencian bahkan dari orang yang dia sebut ayah dan ibu. Dan lagi sekarang ia malah bertemu dengan Vicko Kaka tirinya yang selama ini ia jauhi.“Mor!” Panggil Ucup menepuk bahu kanan amor“Kamu membuatku kaget, ada apa?” Tanya amor“hehe maaf, eke kan ga sengaja mor” ucap Ucup“Lagian lo ngapain sih melamun dari tadi, ad
“Amor kau tak apa?” Tanya Rega melihat tangan Amor telah bergerakAmor siuman.“Emhh.. s-sakit” gumam AmorMeskipun hanya gumaman, tetapi telinga Rega sangat jelas mendengar bahwa Amor sedang merintih kesakitan saat ini, terbukti dari raut wajah Amor yang menunjukkan kesakitan“Bagian mana yang sakit? Aku akan bantu mengobatinya” ucap Rega“Raya tolong ambilkan minum untuk Amor” ucapnya lagiRaya mengangguk lalu mengambil segelas air dan memberikannya kepada Rega“pelan-pelan, aku akan membantumu” ucap Rega membantu amor yang akan merubah posisi berbaring nya menjadi duduk“Terimakasih” ucap Amor lalu meneguk segelas air yang diberikan Rega“Apakah ada yang membuat mu sakit?” tanya Rega tak tega melihat kondisi Amor dengan wajah yang pucat“Hanya sedikit goresan luka, tapi tak apa” jawab Amor
___“Apakah kau yakin jika sudah baikan nak? Jika belum, istirahat lah dan kembali esok bersekolah” Tanya Bu YantiAmor mengangguk “Sudah kok, tenang saja ya” ucap nya tersenyum“Baiklah, hati-hati diperjalanan dan jangan lupa makan dengan baik” ucap Bu Yanti“Terimakasih” ucap Amor lalu berpamitan untuk pergi ke sekolah Ya. Saat amor terjatuh dari jurang, sebenarnya Bu Yanti sudah mengetahuinya karna Amor sempat menelpon Bu Yanti untuk memberitahukan kabarnya. Tetapi saat Bu Yanti mengatakan bahwa ia ingin menyusul kesana, amor tidak mengijinkannya dan mengatakan ia akan pulang cepat. Oleh karena itu sebagai gantinya Bu Yanti menyuruh amor menginap ditempat nya sampai ia pulih saat kembali dari acara makrab, dan disetujui oleh Amor.Sesampainya di sekolah, amor langsung masuk kelas dan membaca buku pelajaran untuk menunggu bel pelajaran dimulai“AMORR!&rdq
Sepanjang perjalanan menuju tempat yang dituju, senyuman tak pernah luntur dari bibirnya. Dia juga sesekali bersenandung serta bersiul karena bahagia. Saat hampir mendekati tempat yang dituju hatinya sangat bahagia dan rasa tak sabar ingin bertemu pun pemuda itu rasakan. Namun, semua kebahagiaannya itu langsung sirna saat melihat pemandangan yang membuatnya langsung terluka. Di depannya ada Amor yang sedang bersama pria lain dan terlihat sangat akrab. Dia hanya diam dan memperhatikan dari kejauhan dengan hati yang bercampur aduk, antara marah, terluka dan kecewa. Dia sangat kecewa karena Amor begitu dekat dengan pria berumur itu sedangkan dengan dirinya Amor malah sering menjaga jarak."Sebenernya apa yang salah dari gue Amora. Kenapa juga lo selalu menolak padahal gue hanya menawarkan pertemanan nggak lebih," lirih pemuda itu dan masih memperhatikan interaksi antara Amor dan si pria asing tersebut. "Gue Rega Hanung Brathayuda ... nggak akan pernah sudi mundur begitu aja. Gue akan ter
Kedekatan Amor dan Rega semakin berkembang setelah kejadian hari itu. Amor juga menghentikan protesannya karena merasa sangat lelah telah melarang tetapi terus diabaikan. Cacian dan makian juga masih dia terima karena kini dia semakin dekat dengan si idola sekolah, Amor juga hanya diam karena dia memang sangat tidak ingin ribut dengan orang lain."Jadi ... kalian benar-benar memiliki hubungan yang lebih?" tanya Serena dengan tatapan bertanya ke arah AMor yang sedang menikmati makan siangnya dengan santai di dalam kelas. Sejak dia semakin dekat dengan Rega, Amor sudah taklagi makan siang di kantin lagi. Dia lebih memilih berada di tempat yang sepi seperti kelasnya tersebut."Tidak.""Ah, masa iya? tapi aku melihat yang lain dari kedekatan kalian belakangan ini," sangkal Prastya yang tiba-tiba saja muncul dari arah pintu. Pemuda berpenampilan katrok itu tiba-tiba muncul dan mengalihkan atensi Serena dan juga Amor yang sedang berbincang sambil makan siang tersebut."Dari kedekatan kali
Amor diam dan terus memperhatikan Rega yang masih saja menundukkan kepalanya karena merasa sangat bersalah kepada gadis di hadapannya tersebut. Sejujurnya Rega juga tidak menyangka kalau gara-gara dia mendekati Amor malah membuat hidup gadis itu tidak tenang. Rega juga tahu semuanya yang sudah terjadi di dalam ruangan osis tadi. Bahkan, dia sendiri yang memanggil Gilang untuk segera ke ruang osis dan memberikan pembelaan sekaligus menolong Amor yang hanya diam saja meski dipermalukan.Setelah mengeluarkan beberapa kata yang sangat ingin didengar oleh Amor, Rega langsung pergi begitu saja tanpa mau menunggu jawaban apa yang akan gadis itu lontarkan. Meski Rega melangkah pergi, tetapi hatinya terus berharap supaya Amor memanggil namanya dan menghentikan langkahnya itu. Namun, ternyata yang dia inginkan hanyalah angan dan tidak bisa terwujud. Amor masih saja menganggap dirinya tidak ada dan itu membuat perasaan Rega menjadi terlukai.Sejujurnya Amor sangat ingin berbincang dengan Rega,
Amor tetap melanjutkan kegiatannya di sekolah dan melanjutkan tugasnya menjadi anggota osis. REga memang sudah tak lagi mendekatinya, tetapi pemuda itu tetap menjaga dirinya meski sedikit menjauh. "Rega benar-benar sudah menjauhimu ya?" tanya Serena dengan tiba-tiba yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya. Amor menoleh sebentar kemudian melanjutkan kembali langkahnya untuk menuju ruangan osis. "Iya, dia benar-benar sudah menepati janjinya. Tapi terkadang aku masih merasa kalau dia selalu ada setiap aku butuh bantuan." Ingatan Amor melayang pada keadian saat dia dilecehkan hari itu. Rega tiba-tiba datang dan membantu dirinya yang hanya diam meski dimaki-maki. "Itu artinya ... dia sebenarnya masih mau dekat sama kamu tapi dia juga tidak mau kalau membuatmu risih seperti saat itu," sahut Prastya, salah satu teman dekat Amor meski kelas mereka berbeda. Prastya ini juga biasanya diasingkan oleh teman-teman yang lainnya karena penampilan dia yang culun dan tidak
Rega diam dan membiarkan Amor pergi, dia tidak bisa terus memaksa Amor untuk menerima kehadirannya, tetapi dia juga tidak bisa kalau harus tetap membiarkan Amor takmenerima kehadirannya. Namun, kini Rega harus membiarkan gadis itu sendiri dulu dan dia akan kembali mendekati kalau keadaan Amor sudah jauh lebih baik. Setelah kejadian sore itu, Amor mulai merasakan ketenangan kembali menghampiri kehidupannya. Tatapan-tatapan esal teman-temannya kini tak lagi tertuju padanya karena dia dan Rega sudah tidak dekat seperti dahulu. Amor enang karena akhirnya hidupnya kembali tenang tanp gangguan siapapun lagi, termasuk Rega sebagai biang masalah dalam hidupnya. "Kan, apa gue bilang. Mereka itu nggak ada hubungan dan nggak akan pernah memiliki hubungan karena Rega nggak pernah cocok sama dia." "Ya, memang seharusnya begitu kan. Dia nggak pantes bersanding sama bintang sekolah kayak Rega, kalaupun mereka pernah dekat gue yakinnya sih pasti dia main dukun." "Wah, iya bener. K
"Sudah mama bilang, belajar yang benar kenapa malah bermain-main. Kamu memang selalu merepotkan dan bisanya hanya membuat masalah saja." Mama Amor benar-benar marah dan menghajar gadis itu dengan berbagai caci dan makian yang tak pantas diucapkan oleh seorang ibu. Dia sangat kecewa dan sang anak yang menurutnya sudah membawa sial sejak lahir "Maaf, Ma. Amor tidak bermaksud melakukan itu semua, Amor ...." "Kau memang anak yang tidak bisa diandalkan. Hanya bisa membuat malu keluarga saja dan tidak bisa membanggakan." Mama Amor menatap gadis itu dengan sangat tajam, menunjukkan kalau dia benar-benar tidak suka dengan yang sudah sang anak lakukan." "Apa salahku, Ma? kenapa Mama bersikap seperti ini. Apa yang sudah kulakukan," lirih Amor sambil menangis, tetapi sama sekali tidak dipedulikan oleh sang ibu. Bagi wanita yang tak lagi muda itu air mata Amor sama sekali tidak ada gunanya, justru membuatnya semakin muak kepada gadis itu sendiri. "Pergi dari hadapanku sekarang juga, dasar ana
Tepat sepulang sekolah Amor langsung bergegas melakukan pekerjaan barunya menjaga sebuah minimarket dsn mengabaikan rapat osis yang seharusnya dia hadiri sebagai salah satu anggota osis tersebut. Ya, alasannya bukan hanya karena pekerjaan barunya, tetapi juga karena Amor tidak menyukai lingkup yang ramai dan berbaur dengan banyak orang."Hallo, Amor. Wah, kau bersemangat sekali ya, jam segini sudah datang aja," sapa Jeje yang baru saja datang dan cukup terkejut saat melihat Amor sudah berada di minimarket lebih awal."Iya, Je. Kebetulan sepulang sekolah tidak ada kegiatan, daripada bersantai di rumah lebih baik aku datang saja ke sini." Amor menjawab sambil merapihkan beberapa barang yang berantakan."Okeh, aku mau ganti baju dulu."Amor hanya membalas dengan deheman dan kembali melanjutkan beres-beresnya yang belum rampung. Pekerjaan pertamanya membuat dia harus bekerja dengan sangat baik supaya tante Lala tidak kecewa akan kinerja dirinya. Amor sangat membutuhkan pekerjaan itu jadi
Destinasi yang dipilih untuk study tour kali ini adalah pantai yang berada di utara pulau Jawa. Setelah menempuh kurang lebih tiga jam perjalanan, akhirnya rombongan mereka pun sampai. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Satya tadi, sebelum turun dari bus, masing-masing panitia harus mengabsen para anak-anak. Setelahnya, mereka diperkenankan untuk turun dan berkumpul di tempat terbuka. “Wah, gileee, keren banget nih pantainya.” Ucup berseru kegirangan sambil membenarkan posisi topi pantai yang dia kenakan. Sementara Sere dan Pras juga sama kagumnya melihat keindahan yang ada di depan mereka. Maklum, otak mereka sudah terlampau lelah akibat keseringan belajar di sekolah.”“Eh, Amor gemana? Apa dia nantinya bakal bareng anak OSIS terus?” tiba-tiba Sere bertanya pada kedua temannya dengan raut sedih. “Itu kan wajar, Ser. Lagi pula dia kan sekarang anggota OSIS. Ngga papa lah, demi masa depannya juga,” kata Pras menenangkan. “Iya, nih. Harusnya kita bangga sama Amor ka
Hari keberangkatan untuk acara study tour pun tiba. Anak-anak sudah bersiap dengan bawaannya masing-masing sedari pagi, menunggu bus datang dengan dada berdebar saking tidak sabarnya. Ini juga merupakan hari yang dinanti-nanti oleh tiga sekawan itu, Ucup, Serena, dan Pras. Mereka bahkan sudah tiba di sini sejak satu jam yang lalu. Apalagi Ucup yang heboh dengan barang bawaannya.“Woy, kalian! Tolongin eke dong, ah,” ujar Ucup pada kedua temannya. Dia tampak kesusahan dengan dua buah koper dan satu tas jinjing berisi makanan, satu tas punggung berisi alat make up. “Tolonhin dong, Ser! Lu ngga liat ini eke keberatan?!”Sere yang disuruh pun hanya melotot pada Ucup. “Lagian lo aneh-aneh aja. Ini kan cuma study tour, Cup. Cuma beberapa hari doang, malah sehari doang kali. Lu ngapain pake bawa-bawa barang sebanyak itu?” “Iya, nih. Sebetulnya lu bawa apaan aja si, Cup?” Pras yang ada di sampingnya pun ikut bertanya. “Hello, teman-teman, lu pada ngga tau ya? Nih eke