___“Apakah kau yakin jika sudah baikan nak? Jika belum, istirahat lah dan kembali esok bersekolah” Tanya Bu YantiAmor mengangguk “Sudah kok, tenang saja ya” ucap nya tersenyum“Baiklah, hati-hati diperjalanan dan jangan lupa makan dengan baik” ucap Bu Yanti“Terimakasih” ucap Amor lalu berpamitan untuk pergi ke sekolah Ya. Saat amor terjatuh dari jurang, sebenarnya Bu Yanti sudah mengetahuinya karna Amor sempat menelpon Bu Yanti untuk memberitahukan kabarnya. Tetapi saat Bu Yanti mengatakan bahwa ia ingin menyusul kesana, amor tidak mengijinkannya dan mengatakan ia akan pulang cepat. Oleh karena itu sebagai gantinya Bu Yanti menyuruh amor menginap ditempat nya sampai ia pulih saat kembali dari acara makrab, dan disetujui oleh Amor.Sesampainya di sekolah, amor langsung masuk kelas dan membaca buku pelajaran untuk menunggu bel pelajaran dimulai“AMORR!&rdq
___"Muka lo kenapa mesem amat dah dari tadi?” tanya Vicko.Rangga menatap Vicko serius. “Lo ngapa? Kesambe gat lo?” tanya Vicko.Rangga menghela nafasnya kasar, “Lo nyadar ga si? Tu cewek kaya Spiderman, Datengnya bentar ngilangnya lama,” ucapnya.Vicko tertawa mendengar ucapan temannya. “Lo ngapa ketawa? Gua ga lagi ngelawak Vic, serius nih serius,” ucap Rangga. “Lo kebanyakan nonton film,” ucap Vicko menggelengkan kepalanya tak habis pikir. “Ya kan gua Cuma menyimpulkan,” ucap Rangga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Menyimpulkan bapak Lo!” ucap Vicko sedikit emosi. “Emang kemaren di acara makrab ga ketemu?” tanyanya.Rangga menggeleng, “kita kan di sono Cuma bentar, noh adek lo rese ngajak balik pas gua lagi nyari bidada
___ “Kenapa ayah membenci anaknya sendiri,” gumam Vicko melihat keluar jendela dengan tatapan yang kosong. “Kakak!” ucap Riana mengejutkan Vicko.Vicko yang terkejut pun menoleh lalu mengusak rambut adiknya. “Kau mengejutkan ku, ada apa hm?” tanya vicko.Riana menggeleng, “tak ada. Aku tadi hanya lewat lalu melihat mu seperti banyak pikiran, apa ada yang mengganggumu?” tanya Riana.Vicko menggeleng, “tak ada,” ucapnya singkat. “Kau berbohong,” ucap Riana mengerucutkan bibirnya.Vicko terkekeh gemas, “aku tak apa, tak usah khawatir Riana.”Riana menyipitkan matanya dan menatap lekat mata Vicko seakan-akan mencari tahu bahwa Vicko sedang berbohong atau tidak, lalu mengangguk pasrah. “Baiklah, jika ada apa-apa katakan lah, okay?” ucap Riana.Vic
___ “Mor lo ga papa? Muka lo pucet banget,” ucap Ucup khawatir.Sere dan Pras ikut menoleh memperhatikan muka Amor. “Aku sedikit pusing,” ucap Amor. “Mau balik aja Mor? Gua anterin nih,” ucap Ucup. “Tak apa, sebentar lagi pulang. Aku masih bisa menahannya,” ucap Amor. ‘Harusnya lo cerita Mor, bukan malah mendem dan nyakitin diri sendiri,' batin Sere.Flashback on : “Vic-Vic,” ucap Rangga menepuk bahu Vicko. “Apaan,” jawab Vicko malas. “Bidadari!” ucap Rangga dengan mata yang masih tertuju pada salah satu wanita.Vicko mengikuti arah pandang mata Rangga “Siapa?” ucap Vicko pura-pura tak mengenalinya. “Cewe di toko buku,” ucap Rangga.&
___ “Lo kenal? Katanya Riana anak yang cakep,” ucap Pras tiba-tiba.Amor tersentak, lalu menggeleng, “ah benarkah? Bagaimana bentuk wajahnya?” tanyanya, sebenarnya ia tak yakin bahwa Riana yang di maksud adalah adik tirinya maka dari itu ia hanya menggeleng sebagai jawaban, dan semoga saja itu memang bukan adik tirinya. “Ya katanya, gua cuma denger dari orang doang. Belum liat mukanya lagi,” jawab Pras. “Gosipnya si ye, tu anak sifatnya aga gaberes,” lanjut Pras. “Maksudnya?” tanya Amor bingung. “Ya gitu lah, masa Lo ga paham si Mor?” ucap Pras. “Ngomong’in siapa?” tanya Sere. “Noh si Riana yang kaga tuntas seleksi OSIS” jawab Pras santai. “Ko
___Brak!Terdengar bunyi pintu sangat nyaring dari bagian depan rumah keluarga leonardth, ya siapa lagi jika bukan Riana yang melakukannya? Seorang gadis yang sangat egois dan juga segala kemauannya harus dituruti. “Hei ada apa denganmu hm?” tanya seorang wanita yang baru saja datang menuruni tangga. “IBUU!” teriak Riana lalu memeluk ibunya. “Siapa yang menganggumu sayang?” tanyanya dengan lembut. “Aku tidak diterima di organisasi OSIS, bagaimana mungkin itu terjadi?! kita adalah keluarga yang kaya, terpandang, mengapa bisa aku tidak lulus huh?!” ucap Riana menggebu-gebu. “Aku bahkan mempunyai segalanya, dari pada mereka yang lolos,” lanjutnya lagi.Wanita yang disebut itu mengelus surai rambutnya, “Hei tenanglah. Bukankah kau mengatakan bahwa kita mempunyai segalanya?” t
___Seperti biasa, Amor lagi-lagi terbangun di tengah malam karna mimpi sialan yang tak pernah hilang itu. Ah, apa yang harus dia lakukan? Ini sungguh membuatnya lelah. Mau tidak mau, Amor bangun dan mengambil segelas air untuk menenangkan dirinya.“Sampai kapan aku akan seperti ini?” batinnya.Ia menelungkupkan kepalanya di sela-sela lutut, dan menangis tanpa suara. Ya, hanya itu yang ia bisa lakukan, mencoba menenangkan diri tanpa siapa pun yang menjadi senderannya untuk meluapkan semua masalah dan beban pikirannya.Pikirannya mengenai Vicko yang satu sekolah dengannya membuat dirinya frustasi. Entah bagaimana nasibnya nanti. Ia pikir akan baik-baik saja jika bersekolah di sana, tapi ekspetasinya terlalu tinggi. Ia malah disatukan dengan seorang yang termasuk masa lalunya, yang sangat ingin ia jauhi dan melupakan semua masa lalu itu.“Kenapa aku yang harus merasakan semuanya? Kenapa aku yang harus diperlakukan seperti ini? Mengapa dunia tak pernah berpihak kep
Matahari sudah mulai terbenam, suasananya mulai menjadi dingin dengan awan yang mulai menggelap. Tidak terasa waktu bermain Amor dan juga anak panti secepat itu, padahal baru saja mereka sama-sama menyalurkan rasa rindunya.“Kak, ayo menginap,” rengek Angel kepada Amor.Amor mengelus surai rambut Angel. “Kakak akan kembali nanti ya? Kakak harus sekolah esok,” ucap Amor lembut. Tetapi angel tetap kekeh dan tidak mau melepaskan genggaman tangannya dan Amor. Ia malah berniat untuk mogok makan jika Amor tidak menginap.Hei, dengarkan ibu ya?” ucap Bu Yanti. “Apa kau mau kakakmu kena hukum akibat ulahmu ini, hm?” Angel menggeleng, ia tak ingin Kak Amor kena hukum, tapi di sisi lain ia juga sangat merindukan kakak perempuannya itu.“Lalu apa yang harus kau lakukan agar Kak Amor tidak kena hukum?” tanya Bu Yanti.Angel menggeleng kuat. “Kak Amor harus menginap!” tegasnya.“Baga
Sepanjang perjalanan menuju tempat yang dituju, senyuman tak pernah luntur dari bibirnya. Dia juga sesekali bersenandung serta bersiul karena bahagia. Saat hampir mendekati tempat yang dituju hatinya sangat bahagia dan rasa tak sabar ingin bertemu pun pemuda itu rasakan. Namun, semua kebahagiaannya itu langsung sirna saat melihat pemandangan yang membuatnya langsung terluka. Di depannya ada Amor yang sedang bersama pria lain dan terlihat sangat akrab. Dia hanya diam dan memperhatikan dari kejauhan dengan hati yang bercampur aduk, antara marah, terluka dan kecewa. Dia sangat kecewa karena Amor begitu dekat dengan pria berumur itu sedangkan dengan dirinya Amor malah sering menjaga jarak."Sebenernya apa yang salah dari gue Amora. Kenapa juga lo selalu menolak padahal gue hanya menawarkan pertemanan nggak lebih," lirih pemuda itu dan masih memperhatikan interaksi antara Amor dan si pria asing tersebut. "Gue Rega Hanung Brathayuda ... nggak akan pernah sudi mundur begitu aja. Gue akan ter
Kedekatan Amor dan Rega semakin berkembang setelah kejadian hari itu. Amor juga menghentikan protesannya karena merasa sangat lelah telah melarang tetapi terus diabaikan. Cacian dan makian juga masih dia terima karena kini dia semakin dekat dengan si idola sekolah, Amor juga hanya diam karena dia memang sangat tidak ingin ribut dengan orang lain."Jadi ... kalian benar-benar memiliki hubungan yang lebih?" tanya Serena dengan tatapan bertanya ke arah AMor yang sedang menikmati makan siangnya dengan santai di dalam kelas. Sejak dia semakin dekat dengan Rega, Amor sudah taklagi makan siang di kantin lagi. Dia lebih memilih berada di tempat yang sepi seperti kelasnya tersebut."Tidak.""Ah, masa iya? tapi aku melihat yang lain dari kedekatan kalian belakangan ini," sangkal Prastya yang tiba-tiba saja muncul dari arah pintu. Pemuda berpenampilan katrok itu tiba-tiba muncul dan mengalihkan atensi Serena dan juga Amor yang sedang berbincang sambil makan siang tersebut."Dari kedekatan kali
Amor diam dan terus memperhatikan Rega yang masih saja menundukkan kepalanya karena merasa sangat bersalah kepada gadis di hadapannya tersebut. Sejujurnya Rega juga tidak menyangka kalau gara-gara dia mendekati Amor malah membuat hidup gadis itu tidak tenang. Rega juga tahu semuanya yang sudah terjadi di dalam ruangan osis tadi. Bahkan, dia sendiri yang memanggil Gilang untuk segera ke ruang osis dan memberikan pembelaan sekaligus menolong Amor yang hanya diam saja meski dipermalukan.Setelah mengeluarkan beberapa kata yang sangat ingin didengar oleh Amor, Rega langsung pergi begitu saja tanpa mau menunggu jawaban apa yang akan gadis itu lontarkan. Meski Rega melangkah pergi, tetapi hatinya terus berharap supaya Amor memanggil namanya dan menghentikan langkahnya itu. Namun, ternyata yang dia inginkan hanyalah angan dan tidak bisa terwujud. Amor masih saja menganggap dirinya tidak ada dan itu membuat perasaan Rega menjadi terlukai.Sejujurnya Amor sangat ingin berbincang dengan Rega,
Amor tetap melanjutkan kegiatannya di sekolah dan melanjutkan tugasnya menjadi anggota osis. REga memang sudah tak lagi mendekatinya, tetapi pemuda itu tetap menjaga dirinya meski sedikit menjauh. "Rega benar-benar sudah menjauhimu ya?" tanya Serena dengan tiba-tiba yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya. Amor menoleh sebentar kemudian melanjutkan kembali langkahnya untuk menuju ruangan osis. "Iya, dia benar-benar sudah menepati janjinya. Tapi terkadang aku masih merasa kalau dia selalu ada setiap aku butuh bantuan." Ingatan Amor melayang pada keadian saat dia dilecehkan hari itu. Rega tiba-tiba datang dan membantu dirinya yang hanya diam meski dimaki-maki. "Itu artinya ... dia sebenarnya masih mau dekat sama kamu tapi dia juga tidak mau kalau membuatmu risih seperti saat itu," sahut Prastya, salah satu teman dekat Amor meski kelas mereka berbeda. Prastya ini juga biasanya diasingkan oleh teman-teman yang lainnya karena penampilan dia yang culun dan tidak
Rega diam dan membiarkan Amor pergi, dia tidak bisa terus memaksa Amor untuk menerima kehadirannya, tetapi dia juga tidak bisa kalau harus tetap membiarkan Amor takmenerima kehadirannya. Namun, kini Rega harus membiarkan gadis itu sendiri dulu dan dia akan kembali mendekati kalau keadaan Amor sudah jauh lebih baik. Setelah kejadian sore itu, Amor mulai merasakan ketenangan kembali menghampiri kehidupannya. Tatapan-tatapan esal teman-temannya kini tak lagi tertuju padanya karena dia dan Rega sudah tidak dekat seperti dahulu. Amor enang karena akhirnya hidupnya kembali tenang tanp gangguan siapapun lagi, termasuk Rega sebagai biang masalah dalam hidupnya. "Kan, apa gue bilang. Mereka itu nggak ada hubungan dan nggak akan pernah memiliki hubungan karena Rega nggak pernah cocok sama dia." "Ya, memang seharusnya begitu kan. Dia nggak pantes bersanding sama bintang sekolah kayak Rega, kalaupun mereka pernah dekat gue yakinnya sih pasti dia main dukun." "Wah, iya bener. K
"Sudah mama bilang, belajar yang benar kenapa malah bermain-main. Kamu memang selalu merepotkan dan bisanya hanya membuat masalah saja." Mama Amor benar-benar marah dan menghajar gadis itu dengan berbagai caci dan makian yang tak pantas diucapkan oleh seorang ibu. Dia sangat kecewa dan sang anak yang menurutnya sudah membawa sial sejak lahir "Maaf, Ma. Amor tidak bermaksud melakukan itu semua, Amor ...." "Kau memang anak yang tidak bisa diandalkan. Hanya bisa membuat malu keluarga saja dan tidak bisa membanggakan." Mama Amor menatap gadis itu dengan sangat tajam, menunjukkan kalau dia benar-benar tidak suka dengan yang sudah sang anak lakukan." "Apa salahku, Ma? kenapa Mama bersikap seperti ini. Apa yang sudah kulakukan," lirih Amor sambil menangis, tetapi sama sekali tidak dipedulikan oleh sang ibu. Bagi wanita yang tak lagi muda itu air mata Amor sama sekali tidak ada gunanya, justru membuatnya semakin muak kepada gadis itu sendiri. "Pergi dari hadapanku sekarang juga, dasar ana
Tepat sepulang sekolah Amor langsung bergegas melakukan pekerjaan barunya menjaga sebuah minimarket dsn mengabaikan rapat osis yang seharusnya dia hadiri sebagai salah satu anggota osis tersebut. Ya, alasannya bukan hanya karena pekerjaan barunya, tetapi juga karena Amor tidak menyukai lingkup yang ramai dan berbaur dengan banyak orang."Hallo, Amor. Wah, kau bersemangat sekali ya, jam segini sudah datang aja," sapa Jeje yang baru saja datang dan cukup terkejut saat melihat Amor sudah berada di minimarket lebih awal."Iya, Je. Kebetulan sepulang sekolah tidak ada kegiatan, daripada bersantai di rumah lebih baik aku datang saja ke sini." Amor menjawab sambil merapihkan beberapa barang yang berantakan."Okeh, aku mau ganti baju dulu."Amor hanya membalas dengan deheman dan kembali melanjutkan beres-beresnya yang belum rampung. Pekerjaan pertamanya membuat dia harus bekerja dengan sangat baik supaya tante Lala tidak kecewa akan kinerja dirinya. Amor sangat membutuhkan pekerjaan itu jadi
Destinasi yang dipilih untuk study tour kali ini adalah pantai yang berada di utara pulau Jawa. Setelah menempuh kurang lebih tiga jam perjalanan, akhirnya rombongan mereka pun sampai. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Satya tadi, sebelum turun dari bus, masing-masing panitia harus mengabsen para anak-anak. Setelahnya, mereka diperkenankan untuk turun dan berkumpul di tempat terbuka. “Wah, gileee, keren banget nih pantainya.” Ucup berseru kegirangan sambil membenarkan posisi topi pantai yang dia kenakan. Sementara Sere dan Pras juga sama kagumnya melihat keindahan yang ada di depan mereka. Maklum, otak mereka sudah terlampau lelah akibat keseringan belajar di sekolah.”“Eh, Amor gemana? Apa dia nantinya bakal bareng anak OSIS terus?” tiba-tiba Sere bertanya pada kedua temannya dengan raut sedih. “Itu kan wajar, Ser. Lagi pula dia kan sekarang anggota OSIS. Ngga papa lah, demi masa depannya juga,” kata Pras menenangkan. “Iya, nih. Harusnya kita bangga sama Amor ka
Hari keberangkatan untuk acara study tour pun tiba. Anak-anak sudah bersiap dengan bawaannya masing-masing sedari pagi, menunggu bus datang dengan dada berdebar saking tidak sabarnya. Ini juga merupakan hari yang dinanti-nanti oleh tiga sekawan itu, Ucup, Serena, dan Pras. Mereka bahkan sudah tiba di sini sejak satu jam yang lalu. Apalagi Ucup yang heboh dengan barang bawaannya.“Woy, kalian! Tolongin eke dong, ah,” ujar Ucup pada kedua temannya. Dia tampak kesusahan dengan dua buah koper dan satu tas jinjing berisi makanan, satu tas punggung berisi alat make up. “Tolonhin dong, Ser! Lu ngga liat ini eke keberatan?!”Sere yang disuruh pun hanya melotot pada Ucup. “Lagian lo aneh-aneh aja. Ini kan cuma study tour, Cup. Cuma beberapa hari doang, malah sehari doang kali. Lu ngapain pake bawa-bawa barang sebanyak itu?” “Iya, nih. Sebetulnya lu bawa apaan aja si, Cup?” Pras yang ada di sampingnya pun ikut bertanya. “Hello, teman-teman, lu pada ngga tau ya? Nih eke