___
Seperti biasa, Amor lagi-lagi terbangun di tengah malam karna mimpi sialan yang tak pernah hilang itu. Ah, apa yang harus dia lakukan? Ini sungguh membuatnya lelah. Mau tidak mau, Amor bangun dan mengambil segelas air untuk menenangkan dirinya. “Sampai kapan aku akan seperti ini?” batinnya.Ia menelungkupkan kepalanya di sela-sela lutut, dan menangis tanpa suara. Ya, hanya itu yang ia bisa lakukan, mencoba menenangkan diri tanpa siapa pun yang menjadi senderannya untuk meluapkan semua masalah dan beban pikirannya.Pikirannya mengenai Vicko yang satu sekolah dengannya membuat dirinya frustasi. Entah bagaimana nasibnya nanti. Ia pikir akan baik-baik saja jika bersekolah di sana, tapi ekspetasinya terlalu tinggi. Ia malah disatukan dengan seorang yang termasuk masa lalunya, yang sangat ingin ia jauhi dan melupakan semua masa lalu itu.“Kenapa aku yang harus merasakan semuanya? Kenapa aku yang harus diperlakukan seperti ini? Mengapa dunia tak pernah berpihak kepApdet againnn
Matahari sudah mulai terbenam, suasananya mulai menjadi dingin dengan awan yang mulai menggelap. Tidak terasa waktu bermain Amor dan juga anak panti secepat itu, padahal baru saja mereka sama-sama menyalurkan rasa rindunya.“Kak, ayo menginap,” rengek Angel kepada Amor.Amor mengelus surai rambut Angel. “Kakak akan kembali nanti ya? Kakak harus sekolah esok,” ucap Amor lembut. Tetapi angel tetap kekeh dan tidak mau melepaskan genggaman tangannya dan Amor. Ia malah berniat untuk mogok makan jika Amor tidak menginap.Hei, dengarkan ibu ya?” ucap Bu Yanti. “Apa kau mau kakakmu kena hukum akibat ulahmu ini, hm?” Angel menggeleng, ia tak ingin Kak Amor kena hukum, tapi di sisi lain ia juga sangat merindukan kakak perempuannya itu.“Lalu apa yang harus kau lakukan agar Kak Amor tidak kena hukum?” tanya Bu Yanti.Angel menggeleng kuat. “Kak Amor harus menginap!” tegasnya.“Baga
Hari-hari sudah Amor lalui dengan damai tanpa ada sosok yang menganggu pikirannya. Syukurlah jika saudaranya tidak menampakan mukanya di depan Amor lagi seperti kala itu.Saat ini Amor, Pras, Sere dan juga Ucup sedang berjalan melalui beberapa murid untuk ke area kantin karena bel sudah berbunyi menandakan bahwa jam istirahat telah tiba.“Eh, katanya bentar lagi mau diadain pesta ulang tahun sekolah ya?” tanya Sere setelah mendudukkan bokongnya di kursi biasa mereka tepati saat ke kantin.“Gua denger-denger si begitu gosipnya,” sahut Pras.“Lo emang belum dikasih tahu di group OSIS nya, Mor? Biasanya kalo ada acara, anak OSIS pasti langsung dikabarin, buat ngebabu," ucap Ucup pada Amor.“Sebentar, biar kucek,” ucap Amor yang diangguki oleh Ucup, Pras, dan juga Sere.“Ada,” ucap Amor.“Ada apa, Mor? Beneren ada pestanya?” tanya Pras.Amor mengangguk. “Aku ada rapat OSIS har
Hari Sabtu merupakan hari yang paling di nanti oleh kebanyakan murid di beberapa sekolah karena hari Sabtu adalah hari libur yang berarti waktunya para murid beristirahat dari buku-buku dan tulisan yang memusingkan. Atau bisa dibilang juga dengan refreshing? Ada yang melakukannya dengan berlibur, ada juga yang santai seperti di pantai tanpa beban.Tapi berbeda dengan Amor, karena hari ini merupakan hari tersibuk baginya, ia bangun pukul 4 pagi, karena harus membersihkan tempat tinggalnya, mencuci pakaian, menyetrika, pergi berkunjung ke panti, dan juga pergi membeli beberapa hiasan untuk sekolah bersama Rega.Amor menghela nafasnya kasar, lalu melirik jam di dinding. "Sudah jam 7, sisa 1 jam lagi waktuku untuk membereskan rumah," ucapnya tanpa lawan bicara.Amor pun bergegas melanjutkan pekerjaannya. Setelahnya ia mengambil list-an pekerjaannya untuk hari ini.List today :1.) Membersihkan kamar ✔️2.) Menyapu dan mengepel lantai ✔️3.)
Flashback on :Amor dan Rega sedang berjalan melewati toko-toko yang berada di mall, dan secara tidak sengaja pula Amor melihat sosok wanita yang tak asing baginya, lebih tepatnya sangat ia kenali."Ibu," gumam Amor seraya memberhentikan langkah kakinya.Gadis itu pun memperhatikan ibunya dari kejauhan, terus melihat bagaimana ibunya membeli dan memilih berbagai macam baju, tanpa melihat keberadaan dirinya."Bahagia banget kayanya." Amor tertawa dengan keadaannya sendiri. Tak ada sedikit pun kebahagiaan yang ia rasakan, bahkan ibunya saja tidak menghawatirkan keberadaannya.“Semoga ibu ga pernah ketemu aku, dan semoga aja kita ga dipertemukan lagi. Aku belum siap buat lalui pertambahan masalah lagi,” batin Amor. Sudah cukup baginya melihat ibunya kembali setelah lama tak melihat. Sekarang bahkan otaknya kembali lagi berputar dengan kejadian lama saat ia dihina oleh ibunya sendiri, sungguh miris.Flashback end"Nunggu lama?" tanya
Pagi harinya Amor terbangun dengan baju yang berantakan, mata sembab, dan rambut yang tidak beraturan. Amor melihat wajahnya di pantulan cermin, sangat mengerikan pikirnya. Ia pun bergegas mandi dan mulai merapikan kasurnya."Huft…." Amor menghela nafasnya kasar, ia mengambil kertas list nya kemarinList today :1.) Membersihkan kamar ✔️2.) Menyapu dan mengelap lantai ✔️3.) Mengelap kaca ✔️4.) Mencuci pakaian ✔️5.) Menyetrika pakaian ✔️6.) Membeli bahan-bahan untuk sekolah ✔️7.) Berkunjung ke panti asuhan (jangan lupakan ice cream dan permen untuk angel)✔️"Akhirnya kemarin aku bisa menyelesaikan semua pekerjaanku, waktunya aku istirahat hari ini," ucapnya meskipun tak ada yang menyahut.Sedangkan di tempat lain ada seorang gadis dengan piamanya yang masih tertidur nyenyak setelah beberapa hari ini ia merasakan sulit tidur. Badannya terkena demam selama tiga hari, dan untungnya hari ini sudah mulai
Waktu makan siang telah selesai, sekarang saatnya untuk para siswa melakukan kembali kegiatannya. Panitia OSIS pun kembali mengumumkan lomba yang akan dimulai selanjutnya. Dan kebetulan lomba ini banyak disukai dan ditunggu oleh para siswa, yaitu adalah lomba basket antar kelas."Ser, lo cepetan dikit dong! Gue mau nonton basket," ucap Ucup melalui teleponnya.Ya, sedari tadi Ucup dan Pras menunggu Serena yang sedang pergi ke toilet tapi tak kunjung kembali ."Udah sabar bentar, Cup, masih persiapan juga," kaya Pras."Ga bisa sabar eke tuh, harus liat para cowo hot di sana," jawab Ucup dengan kedipannya.Pras yang melihat Ucup pun hanya menggeleng geli. "Istighfar dah lu, Cup.""Lo berdua duluan aja deh, gue mau ke kelas juga dulu, ada yang ketinggal," balas Sere."Eke udah nunggu lama-lama juga, ternyata kena ghosting," ucap Ucup sebal dan mematikan saluran teleponnya langsung tanpa memberi tahu Sere."Dramatis banget hidup
Amor memasuki kamarnya dan melihat barang-barang yang berada di tasnya. Untungnya semua masih lengkap tidak ada yang kurang. Ia pun bergegas untuk membersihkan dirinya karna merasa lengket seharian penuh acara di sekolah.Setelah selesai mandi, Amor menyisir rambutnya. Tapi tiba-tiba saja ia teringat dengan ayahnya yang tak pernah mengunjunginya atau pun mencarinya. Lagi dan lagi Amor termenung sendirian di dalam kamar, berpikir sendiri dengan bayangan masa lalunya."Apakah sebenci itu Ayah padaku?" gumamnya."Kesalahan apa yang pernah kubuat sebenarnya?"Tak ingin berpikir lebih jauh, Amor pun mengistirahatkan dirinya dan memejamkan matanya untuk berlabuh ke dunia mimpi yang mungkin jauh lebih baik dibanding kehidupan nyatanya.Pagi harinya Amor kembali bangun dan menyiapkan pakaian sekolahnya karena tadi malam ia tidak sempat menggosok, jadi ia bangun lebih pagi untuk mengerjakannya."Jika ada Ibu, pasti semuanya akan sangat mudah dikerjak
Pagi harinya Amor kembali bekerja membantu Bude Ani untuk berjualan di pasar. Tetapi ia berjualan sendiri, tidak bersama Bude Ani, karena katanya ia sedang sakit. Tapi hal itu tak masalah bagi Amor, karena ia bisa melakukannya sendiri. Toh ia juga selalu sendiri dari kecil.Jualan hari ini berasa begitu cepat karena banyak orang yang membeli dengan jumlah banyak. Dan Amor sangat bersyukur melihat hasil yang ia dapatkan untuk hari ini. Kurang lebih pukul 7 pagi, Amor telah selesai melakukan pekerjaannya di pasar dan berniat untung pulang ke rumahnya dengan jalan kaki. Ia sedang ingin berhemat untuk kebutuhan hidupnya besok dan seterusnya. Saat di tengah perjalanan pulang, mata Amor menangkap sebuah minimarket yang tak jauh dari tempat dirinya berdiri. Ia melihat kertas yang ada di jendela minimarket tersebut yang memberitahukan bahwa sedang memerlukan pegawai untuk menjaga minimarketnya.Amor berpikir sejenak, bukankah tidak salah jika ia mencoba? Mungkin saja p
Sepanjang perjalanan menuju tempat yang dituju, senyuman tak pernah luntur dari bibirnya. Dia juga sesekali bersenandung serta bersiul karena bahagia. Saat hampir mendekati tempat yang dituju hatinya sangat bahagia dan rasa tak sabar ingin bertemu pun pemuda itu rasakan. Namun, semua kebahagiaannya itu langsung sirna saat melihat pemandangan yang membuatnya langsung terluka. Di depannya ada Amor yang sedang bersama pria lain dan terlihat sangat akrab. Dia hanya diam dan memperhatikan dari kejauhan dengan hati yang bercampur aduk, antara marah, terluka dan kecewa. Dia sangat kecewa karena Amor begitu dekat dengan pria berumur itu sedangkan dengan dirinya Amor malah sering menjaga jarak."Sebenernya apa yang salah dari gue Amora. Kenapa juga lo selalu menolak padahal gue hanya menawarkan pertemanan nggak lebih," lirih pemuda itu dan masih memperhatikan interaksi antara Amor dan si pria asing tersebut. "Gue Rega Hanung Brathayuda ... nggak akan pernah sudi mundur begitu aja. Gue akan ter
Kedekatan Amor dan Rega semakin berkembang setelah kejadian hari itu. Amor juga menghentikan protesannya karena merasa sangat lelah telah melarang tetapi terus diabaikan. Cacian dan makian juga masih dia terima karena kini dia semakin dekat dengan si idola sekolah, Amor juga hanya diam karena dia memang sangat tidak ingin ribut dengan orang lain."Jadi ... kalian benar-benar memiliki hubungan yang lebih?" tanya Serena dengan tatapan bertanya ke arah AMor yang sedang menikmati makan siangnya dengan santai di dalam kelas. Sejak dia semakin dekat dengan Rega, Amor sudah taklagi makan siang di kantin lagi. Dia lebih memilih berada di tempat yang sepi seperti kelasnya tersebut."Tidak.""Ah, masa iya? tapi aku melihat yang lain dari kedekatan kalian belakangan ini," sangkal Prastya yang tiba-tiba saja muncul dari arah pintu. Pemuda berpenampilan katrok itu tiba-tiba muncul dan mengalihkan atensi Serena dan juga Amor yang sedang berbincang sambil makan siang tersebut."Dari kedekatan kali
Amor diam dan terus memperhatikan Rega yang masih saja menundukkan kepalanya karena merasa sangat bersalah kepada gadis di hadapannya tersebut. Sejujurnya Rega juga tidak menyangka kalau gara-gara dia mendekati Amor malah membuat hidup gadis itu tidak tenang. Rega juga tahu semuanya yang sudah terjadi di dalam ruangan osis tadi. Bahkan, dia sendiri yang memanggil Gilang untuk segera ke ruang osis dan memberikan pembelaan sekaligus menolong Amor yang hanya diam saja meski dipermalukan.Setelah mengeluarkan beberapa kata yang sangat ingin didengar oleh Amor, Rega langsung pergi begitu saja tanpa mau menunggu jawaban apa yang akan gadis itu lontarkan. Meski Rega melangkah pergi, tetapi hatinya terus berharap supaya Amor memanggil namanya dan menghentikan langkahnya itu. Namun, ternyata yang dia inginkan hanyalah angan dan tidak bisa terwujud. Amor masih saja menganggap dirinya tidak ada dan itu membuat perasaan Rega menjadi terlukai.Sejujurnya Amor sangat ingin berbincang dengan Rega,
Amor tetap melanjutkan kegiatannya di sekolah dan melanjutkan tugasnya menjadi anggota osis. REga memang sudah tak lagi mendekatinya, tetapi pemuda itu tetap menjaga dirinya meski sedikit menjauh. "Rega benar-benar sudah menjauhimu ya?" tanya Serena dengan tiba-tiba yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya. Amor menoleh sebentar kemudian melanjutkan kembali langkahnya untuk menuju ruangan osis. "Iya, dia benar-benar sudah menepati janjinya. Tapi terkadang aku masih merasa kalau dia selalu ada setiap aku butuh bantuan." Ingatan Amor melayang pada keadian saat dia dilecehkan hari itu. Rega tiba-tiba datang dan membantu dirinya yang hanya diam meski dimaki-maki. "Itu artinya ... dia sebenarnya masih mau dekat sama kamu tapi dia juga tidak mau kalau membuatmu risih seperti saat itu," sahut Prastya, salah satu teman dekat Amor meski kelas mereka berbeda. Prastya ini juga biasanya diasingkan oleh teman-teman yang lainnya karena penampilan dia yang culun dan tidak
Rega diam dan membiarkan Amor pergi, dia tidak bisa terus memaksa Amor untuk menerima kehadirannya, tetapi dia juga tidak bisa kalau harus tetap membiarkan Amor takmenerima kehadirannya. Namun, kini Rega harus membiarkan gadis itu sendiri dulu dan dia akan kembali mendekati kalau keadaan Amor sudah jauh lebih baik. Setelah kejadian sore itu, Amor mulai merasakan ketenangan kembali menghampiri kehidupannya. Tatapan-tatapan esal teman-temannya kini tak lagi tertuju padanya karena dia dan Rega sudah tidak dekat seperti dahulu. Amor enang karena akhirnya hidupnya kembali tenang tanp gangguan siapapun lagi, termasuk Rega sebagai biang masalah dalam hidupnya. "Kan, apa gue bilang. Mereka itu nggak ada hubungan dan nggak akan pernah memiliki hubungan karena Rega nggak pernah cocok sama dia." "Ya, memang seharusnya begitu kan. Dia nggak pantes bersanding sama bintang sekolah kayak Rega, kalaupun mereka pernah dekat gue yakinnya sih pasti dia main dukun." "Wah, iya bener. K
"Sudah mama bilang, belajar yang benar kenapa malah bermain-main. Kamu memang selalu merepotkan dan bisanya hanya membuat masalah saja." Mama Amor benar-benar marah dan menghajar gadis itu dengan berbagai caci dan makian yang tak pantas diucapkan oleh seorang ibu. Dia sangat kecewa dan sang anak yang menurutnya sudah membawa sial sejak lahir "Maaf, Ma. Amor tidak bermaksud melakukan itu semua, Amor ...." "Kau memang anak yang tidak bisa diandalkan. Hanya bisa membuat malu keluarga saja dan tidak bisa membanggakan." Mama Amor menatap gadis itu dengan sangat tajam, menunjukkan kalau dia benar-benar tidak suka dengan yang sudah sang anak lakukan." "Apa salahku, Ma? kenapa Mama bersikap seperti ini. Apa yang sudah kulakukan," lirih Amor sambil menangis, tetapi sama sekali tidak dipedulikan oleh sang ibu. Bagi wanita yang tak lagi muda itu air mata Amor sama sekali tidak ada gunanya, justru membuatnya semakin muak kepada gadis itu sendiri. "Pergi dari hadapanku sekarang juga, dasar ana
Tepat sepulang sekolah Amor langsung bergegas melakukan pekerjaan barunya menjaga sebuah minimarket dsn mengabaikan rapat osis yang seharusnya dia hadiri sebagai salah satu anggota osis tersebut. Ya, alasannya bukan hanya karena pekerjaan barunya, tetapi juga karena Amor tidak menyukai lingkup yang ramai dan berbaur dengan banyak orang."Hallo, Amor. Wah, kau bersemangat sekali ya, jam segini sudah datang aja," sapa Jeje yang baru saja datang dan cukup terkejut saat melihat Amor sudah berada di minimarket lebih awal."Iya, Je. Kebetulan sepulang sekolah tidak ada kegiatan, daripada bersantai di rumah lebih baik aku datang saja ke sini." Amor menjawab sambil merapihkan beberapa barang yang berantakan."Okeh, aku mau ganti baju dulu."Amor hanya membalas dengan deheman dan kembali melanjutkan beres-beresnya yang belum rampung. Pekerjaan pertamanya membuat dia harus bekerja dengan sangat baik supaya tante Lala tidak kecewa akan kinerja dirinya. Amor sangat membutuhkan pekerjaan itu jadi
Destinasi yang dipilih untuk study tour kali ini adalah pantai yang berada di utara pulau Jawa. Setelah menempuh kurang lebih tiga jam perjalanan, akhirnya rombongan mereka pun sampai. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Satya tadi, sebelum turun dari bus, masing-masing panitia harus mengabsen para anak-anak. Setelahnya, mereka diperkenankan untuk turun dan berkumpul di tempat terbuka. “Wah, gileee, keren banget nih pantainya.” Ucup berseru kegirangan sambil membenarkan posisi topi pantai yang dia kenakan. Sementara Sere dan Pras juga sama kagumnya melihat keindahan yang ada di depan mereka. Maklum, otak mereka sudah terlampau lelah akibat keseringan belajar di sekolah.”“Eh, Amor gemana? Apa dia nantinya bakal bareng anak OSIS terus?” tiba-tiba Sere bertanya pada kedua temannya dengan raut sedih. “Itu kan wajar, Ser. Lagi pula dia kan sekarang anggota OSIS. Ngga papa lah, demi masa depannya juga,” kata Pras menenangkan. “Iya, nih. Harusnya kita bangga sama Amor ka
Hari keberangkatan untuk acara study tour pun tiba. Anak-anak sudah bersiap dengan bawaannya masing-masing sedari pagi, menunggu bus datang dengan dada berdebar saking tidak sabarnya. Ini juga merupakan hari yang dinanti-nanti oleh tiga sekawan itu, Ucup, Serena, dan Pras. Mereka bahkan sudah tiba di sini sejak satu jam yang lalu. Apalagi Ucup yang heboh dengan barang bawaannya.“Woy, kalian! Tolongin eke dong, ah,” ujar Ucup pada kedua temannya. Dia tampak kesusahan dengan dua buah koper dan satu tas jinjing berisi makanan, satu tas punggung berisi alat make up. “Tolonhin dong, Ser! Lu ngga liat ini eke keberatan?!”Sere yang disuruh pun hanya melotot pada Ucup. “Lagian lo aneh-aneh aja. Ini kan cuma study tour, Cup. Cuma beberapa hari doang, malah sehari doang kali. Lu ngapain pake bawa-bawa barang sebanyak itu?” “Iya, nih. Sebetulnya lu bawa apaan aja si, Cup?” Pras yang ada di sampingnya pun ikut bertanya. “Hello, teman-teman, lu pada ngga tau ya? Nih eke