Share

4 - Interaksi Pagi

Penulis: Di_evil
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-09 14:17:25

Rosen lelah sudah pasti karena permainan panas dengan Ryder semalam. Ia pun perlu istirahat yang cukup karena tubuhnya pegal.

Namun, Rosen tak bisa tidur nyenyak sama sekali Walau, sudah berupaya memejamkan

kedua mata selama berbaring di samping Ryder yang justru terlelap pulas.

Dekapan pria itu hangat. Rosen merasakan kenyamanan sekaligus kegugupan. Ia tidak juga mengharapkan apa-apa.

Hubungannya dengan Ryder pun hanya satu malam. Tak ada kisah lanjutan yang akan terjadi untuk mereka berdua.

Kembali, ke masalah insomnia dialami oleh Rosen. Wanita itu dibuat terjaga hingga pagi datang, tanpa bisa tidur sedikit pun.

Tepat pukul enam, Rosen turun dari kasur. Bergegas ke kamar mandi membersihkan diri. Ia menghabiskan satu jam di dalam.

Rosen tidak menikmati waktunya dengan berendam air hangat di bath up. Ia duduk di closet memikirkan sejumlah hal. Dan, ada dua masalah yang membuatnya pusing.

Pertama, cara menghadapi Ryder nanti, saat pria itu sudah bangun.

Dalam artian, menunjukkan sikap biasa saja. Rosen bingung dan juga kurang percaya diri, sebab Ryder jadi orang pertama pernah melakukan kencan semalam dengannya.

Apalagi, mereka sudah terlibat hubungan intim yang menggelora. Mustahil baginya tak akan gugup bertemu Ryder nanti.

Kedua, persoalan tentang biaya kamar hotel.

Rosen sudah berkomitmen ia akan ikut serta dalam pembayaran. Bagaimana pun juga kencan semalam ini adalah kesepakatan.

Tidak akan dibebani pada Ryder Davis saja. Walau, pria itu terlihat tak kekurangan uang untuk bisa membayar kamar sepenuhnya.

Andai Ryder tidak kaya, mustahil pria itu akan mengajaknya ke hotel berbintang.

Walau, harga kamar tidak seberapa masalah bagi Ryder, tapi harga diri Rosen menolak.

Jika dibiarkan Ryder yang bertanggung jawab seorang. Maka, ia merasa seperti wanita panggilan. Sungguh menjijikan!

Memikirkan saja, sudah membuat Rosen ingin membersihkan tubuhnya kembali. Namun, ia sudah mandi.

Daripada mengikuti pikiran yang kacau, Rosen memilih keluar dari kamar mandi.

Dan, baru saja dua langkah berjalan, Rosen disadarkan akan keberadaan Ryder yang tak jauh darinya. Pria itu bertelanjang dada.

Sementara, tubuh bagian bawah Ryder ditutupi selembar kain handuk. Tapi, Rosen malah berpikiran yang kotor.

Bagaimana pun juga, mereka sudah tidur bersama semalam. Setiap inchi tubuh Ryder sudah dilihatnya dengan jelas.

Bahkan, masih dapat diingat betul saat pria itu memasukinya. Bergerak di dalam dirinya dengan kecepatan yang liar dan mendesak hingga bisa diraih puncak menakjubkan.

"Hai."

"Selamat pagi." Rosen membalas cepat.

Pikiran nakalnya tentu saja sudah pergi jauh setelah Ryder menyapa tadi. Rosen jelas bersyukur tak kian larut dalam lamunan.

Harusnya kaki sudah digerakkan kembali, tapi nyatanya Rosen masih berdiri dengan kekakuan dan kegugupan kian besar.

Kontras akan senyuman lebar dipamerkan pada Ryder. Aktingnya memang lumayan, disaat waktu yang tak terduga-duga.

Namun saat, Ryder Davis semakin terasa mendekat, maka kedua ujung bibir Rosen mulai menunjukkan pelengkungan yang turun. Kegugupannya pun bertambah.

"Aku kira kau sudah pergi, ternyata belum."

Rosen menggeleng cepat. "Aku baru selesai mandi. Dan, aku rasa aku akan pergi dari sini sekarang," jawabnya seraya berjalan.

Rosen melangkah menuju ke meja di dekat sofa guna mengambil tasnya. Saat, sudah berhasil meraih benda tersebut, Rosen pun langsung keluarkan ponselnya dari tas.

"Tapi, sebelum aku pergi, aku ingi kau tulis nomor rekening bank milikmu. Aku ingin ikut membayar tagihan hotel kita."

Ryder hendak membantah, namun Rosen seperti tidak akan menerima. Ia mengambil handphone wanita itu yang diberi padanya.

Dituliskan cepat nomor rekening bank. Lalu, cepat dikembalikan ponsel Rosen lagi.

Saat, wanita itu melangkah. Ryder segera saja meraih lengan Rosen. Menyebabkan wanita itu berhenti melangkah.

"Ada apa?"

"Apakah ada kesempatan untuk kita bisa melakukan kencan satu malam lagi?" Ryder berupaya bertanya dengan tenang.

"Kita lihat saja nanti, Mr. Davis."

Bab terkait

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   5 - Pertemuan Tak Terduga

    "Aku sudah berpesan padamu bukan? Kau harus ajak sahabat kita ini ke dokter, Kawan.""Dia tidak membutuhkan perawatan medis, dia perlu seseorang mengisi hatinya, Michael." Erren dengan segera menimpatu ucapan sahabatnya."Haha. Kau sepertinya benar, Erren. Dia butuh wanita yang diajaknya kencan satu malam itu.""Tapi, sayang wanita itu tidak menampakkan diri di sini. Sungguh sangat malang." Michael berucap santai dan menyeringai ke arah Ryder."Kita setiap hari hampir ke sini selama tiga bulan. Tidak ada hasil sama sekali," lanjut Michael."Kau benar. Kita berdua bahkan selalu setia menemani sahabat kita kemari agar dia bisa menemukan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   6 - Rasa Kehilangan

    Bugh!Bugh!Bugh!Bugh!Ryder terus memukulkan tinjunya yang kencang ke samsak gantung di hadapannya. Keringat keluar deras. Sudah membasahi badan dan wajahnya.Ryder enggan berhenti, andai saja sang sahabat, Erren Verlen, tidak semakin mendekat.Langsung saja dilayangkan tatapan tajam pada sahabatnya itu. Hendak ditunjukkan kehadiran Erren sedang tidak diinginkan. Sang sahabat pasti akan paham apa yang dirinya inginkan."Aku tidak bermaksud mengganggumu. Tapi, Bibi terus menghubungiku. Meminta menyampaikan pesan padamu agar kau mengangkat teleponnya."

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   7 - Rencana Untuk Rosen

    "Kau akan segera pulang atau singgah ke mana dulu? Aku bersedia mengantarmu."Ryder hanya menggeleng lemah untuk tawaran dari sang sahabat. Tidak akan dikeluarkan satu patah kata sebagai jawaban tambahan. Walau tahu, Erren ingin menciptakan obrolan dengannya.Ryder sedang merasakan lelah secara fisik dan pikiran yang luar biasa, hari ini. Energi begitu terkuras hingga badannya lemas.Berbicara tentang hal tidak penting, ingin dihindari. Lagi pula, suasana hatinya juga tengah tak mendukung. Lebih baik diam, daripada nantinya mengeluarkan jawaban yang sinis pada Erren.Tugas memimpin beberapa bisnis serta juga perusahaan semakin berat baginya, seiring dengan hari demi hari yang sudah dilewati.&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   1 - Hiburan Malam

    "Hahh!" Rosen berseru dalam suara teredam karena wajah ditutup dengan kedua tangan."Menyebalkan sekali!" seru Rosen kembali."Aku tahu kau sangat kesal. Aku pun kalau menjadi kau akan sangat emosi.""Aku pasti sudah menampar pria itu dengan keras beberapa kali. Aku tidak peduli kalau dia adalah klien penting perusahan."Rosen mengangguk-angguk. Gerakan kepala yang lemah saja. Lalu, tangan-tangannya disingkirkan dari wajah.Arah pandang langsung tertuju pada sang sahabat, yakni Varlon Lewis. Wanita itu tengah duduk di kursi seberang meja.Varlon itu menampakkan ekspresi galak. Kontras dengan dirinya yang memasang raut cemberut dan kerucutan bibir.Semarag apa pun sedang dirasakan Rosen, ia masih kalah dibanding Varlon dalam cara menunjukkan amarah yang meluap-luap.Kemudian, Rosen menggeleng. Respons atas ucapan sang sahabat tadi. "Aku juga mau begitu. Menampar pria itu. Tapi ....""Tapi, kenapa? Kau takut di

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   2 - Ajakan Kencan Semalam

    Ryder menghitung hampir setengah jam dirinya satu meja dengan Rosen Green, tapi mereka tidak mengobrol banyak.Seperti tidak ada pembicaraan panjang yang bisa diambil untuk menambah keakraban. Bukan berarti juga, Ryder ingin lebih dekat dengan Rosen Green secara cepat.Sulit menjelaskan secara benar. Tapi, Ryder berniat mengenal wanita itu dari tampilan yang tidak diperlihatkan padanya."Kau Ryder Davis bukan?"Sebuah kalimat bernada sopan, langsung saja membuat atensinya teralih dari Rosen. Kini, memandang ke sosok seorang wanita dengan gaun malam yang cukup terbuka. Berdiri cukup dekat dari tempat duduknya.Segera dianggukan kepala seraya berupaya mengingat siapa gerangan wanita itu. Terasa tidak asing bagi Ryder.Dan, tak butuh waktu lama baginya untuk mengenali kembali. Senyum pun lebih lebar dipamerkan pada si wanita."Iya, benar." Ryder menjawab ramah."Kau sendiri Maria bukan?""Haha. Iya. Aku Maria Gomez. Aku kir

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   3 - Malam Indah

    Rosen mengira minum empat gelas vodka, akan berdampak pada kesadarannya yang mengalami penurunan. Ternyata, tidak.Rosen masih bisa mengingat dengan betul bagaimana awal meninggalkan bar bersama Ryder Davis. Lalu, masuk ke mobil mahal pria itu dengan kegugupan cukup besar.Rosen kira dirinya akan bisa mengontrol perasaan tersebut, saat sudah tiba di hotel. Namun, ia justru semakin tegang.Bukan karena ragu dengan rencananya akan berkencan semalam bersama Ryder Davis, namun tempat yang dipilih pria itu.Hotel sangat berkelas. Bertarif mahal.Rosen memanglah belum tahu secara jelas harga per malam. Sudah dipastikan tidak akan semurah di motel kelas bawah.Tak berarti, Rosen berniat mengajak Ryder Davis pergi ke penginapan yang seperti itu. Minimal bisa digunakan rumahnya hingga tak perlu mengeluarkan uang banyak.Rosen jelas akan membagi dua s

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09

Bab terbaru

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   7 - Rencana Untuk Rosen

    "Kau akan segera pulang atau singgah ke mana dulu? Aku bersedia mengantarmu."Ryder hanya menggeleng lemah untuk tawaran dari sang sahabat. Tidak akan dikeluarkan satu patah kata sebagai jawaban tambahan. Walau tahu, Erren ingin menciptakan obrolan dengannya.Ryder sedang merasakan lelah secara fisik dan pikiran yang luar biasa, hari ini. Energi begitu terkuras hingga badannya lemas.Berbicara tentang hal tidak penting, ingin dihindari. Lagi pula, suasana hatinya juga tengah tak mendukung. Lebih baik diam, daripada nantinya mengeluarkan jawaban yang sinis pada Erren.Tugas memimpin beberapa bisnis serta juga perusahaan semakin berat baginya, seiring dengan hari demi hari yang sudah dilewati.&nbs

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   6 - Rasa Kehilangan

    Bugh!Bugh!Bugh!Bugh!Ryder terus memukulkan tinjunya yang kencang ke samsak gantung di hadapannya. Keringat keluar deras. Sudah membasahi badan dan wajahnya.Ryder enggan berhenti, andai saja sang sahabat, Erren Verlen, tidak semakin mendekat.Langsung saja dilayangkan tatapan tajam pada sahabatnya itu. Hendak ditunjukkan kehadiran Erren sedang tidak diinginkan. Sang sahabat pasti akan paham apa yang dirinya inginkan."Aku tidak bermaksud mengganggumu. Tapi, Bibi terus menghubungiku. Meminta menyampaikan pesan padamu agar kau mengangkat teleponnya."

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   5 - Pertemuan Tak Terduga

    "Aku sudah berpesan padamu bukan? Kau harus ajak sahabat kita ini ke dokter, Kawan.""Dia tidak membutuhkan perawatan medis, dia perlu seseorang mengisi hatinya, Michael." Erren dengan segera menimpatu ucapan sahabatnya."Haha. Kau sepertinya benar, Erren. Dia butuh wanita yang diajaknya kencan satu malam itu.""Tapi, sayang wanita itu tidak menampakkan diri di sini. Sungguh sangat malang." Michael berucap santai dan menyeringai ke arah Ryder."Kita setiap hari hampir ke sini selama tiga bulan. Tidak ada hasil sama sekali," lanjut Michael."Kau benar. Kita berdua bahkan selalu setia menemani sahabat kita kemari agar dia bisa menemukan

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   4 - Interaksi Pagi

    Rosen lelah sudah pasti karena permainan panas dengan Ryder semalam. Ia pun perlu istirahat yang cukup karena tubuhnya pegal.Namun, Rosen tak bisa tidur nyenyak sama sekali Walau, sudah berupaya memejamkankedua mata selama berbaring di samping Ryder yang justru terlelap pulas.Dekapan pria itu hangat. Rosen merasakan kenyamanan sekaligus kegugupan. Ia tidak juga mengharapkan apa-apa.Hubungannya dengan Ryder pun hanya satu malam. Tak ada kisah lanjutan yang akan terjadi untuk mereka berdua.Kembali, ke masalah insomnia dialami oleh Rosen. Wanita itu dibuat terjaga hingga pagi datang, tanpa bisa tidur sedikit pun.Tepat pukul enam, Rosen turun dari kasur. Bergegas ke kamar mandi membersihkan diri. Ia menghabiskan satu jam di dalam.Rosen tidak menikmati waktunya dengan berendam air hangat di bath up. Ia duduk di closet memikirkan sejumlah hal. Dan,

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   3 - Malam Indah

    Rosen mengira minum empat gelas vodka, akan berdampak pada kesadarannya yang mengalami penurunan. Ternyata, tidak.Rosen masih bisa mengingat dengan betul bagaimana awal meninggalkan bar bersama Ryder Davis. Lalu, masuk ke mobil mahal pria itu dengan kegugupan cukup besar.Rosen kira dirinya akan bisa mengontrol perasaan tersebut, saat sudah tiba di hotel. Namun, ia justru semakin tegang.Bukan karena ragu dengan rencananya akan berkencan semalam bersama Ryder Davis, namun tempat yang dipilih pria itu.Hotel sangat berkelas. Bertarif mahal.Rosen memanglah belum tahu secara jelas harga per malam. Sudah dipastikan tidak akan semurah di motel kelas bawah.Tak berarti, Rosen berniat mengajak Ryder Davis pergi ke penginapan yang seperti itu. Minimal bisa digunakan rumahnya hingga tak perlu mengeluarkan uang banyak.Rosen jelas akan membagi dua s

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   2 - Ajakan Kencan Semalam

    Ryder menghitung hampir setengah jam dirinya satu meja dengan Rosen Green, tapi mereka tidak mengobrol banyak.Seperti tidak ada pembicaraan panjang yang bisa diambil untuk menambah keakraban. Bukan berarti juga, Ryder ingin lebih dekat dengan Rosen Green secara cepat.Sulit menjelaskan secara benar. Tapi, Ryder berniat mengenal wanita itu dari tampilan yang tidak diperlihatkan padanya."Kau Ryder Davis bukan?"Sebuah kalimat bernada sopan, langsung saja membuat atensinya teralih dari Rosen. Kini, memandang ke sosok seorang wanita dengan gaun malam yang cukup terbuka. Berdiri cukup dekat dari tempat duduknya.Segera dianggukan kepala seraya berupaya mengingat siapa gerangan wanita itu. Terasa tidak asing bagi Ryder.Dan, tak butuh waktu lama baginya untuk mengenali kembali. Senyum pun lebih lebar dipamerkan pada si wanita."Iya, benar." Ryder menjawab ramah."Kau sendiri Maria bukan?""Haha. Iya. Aku Maria Gomez. Aku kir

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   1 - Hiburan Malam

    "Hahh!" Rosen berseru dalam suara teredam karena wajah ditutup dengan kedua tangan."Menyebalkan sekali!" seru Rosen kembali."Aku tahu kau sangat kesal. Aku pun kalau menjadi kau akan sangat emosi.""Aku pasti sudah menampar pria itu dengan keras beberapa kali. Aku tidak peduli kalau dia adalah klien penting perusahan."Rosen mengangguk-angguk. Gerakan kepala yang lemah saja. Lalu, tangan-tangannya disingkirkan dari wajah.Arah pandang langsung tertuju pada sang sahabat, yakni Varlon Lewis. Wanita itu tengah duduk di kursi seberang meja.Varlon itu menampakkan ekspresi galak. Kontras dengan dirinya yang memasang raut cemberut dan kerucutan bibir.Semarag apa pun sedang dirasakan Rosen, ia masih kalah dibanding Varlon dalam cara menunjukkan amarah yang meluap-luap.Kemudian, Rosen menggeleng. Respons atas ucapan sang sahabat tadi. "Aku juga mau begitu. Menampar pria itu. Tapi ....""Tapi, kenapa? Kau takut di

DMCA.com Protection Status