Share

3 - Malam Indah

Penulis: Di_evil
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-09 14:16:42

Rosen mengira minum empat gelas vodka, akan berdampak pada kesadarannya yang mengalami penurunan. Ternyata, tidak.

Rosen masih bisa mengingat dengan betul bagaimana awal meninggalkan bar bersama Ryder Davis. Lalu, masuk ke mobil mahal pria itu dengan kegugupan cukup besar.

Rosen kira dirinya akan bisa mengontrol perasaan tersebut, saat sudah tiba di hotel. Namun, ia justru semakin tegang.

Bukan karena ragu dengan rencananya akan  berkencan semalam bersama Ryder Davis, namun tempat yang dipilih pria itu.

Hotel sangat berkelas. Bertarif mahal.

Rosen memanglah belum tahu secara jelas harga per malam. Sudah dipastikan tidak akan semurah di motel kelas bawah.

Tak berarti, Rosen berniat mengajak Ryder Davis pergi ke penginapan yang seperti itu. Minimal bisa digunakan rumahnya hingga tak perlu mengeluarkan uang banyak.

Rosen jelas akan membagi dua secara adil dengan Ryder biaya hotel. Tidak bisa pria itu yang hanya membayar demi harga diri.

"Kau kenapa, Miss Green?"

Rosen langsung saja membuyarkan lamunan mendengar pertanyaan bernada sopan yang Ryder lontarkan. Ia tak langsung memberi atensi pada pria itu.

Rosen lebih dulu mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk tahu dimana dirinya dan Ryder tengah berada, kini.

Mereka sudah di lift.

Padahal, baru beberapa menit lalu rasanya ia dan Ryder berjalan di lobi dengan lengan pria itu merangkul pinggangnya erat.

Sampai sekarang, rengkuhan Ryder belum berkurang memang. Dan, lebih buruk lagi, Rosen merasa semakin nyaman berada di dalam dekapan pria itu. Merasa terlindungi.

"Miss Green?"

Rosen memamerkan senyuman yang cukup lebar. Lalu, menggeleng. "Tidak ada pikiran serius sedang membebaniku."

"Aku cuma sedikit gugup." Rosen memilih jujur. Walau, tak secara penuh.

"Apa kau tidak pernah sebelumnya?"

Rosen seketika membeliak. "Maksudmu aku ini masih gadis? Begitu?"

Kemudian, Rosen cepat-cepat menggeleng. Tak ditunggu respons dari Ryder lebih dulu. Harus segera diralatnya. Lebih jelas, tidak akan menimbulkan kesalahpahaman.

"Aku tidak akan sepolos itu," pertegas Rosen sedikit malu. Dihindari tatapan Ryder.

"Aku tidak pandai menjaga kegadisanku."

"Hahaha."

Rosen pun tidak tahan untuk tak melihat bagaimana ekspresi pria itu, saat tertawa. Dan, benar saja, Ryder tampak jauh lebih menawan. Ketampanan tak terbantahkan.

Namun kemudian, Rosen harus berhenti memandang Ryder, saat pria itu menatap dirinya dengan sorot yang intens.

Tak berselang lama, pintu lift terbuka. Dan sedetik selanjutnya, Rosen mendapatkan rangkulan di bagian pundak dari Ryder.

Mereka berdua lantas berjalan beriringan keluar. Melangkah cukup santai. Rosen tak bisa melepas kontak mata dengan Ryder.

"Kau sering melakukan kencan satu malam bersama pria kenalan di bar sepertiku?"

Rosen menggeleng cepat. "Tidak."

"Kau yang pertama," lanjutnya dalam nada yang lebih mantap.

"Aku cuma pernah tidur dengan pria yang berstatuskan sebagai kekasihku."

"Terakhir kali, satu tahun lalu." Xevia pun memperjelas. Entah kenapa, ingin diungkap.

"Aku cukup tersanjung menjadi pria yang pertama berkencan denganmu."

Xevia hendak membalas, namun perhatian tersita oleh pemandangan kamar hotel yang begitu mewah dan luas. Ia tercengang.

Xevia tak tahu persis bagaimana harus bereaksi seperti apa. Saat hendak berbicara, bibirnya sudah dibungkam oleh Ryder.

Pagutan pria itu begitu lembut. Tak butuh waktu lama dirinya hanyut dalam cumbuan Ryder. Ia pun berusaha membalas. Walau, pria itu yang mendominasi.

Beberapa detik kemudian, Rosen bahkan sudah mendapati diri berbaring di atas kasur. Ryder menindihnya.

Ciuman mereka belum berakhir.

Perlahan, hasrat Rosen terbangkitkan. Ia ingin mengalami malam panas dengan teman kencan satu malamnya.

"Beri aku kepuasan, Mr. Davis."

"Dengan senang hati, Miss Rosen."

Bab terkait

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   4 - Interaksi Pagi

    Rosen lelah sudah pasti karena permainan panas dengan Ryder semalam. Ia pun perlu istirahat yang cukup karena tubuhnya pegal.Namun, Rosen tak bisa tidur nyenyak sama sekali Walau, sudah berupaya memejamkankedua mata selama berbaring di samping Ryder yang justru terlelap pulas.Dekapan pria itu hangat. Rosen merasakan kenyamanan sekaligus kegugupan. Ia tidak juga mengharapkan apa-apa.Hubungannya dengan Ryder pun hanya satu malam. Tak ada kisah lanjutan yang akan terjadi untuk mereka berdua.Kembali, ke masalah insomnia dialami oleh Rosen. Wanita itu dibuat terjaga hingga pagi datang, tanpa bisa tidur sedikit pun.Tepat pukul enam, Rosen turun dari kasur. Bergegas ke kamar mandi membersihkan diri. Ia menghabiskan satu jam di dalam.Rosen tidak menikmati waktunya dengan berendam air hangat di bath up. Ia duduk di closet memikirkan sejumlah hal. Dan,

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   5 - Pertemuan Tak Terduga

    "Aku sudah berpesan padamu bukan? Kau harus ajak sahabat kita ini ke dokter, Kawan.""Dia tidak membutuhkan perawatan medis, dia perlu seseorang mengisi hatinya, Michael." Erren dengan segera menimpatu ucapan sahabatnya."Haha. Kau sepertinya benar, Erren. Dia butuh wanita yang diajaknya kencan satu malam itu.""Tapi, sayang wanita itu tidak menampakkan diri di sini. Sungguh sangat malang." Michael berucap santai dan menyeringai ke arah Ryder."Kita setiap hari hampir ke sini selama tiga bulan. Tidak ada hasil sama sekali," lanjut Michael."Kau benar. Kita berdua bahkan selalu setia menemani sahabat kita kemari agar dia bisa menemukan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   6 - Rasa Kehilangan

    Bugh!Bugh!Bugh!Bugh!Ryder terus memukulkan tinjunya yang kencang ke samsak gantung di hadapannya. Keringat keluar deras. Sudah membasahi badan dan wajahnya.Ryder enggan berhenti, andai saja sang sahabat, Erren Verlen, tidak semakin mendekat.Langsung saja dilayangkan tatapan tajam pada sahabatnya itu. Hendak ditunjukkan kehadiran Erren sedang tidak diinginkan. Sang sahabat pasti akan paham apa yang dirinya inginkan."Aku tidak bermaksud mengganggumu. Tapi, Bibi terus menghubungiku. Meminta menyampaikan pesan padamu agar kau mengangkat teleponnya."

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   7 - Rencana Untuk Rosen

    "Kau akan segera pulang atau singgah ke mana dulu? Aku bersedia mengantarmu."Ryder hanya menggeleng lemah untuk tawaran dari sang sahabat. Tidak akan dikeluarkan satu patah kata sebagai jawaban tambahan. Walau tahu, Erren ingin menciptakan obrolan dengannya.Ryder sedang merasakan lelah secara fisik dan pikiran yang luar biasa, hari ini. Energi begitu terkuras hingga badannya lemas.Berbicara tentang hal tidak penting, ingin dihindari. Lagi pula, suasana hatinya juga tengah tak mendukung. Lebih baik diam, daripada nantinya mengeluarkan jawaban yang sinis pada Erren.Tugas memimpin beberapa bisnis serta juga perusahaan semakin berat baginya, seiring dengan hari demi hari yang sudah dilewati.&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   1 - Hiburan Malam

    "Hahh!" Rosen berseru dalam suara teredam karena wajah ditutup dengan kedua tangan."Menyebalkan sekali!" seru Rosen kembali."Aku tahu kau sangat kesal. Aku pun kalau menjadi kau akan sangat emosi.""Aku pasti sudah menampar pria itu dengan keras beberapa kali. Aku tidak peduli kalau dia adalah klien penting perusahan."Rosen mengangguk-angguk. Gerakan kepala yang lemah saja. Lalu, tangan-tangannya disingkirkan dari wajah.Arah pandang langsung tertuju pada sang sahabat, yakni Varlon Lewis. Wanita itu tengah duduk di kursi seberang meja.Varlon itu menampakkan ekspresi galak. Kontras dengan dirinya yang memasang raut cemberut dan kerucutan bibir.Semarag apa pun sedang dirasakan Rosen, ia masih kalah dibanding Varlon dalam cara menunjukkan amarah yang meluap-luap.Kemudian, Rosen menggeleng. Respons atas ucapan sang sahabat tadi. "Aku juga mau begitu. Menampar pria itu. Tapi ....""Tapi, kenapa? Kau takut di

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   2 - Ajakan Kencan Semalam

    Ryder menghitung hampir setengah jam dirinya satu meja dengan Rosen Green, tapi mereka tidak mengobrol banyak.Seperti tidak ada pembicaraan panjang yang bisa diambil untuk menambah keakraban. Bukan berarti juga, Ryder ingin lebih dekat dengan Rosen Green secara cepat.Sulit menjelaskan secara benar. Tapi, Ryder berniat mengenal wanita itu dari tampilan yang tidak diperlihatkan padanya."Kau Ryder Davis bukan?"Sebuah kalimat bernada sopan, langsung saja membuat atensinya teralih dari Rosen. Kini, memandang ke sosok seorang wanita dengan gaun malam yang cukup terbuka. Berdiri cukup dekat dari tempat duduknya.Segera dianggukan kepala seraya berupaya mengingat siapa gerangan wanita itu. Terasa tidak asing bagi Ryder.Dan, tak butuh waktu lama baginya untuk mengenali kembali. Senyum pun lebih lebar dipamerkan pada si wanita."Iya, benar." Ryder menjawab ramah."Kau sendiri Maria bukan?""Haha. Iya. Aku Maria Gomez. Aku kir

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09

Bab terbaru

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   7 - Rencana Untuk Rosen

    "Kau akan segera pulang atau singgah ke mana dulu? Aku bersedia mengantarmu."Ryder hanya menggeleng lemah untuk tawaran dari sang sahabat. Tidak akan dikeluarkan satu patah kata sebagai jawaban tambahan. Walau tahu, Erren ingin menciptakan obrolan dengannya.Ryder sedang merasakan lelah secara fisik dan pikiran yang luar biasa, hari ini. Energi begitu terkuras hingga badannya lemas.Berbicara tentang hal tidak penting, ingin dihindari. Lagi pula, suasana hatinya juga tengah tak mendukung. Lebih baik diam, daripada nantinya mengeluarkan jawaban yang sinis pada Erren.Tugas memimpin beberapa bisnis serta juga perusahaan semakin berat baginya, seiring dengan hari demi hari yang sudah dilewati.&nbs

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   6 - Rasa Kehilangan

    Bugh!Bugh!Bugh!Bugh!Ryder terus memukulkan tinjunya yang kencang ke samsak gantung di hadapannya. Keringat keluar deras. Sudah membasahi badan dan wajahnya.Ryder enggan berhenti, andai saja sang sahabat, Erren Verlen, tidak semakin mendekat.Langsung saja dilayangkan tatapan tajam pada sahabatnya itu. Hendak ditunjukkan kehadiran Erren sedang tidak diinginkan. Sang sahabat pasti akan paham apa yang dirinya inginkan."Aku tidak bermaksud mengganggumu. Tapi, Bibi terus menghubungiku. Meminta menyampaikan pesan padamu agar kau mengangkat teleponnya."

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   5 - Pertemuan Tak Terduga

    "Aku sudah berpesan padamu bukan? Kau harus ajak sahabat kita ini ke dokter, Kawan.""Dia tidak membutuhkan perawatan medis, dia perlu seseorang mengisi hatinya, Michael." Erren dengan segera menimpatu ucapan sahabatnya."Haha. Kau sepertinya benar, Erren. Dia butuh wanita yang diajaknya kencan satu malam itu.""Tapi, sayang wanita itu tidak menampakkan diri di sini. Sungguh sangat malang." Michael berucap santai dan menyeringai ke arah Ryder."Kita setiap hari hampir ke sini selama tiga bulan. Tidak ada hasil sama sekali," lanjut Michael."Kau benar. Kita berdua bahkan selalu setia menemani sahabat kita kemari agar dia bisa menemukan

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   4 - Interaksi Pagi

    Rosen lelah sudah pasti karena permainan panas dengan Ryder semalam. Ia pun perlu istirahat yang cukup karena tubuhnya pegal.Namun, Rosen tak bisa tidur nyenyak sama sekali Walau, sudah berupaya memejamkankedua mata selama berbaring di samping Ryder yang justru terlelap pulas.Dekapan pria itu hangat. Rosen merasakan kenyamanan sekaligus kegugupan. Ia tidak juga mengharapkan apa-apa.Hubungannya dengan Ryder pun hanya satu malam. Tak ada kisah lanjutan yang akan terjadi untuk mereka berdua.Kembali, ke masalah insomnia dialami oleh Rosen. Wanita itu dibuat terjaga hingga pagi datang, tanpa bisa tidur sedikit pun.Tepat pukul enam, Rosen turun dari kasur. Bergegas ke kamar mandi membersihkan diri. Ia menghabiskan satu jam di dalam.Rosen tidak menikmati waktunya dengan berendam air hangat di bath up. Ia duduk di closet memikirkan sejumlah hal. Dan,

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   3 - Malam Indah

    Rosen mengira minum empat gelas vodka, akan berdampak pada kesadarannya yang mengalami penurunan. Ternyata, tidak.Rosen masih bisa mengingat dengan betul bagaimana awal meninggalkan bar bersama Ryder Davis. Lalu, masuk ke mobil mahal pria itu dengan kegugupan cukup besar.Rosen kira dirinya akan bisa mengontrol perasaan tersebut, saat sudah tiba di hotel. Namun, ia justru semakin tegang.Bukan karena ragu dengan rencananya akan berkencan semalam bersama Ryder Davis, namun tempat yang dipilih pria itu.Hotel sangat berkelas. Bertarif mahal.Rosen memanglah belum tahu secara jelas harga per malam. Sudah dipastikan tidak akan semurah di motel kelas bawah.Tak berarti, Rosen berniat mengajak Ryder Davis pergi ke penginapan yang seperti itu. Minimal bisa digunakan rumahnya hingga tak perlu mengeluarkan uang banyak.Rosen jelas akan membagi dua s

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   2 - Ajakan Kencan Semalam

    Ryder menghitung hampir setengah jam dirinya satu meja dengan Rosen Green, tapi mereka tidak mengobrol banyak.Seperti tidak ada pembicaraan panjang yang bisa diambil untuk menambah keakraban. Bukan berarti juga, Ryder ingin lebih dekat dengan Rosen Green secara cepat.Sulit menjelaskan secara benar. Tapi, Ryder berniat mengenal wanita itu dari tampilan yang tidak diperlihatkan padanya."Kau Ryder Davis bukan?"Sebuah kalimat bernada sopan, langsung saja membuat atensinya teralih dari Rosen. Kini, memandang ke sosok seorang wanita dengan gaun malam yang cukup terbuka. Berdiri cukup dekat dari tempat duduknya.Segera dianggukan kepala seraya berupaya mengingat siapa gerangan wanita itu. Terasa tidak asing bagi Ryder.Dan, tak butuh waktu lama baginya untuk mengenali kembali. Senyum pun lebih lebar dipamerkan pada si wanita."Iya, benar." Ryder menjawab ramah."Kau sendiri Maria bukan?""Haha. Iya. Aku Maria Gomez. Aku kir

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   1 - Hiburan Malam

    "Hahh!" Rosen berseru dalam suara teredam karena wajah ditutup dengan kedua tangan."Menyebalkan sekali!" seru Rosen kembali."Aku tahu kau sangat kesal. Aku pun kalau menjadi kau akan sangat emosi.""Aku pasti sudah menampar pria itu dengan keras beberapa kali. Aku tidak peduli kalau dia adalah klien penting perusahan."Rosen mengangguk-angguk. Gerakan kepala yang lemah saja. Lalu, tangan-tangannya disingkirkan dari wajah.Arah pandang langsung tertuju pada sang sahabat, yakni Varlon Lewis. Wanita itu tengah duduk di kursi seberang meja.Varlon itu menampakkan ekspresi galak. Kontras dengan dirinya yang memasang raut cemberut dan kerucutan bibir.Semarag apa pun sedang dirasakan Rosen, ia masih kalah dibanding Varlon dalam cara menunjukkan amarah yang meluap-luap.Kemudian, Rosen menggeleng. Respons atas ucapan sang sahabat tadi. "Aku juga mau begitu. Menampar pria itu. Tapi ....""Tapi, kenapa? Kau takut di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status