Share

6 - Rasa Kehilangan

Penulis: Di_evil
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-09 14:19:39

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Ryder terus memukulkan tinjunya yang kencang ke samsak gantung di hadapannya. Keringat keluar deras. Sudah membasahi badan dan wajahnya.

Ryder enggan berhenti, andai saja sang sahabat, Erren Verlen, tidak semakin mendekat. 

Langsung saja dilayangkan tatapan tajam pada sahabatnya itu. Hendak ditunjukkan kehadiran Erren sedang tidak diinginkan. Sang sahabat pasti akan paham apa yang dirinya inginkan.

"Aku tidak bermaksud mengganggumu. Tapi, Bibi terus menghubungiku. Meminta menyampaikan pesan padamu agar kau mengangkat teleponnya."

Ryder tak langsung menjawab. Butuh beberapa waktu untuknya mengambil sikap. Sebab, menerima panggilan orangtuanya terkait kematian sang kakak adalah hal yang paling dihindari.

"Kau jangan menambah beban orangtuamu dengan membuat mereka cemas, karena kau tidak menerima telepon dari mereka."

Ucapan sang sahabat pun menyadarkan Ryder. Ia dengan cepat mengambil keputusan. Kepala pun dianggukan, walau hanya sekali.

"Aku akan menelepon." Ryder berujar dengan nada datar. "Tolong kau pergi."

"Baiklah, Kawan. Aku akan ada di bawah, kalau kau butuh bantuan. Telepon aku atau Michael."

Ryder tak menjawab. Namun, memerhatikan Erren yang beranjak keluar dari kamarnya. 

Saat sang sahabat sudah benar-benar pergi, barulah Ryder mengambil handphone dan menelepon ibunya.

Panggilan diangkat diangkat di seberang sana.

"Berhentilah bersikap egois, Ryder!"

"Kau tidak akan datang? Bagaimana bisa kau begitu dengan kakakmu sendiri?"

"Kau harus kemari sekarang. Kau hanya punya kesempatan terakhir hari ini memberi kakakmu penghormatan. Kau mengerti ucapan, Nak?"

Ryder langsung mematikan telepon, tepat setelah sang ibu menyelesaikan ucapan. Handphone pun dilempar ke lantai hingga mengalami kerusakan.

Ryder sudah tidak mampu mengendalikan diri dengan emosi dan amarah yang semakin besar membara. Ia perlu melampiaskan semua.

Dadanya sudah terasa terbakar sejak kemarin. Kepala berdenyut menyiksa juga. Ryder dilanda kekacauan besar yang tak bisa diatasinya.

Lebih tepat merasakan kehancuran. Hidupnya terguncang oleh kepergian sang kakak. Ryder belum bisa menerima kenyataan.

Semua terjadi begitu cepat. Tak pernah sekalipun terpikirkan peristiwa buruk akan menimpa saudara laki-laki satu-satunya yang Ryder miliki itu.

Meski, hubungan mereka tidak terlalu dekat. Namun, tak pernah ada pertengkaran serius di antaranya dan sang kakak yang menyebabkan mereka sampai bertengkar hebat.

Walau, tidak pernah mengungkapkan pada satu sama lain, kalau selalu ada kasih sayang besar bagi mereka masing-masing.

Ryder tadinya berencana menumpahkan segala emosi dengan bermain boxing tunggal. Meluapkan dengan cara demikian lebih baik, dibandingkan harus menangis. Ia enggan terlihat cengeng.

Namun nyatanya, air mata Ryder keluar. Terdorong begitu saja netranya ke pipi begitu deras. Sudah tak ada pertahanan diri Ryder lagi. Runtuh.

Menangis dalam diam sembari mengingat satu demi satu kenangan yang pernah dilalui bersama kakaknya. Air mata terus berjatuhan.

Ryder benci kelemahan dirinya ini, namun kendali untuk bersikap kuat dan tegar, tidak bisa lakukan. Ryder sudah terlalu merasa hancur karena sang kakak meninggalkannya.

"Aku tidak mau mengganggumu sebenarnya. Aku hanya mau menyam--"

"Ada apa?" Ryder menjawab dalam suara dingin ucapan Erren Verlen, sang sahabat.

"Tapi, tamu spesial yang kau tunggu sudah datang. Pelayan memberitahuku lewat pesan baru saja."

Ryder bangun dari kursi. Berjalan menuju ke kamar mandi. Ia ingin mencapai wastafel secepatnya guna membasuh wajah dari air mata. 

Dalam waktu satu menit, sudah selesai dilakukan. Ryder kembali ke ruang tidurnya. Pandangan mengedar ke sekeliling. Tak ditemukan sang sahabat. Erren sudah pergi. 

Ryder baru saja hendak keluar juga, namun sang sahabat yang justru masuk lagi ke kamarnya. Erren tak datang sendiri. Melainkan, bersama seorang bayi dengan tubuh yang kecil dan ringkih.

"Tamu spesialmu sudah datang, Kawan."

Ryder mengabaikan celotehan Erren. Fokusnya hanya tertuju ke sosok mungil bayi perempuan dalam gendongan sang sahabat.

Ryder seketika berkaca-kaca, saat menyentuhnya tangan ke kepala bayi itu. "Aku akan berusaha …."

"Aku akan mencoba menjadi orangtua yang baik untukmu, Baby Jassie."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   7 - Rencana Untuk Rosen

    "Kau akan segera pulang atau singgah ke mana dulu? Aku bersedia mengantarmu."Ryder hanya menggeleng lemah untuk tawaran dari sang sahabat. Tidak akan dikeluarkan satu patah kata sebagai jawaban tambahan. Walau tahu, Erren ingin menciptakan obrolan dengannya.Ryder sedang merasakan lelah secara fisik dan pikiran yang luar biasa, hari ini. Energi begitu terkuras hingga badannya lemas.Berbicara tentang hal tidak penting, ingin dihindari. Lagi pula, suasana hatinya juga tengah tak mendukung. Lebih baik diam, daripada nantinya mengeluarkan jawaban yang sinis pada Erren.Tugas memimpin beberapa bisnis serta juga perusahaan semakin berat baginya, seiring dengan hari demi hari yang sudah dilewati.&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   1 - Hiburan Malam

    "Hahh!" Rosen berseru dalam suara teredam karena wajah ditutup dengan kedua tangan."Menyebalkan sekali!" seru Rosen kembali."Aku tahu kau sangat kesal. Aku pun kalau menjadi kau akan sangat emosi.""Aku pasti sudah menampar pria itu dengan keras beberapa kali. Aku tidak peduli kalau dia adalah klien penting perusahan."Rosen mengangguk-angguk. Gerakan kepala yang lemah saja. Lalu, tangan-tangannya disingkirkan dari wajah.Arah pandang langsung tertuju pada sang sahabat, yakni Varlon Lewis. Wanita itu tengah duduk di kursi seberang meja.Varlon itu menampakkan ekspresi galak. Kontras dengan dirinya yang memasang raut cemberut dan kerucutan bibir.Semarag apa pun sedang dirasakan Rosen, ia masih kalah dibanding Varlon dalam cara menunjukkan amarah yang meluap-luap.Kemudian, Rosen menggeleng. Respons atas ucapan sang sahabat tadi. "Aku juga mau begitu. Menampar pria itu. Tapi ....""Tapi, kenapa? Kau takut di

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   2 - Ajakan Kencan Semalam

    Ryder menghitung hampir setengah jam dirinya satu meja dengan Rosen Green, tapi mereka tidak mengobrol banyak.Seperti tidak ada pembicaraan panjang yang bisa diambil untuk menambah keakraban. Bukan berarti juga, Ryder ingin lebih dekat dengan Rosen Green secara cepat.Sulit menjelaskan secara benar. Tapi, Ryder berniat mengenal wanita itu dari tampilan yang tidak diperlihatkan padanya."Kau Ryder Davis bukan?"Sebuah kalimat bernada sopan, langsung saja membuat atensinya teralih dari Rosen. Kini, memandang ke sosok seorang wanita dengan gaun malam yang cukup terbuka. Berdiri cukup dekat dari tempat duduknya.Segera dianggukan kepala seraya berupaya mengingat siapa gerangan wanita itu. Terasa tidak asing bagi Ryder.Dan, tak butuh waktu lama baginya untuk mengenali kembali. Senyum pun lebih lebar dipamerkan pada si wanita."Iya, benar." Ryder menjawab ramah."Kau sendiri Maria bukan?""Haha. Iya. Aku Maria Gomez. Aku kir

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   3 - Malam Indah

    Rosen mengira minum empat gelas vodka, akan berdampak pada kesadarannya yang mengalami penurunan. Ternyata, tidak.Rosen masih bisa mengingat dengan betul bagaimana awal meninggalkan bar bersama Ryder Davis. Lalu, masuk ke mobil mahal pria itu dengan kegugupan cukup besar.Rosen kira dirinya akan bisa mengontrol perasaan tersebut, saat sudah tiba di hotel. Namun, ia justru semakin tegang.Bukan karena ragu dengan rencananya akan berkencan semalam bersama Ryder Davis, namun tempat yang dipilih pria itu.Hotel sangat berkelas. Bertarif mahal.Rosen memanglah belum tahu secara jelas harga per malam. Sudah dipastikan tidak akan semurah di motel kelas bawah.Tak berarti, Rosen berniat mengajak Ryder Davis pergi ke penginapan yang seperti itu. Minimal bisa digunakan rumahnya hingga tak perlu mengeluarkan uang banyak.Rosen jelas akan membagi dua s

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   4 - Interaksi Pagi

    Rosen lelah sudah pasti karena permainan panas dengan Ryder semalam. Ia pun perlu istirahat yang cukup karena tubuhnya pegal.Namun, Rosen tak bisa tidur nyenyak sama sekali Walau, sudah berupaya memejamkankedua mata selama berbaring di samping Ryder yang justru terlelap pulas.Dekapan pria itu hangat. Rosen merasakan kenyamanan sekaligus kegugupan. Ia tidak juga mengharapkan apa-apa.Hubungannya dengan Ryder pun hanya satu malam. Tak ada kisah lanjutan yang akan terjadi untuk mereka berdua.Kembali, ke masalah insomnia dialami oleh Rosen. Wanita itu dibuat terjaga hingga pagi datang, tanpa bisa tidur sedikit pun.Tepat pukul enam, Rosen turun dari kasur. Bergegas ke kamar mandi membersihkan diri. Ia menghabiskan satu jam di dalam.Rosen tidak menikmati waktunya dengan berendam air hangat di bath up. Ia duduk di closet memikirkan sejumlah hal. Dan,

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   5 - Pertemuan Tak Terduga

    "Aku sudah berpesan padamu bukan? Kau harus ajak sahabat kita ini ke dokter, Kawan.""Dia tidak membutuhkan perawatan medis, dia perlu seseorang mengisi hatinya, Michael." Erren dengan segera menimpatu ucapan sahabatnya."Haha. Kau sepertinya benar, Erren. Dia butuh wanita yang diajaknya kencan satu malam itu.""Tapi, sayang wanita itu tidak menampakkan diri di sini. Sungguh sangat malang." Michael berucap santai dan menyeringai ke arah Ryder."Kita setiap hari hampir ke sini selama tiga bulan. Tidak ada hasil sama sekali," lanjut Michael."Kau benar. Kita berdua bahkan selalu setia menemani sahabat kita kemari agar dia bisa menemukan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09

Bab terbaru

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   7 - Rencana Untuk Rosen

    "Kau akan segera pulang atau singgah ke mana dulu? Aku bersedia mengantarmu."Ryder hanya menggeleng lemah untuk tawaran dari sang sahabat. Tidak akan dikeluarkan satu patah kata sebagai jawaban tambahan. Walau tahu, Erren ingin menciptakan obrolan dengannya.Ryder sedang merasakan lelah secara fisik dan pikiran yang luar biasa, hari ini. Energi begitu terkuras hingga badannya lemas.Berbicara tentang hal tidak penting, ingin dihindari. Lagi pula, suasana hatinya juga tengah tak mendukung. Lebih baik diam, daripada nantinya mengeluarkan jawaban yang sinis pada Erren.Tugas memimpin beberapa bisnis serta juga perusahaan semakin berat baginya, seiring dengan hari demi hari yang sudah dilewati.&nbs

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   6 - Rasa Kehilangan

    Bugh!Bugh!Bugh!Bugh!Ryder terus memukulkan tinjunya yang kencang ke samsak gantung di hadapannya. Keringat keluar deras. Sudah membasahi badan dan wajahnya.Ryder enggan berhenti, andai saja sang sahabat, Erren Verlen, tidak semakin mendekat.Langsung saja dilayangkan tatapan tajam pada sahabatnya itu. Hendak ditunjukkan kehadiran Erren sedang tidak diinginkan. Sang sahabat pasti akan paham apa yang dirinya inginkan."Aku tidak bermaksud mengganggumu. Tapi, Bibi terus menghubungiku. Meminta menyampaikan pesan padamu agar kau mengangkat teleponnya."

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   5 - Pertemuan Tak Terduga

    "Aku sudah berpesan padamu bukan? Kau harus ajak sahabat kita ini ke dokter, Kawan.""Dia tidak membutuhkan perawatan medis, dia perlu seseorang mengisi hatinya, Michael." Erren dengan segera menimpatu ucapan sahabatnya."Haha. Kau sepertinya benar, Erren. Dia butuh wanita yang diajaknya kencan satu malam itu.""Tapi, sayang wanita itu tidak menampakkan diri di sini. Sungguh sangat malang." Michael berucap santai dan menyeringai ke arah Ryder."Kita setiap hari hampir ke sini selama tiga bulan. Tidak ada hasil sama sekali," lanjut Michael."Kau benar. Kita berdua bahkan selalu setia menemani sahabat kita kemari agar dia bisa menemukan

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   4 - Interaksi Pagi

    Rosen lelah sudah pasti karena permainan panas dengan Ryder semalam. Ia pun perlu istirahat yang cukup karena tubuhnya pegal.Namun, Rosen tak bisa tidur nyenyak sama sekali Walau, sudah berupaya memejamkankedua mata selama berbaring di samping Ryder yang justru terlelap pulas.Dekapan pria itu hangat. Rosen merasakan kenyamanan sekaligus kegugupan. Ia tidak juga mengharapkan apa-apa.Hubungannya dengan Ryder pun hanya satu malam. Tak ada kisah lanjutan yang akan terjadi untuk mereka berdua.Kembali, ke masalah insomnia dialami oleh Rosen. Wanita itu dibuat terjaga hingga pagi datang, tanpa bisa tidur sedikit pun.Tepat pukul enam, Rosen turun dari kasur. Bergegas ke kamar mandi membersihkan diri. Ia menghabiskan satu jam di dalam.Rosen tidak menikmati waktunya dengan berendam air hangat di bath up. Ia duduk di closet memikirkan sejumlah hal. Dan,

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   3 - Malam Indah

    Rosen mengira minum empat gelas vodka, akan berdampak pada kesadarannya yang mengalami penurunan. Ternyata, tidak.Rosen masih bisa mengingat dengan betul bagaimana awal meninggalkan bar bersama Ryder Davis. Lalu, masuk ke mobil mahal pria itu dengan kegugupan cukup besar.Rosen kira dirinya akan bisa mengontrol perasaan tersebut, saat sudah tiba di hotel. Namun, ia justru semakin tegang.Bukan karena ragu dengan rencananya akan berkencan semalam bersama Ryder Davis, namun tempat yang dipilih pria itu.Hotel sangat berkelas. Bertarif mahal.Rosen memanglah belum tahu secara jelas harga per malam. Sudah dipastikan tidak akan semurah di motel kelas bawah.Tak berarti, Rosen berniat mengajak Ryder Davis pergi ke penginapan yang seperti itu. Minimal bisa digunakan rumahnya hingga tak perlu mengeluarkan uang banyak.Rosen jelas akan membagi dua s

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   2 - Ajakan Kencan Semalam

    Ryder menghitung hampir setengah jam dirinya satu meja dengan Rosen Green, tapi mereka tidak mengobrol banyak.Seperti tidak ada pembicaraan panjang yang bisa diambil untuk menambah keakraban. Bukan berarti juga, Ryder ingin lebih dekat dengan Rosen Green secara cepat.Sulit menjelaskan secara benar. Tapi, Ryder berniat mengenal wanita itu dari tampilan yang tidak diperlihatkan padanya."Kau Ryder Davis bukan?"Sebuah kalimat bernada sopan, langsung saja membuat atensinya teralih dari Rosen. Kini, memandang ke sosok seorang wanita dengan gaun malam yang cukup terbuka. Berdiri cukup dekat dari tempat duduknya.Segera dianggukan kepala seraya berupaya mengingat siapa gerangan wanita itu. Terasa tidak asing bagi Ryder.Dan, tak butuh waktu lama baginya untuk mengenali kembali. Senyum pun lebih lebar dipamerkan pada si wanita."Iya, benar." Ryder menjawab ramah."Kau sendiri Maria bukan?""Haha. Iya. Aku Maria Gomez. Aku kir

  • A BABY GIRL OF BILLIONAIRE   1 - Hiburan Malam

    "Hahh!" Rosen berseru dalam suara teredam karena wajah ditutup dengan kedua tangan."Menyebalkan sekali!" seru Rosen kembali."Aku tahu kau sangat kesal. Aku pun kalau menjadi kau akan sangat emosi.""Aku pasti sudah menampar pria itu dengan keras beberapa kali. Aku tidak peduli kalau dia adalah klien penting perusahan."Rosen mengangguk-angguk. Gerakan kepala yang lemah saja. Lalu, tangan-tangannya disingkirkan dari wajah.Arah pandang langsung tertuju pada sang sahabat, yakni Varlon Lewis. Wanita itu tengah duduk di kursi seberang meja.Varlon itu menampakkan ekspresi galak. Kontras dengan dirinya yang memasang raut cemberut dan kerucutan bibir.Semarag apa pun sedang dirasakan Rosen, ia masih kalah dibanding Varlon dalam cara menunjukkan amarah yang meluap-luap.Kemudian, Rosen menggeleng. Respons atas ucapan sang sahabat tadi. "Aku juga mau begitu. Menampar pria itu. Tapi ....""Tapi, kenapa? Kau takut di

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status