Hingga pagi menjelang, tak juga ada tanda-tanda bahwa ksatria yang dikirimkan oleh Caspian telah menemukan sang putri. Wajah yang semalam tak kunjung memejamkan mata akibat terlalu cemas itu, tampak semakin lesu. Kalau saja Duke Aidin tak mengingatkan bahwa ksatria kekaisaran hendak kembali dari medan perang, Caspian pasti akan pergi mencari Reinhart seorang diri. Tak perlu baginya meminta para ksatria untuk mencarinya, sementara ia sendiri hanya sanggup menunggu dengan perasaan cemas. "Istirahatlah lebih dulu, Yang Mulia. Anda bisa jatuh sakit jika terus memaksakan diri.""Bagaimana aku bisa istirahat jika di luar sana, nasib Reinhart masih belum diketahui, Paman?" ucap Caspian pada Duke Aidin yang masih setia menemaninya di ruang kerja sang kaisar. Selain mereka berdua, Duke Maxwell juga masih tampak terjaga dengan wajah kusut dan lelah. Mereka sama cemasnya dengan sang kaisar. Terlebih, ada harapan yang diam-diam dititipkan pada sang tuan putri. Bagaimana mungkin mereka akan d
Caspian menatap sang Penyihir Menara Kekaisaran Demir dengan penuh selidik. Sikap pria itu tampak mencurigakan dan sang kaisar tak bisa mengabaikannya begitu saja. "Kau ... menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Caspian dengan nada penuh penekanan. Julius Randle tersentak. Ia menghindari tatapan sang kaisar dan menatap ke arah lain. "Katakan, Julius! Kau menyembunyikan sesuatu dariku?!"Sebenarnya ada hal yang diketahui Julius, tapi tak disampaikan kepada sang kaisar. Ia baru saja merasakan energi sihir yang cukup kuat yang berasal dari sisi hutan bagian selatan. Tempat yang tidak jauh dari perbatasan Ibukota Demir, tapi menjadi tempat yang cukup rawan dan sering kali dihindari. Sebab, di sanalah beberapa kali makhluk magis terlihat, selain di habitat resmi mereka. Sayangnya, makhluk magis di sisi hutan bagian selatan, terkadang tak pandang bulu dan sering kali bersikap brutal apabila bersimpangan dengan manusia. Dan, Julius Randle bisa merasakan energi sihir itu bercampur dengan
Julius bimbang menerima perintah sang kaisar. Tidak hanya kondisi pria itu yang terlihat parah, tapi juga karena energi mana-nya yang makin menipis. Kalaupun ia memaksakan diri mengejar Samantha, bisa dipastikan dirinya akan kalah dengan cepat. Menangkap keragu-raguan sang Penyihir Menara, Caspian bertanya dengan raut muka heran. "Ada hal yang kau sembunyikan lagi kali ini?" "Tidak, Yang Mulia. Ketimbang penyihir hitam, kondisimu sekarang lebih buruk ketimbang yang terlihat. "Kau butuh penanganan segera atau lukamu akan dengan cepat membusuk! Kau tahu kan, pedang api yang digunakan Samantha merusak jaringan tubuh dengan cepat dan ....""Lantas kau memintaku untuk membiarkan Reinhart di luar sana menghadapi wanita keji seorang diri?!" ucap Caspian dengan nada tinggi. Julius Randle tersentak. Ia tidak pernah menyangka sebelumnya jika Caspian akan bersikap begitu keras kepala akibat seorang perempuan. Sang Penyihir Menara menghela napas panjang. Ia mengusap wajahnya dengan gusar.
Caspian merasakan rasa sakit di lengan kirinya mulai mereda ketik membuka mata. Ia tak benar-benar tahu apa yang terjadi hingga pria itu membuka mata dan sudah berada di tempat tidurnya. Dengan cepat ia menoleh ke sisi tempat tidur dan mendapati Duke Maxwell dan Duke Aidin di sampingnya. Sepertinya sejak Caspian melibatkan Duke Aidin untuk mengisi kekosongan kursi kekaisaran ketika ia pergi berperang serta keterlibatan Madame Marianna memberikan pelajaran etiket dasar pada Putri Reinhart, mereka lebih sering terlihat di sekitar sang kaisar. Begitu juga dengan saat ini. Meski keberadaan Madame Marianna absen dari hadapan Kaisar Caspian. "Bagaimana aku bisa berada di sini?""Anda tak sadarkan diri dan prajurit membawa kembali ke istana," jawab Duke Maxwell sambil mengangsurkan gelas berisi ramuan yang dipesankan Julius Randle sebelum meninggalkan kamar tidur sang kaisar. "Ramuan dari Julius?""Ya, Yang Mulia!""Berapa hari aku tak sadarkan diri?" tanya Caspian dengan kening berkeru
Tubuh Reinhart membeku. Bagaimana bisa ia tak takut dengan sosok pria yang kini berdiri tak jauh darinya. Pria itu telah menghabisi nyawa istrinya. Bahkan salah satunya ialah permaisuri kekaisaran ini. Meski ia tak ingin mengakui hasutan yang diucapkan oleh Grand Duke Narcissus sebelum dirinya diculik oleh Lady Rosemary. Tapi, bayangan mengeringkan itu tetap saja tak mau pergi dari benaknya. Lagipula apa mungkin itu hanya sekadar rumor, jika kemudian Lady Rosemary juga mengatakan hal yang sama? Bahwa Caspian-lah yang menyebabkan permaisuri sebelumnya meninggal dunia dengan kehilangan gelar kehormatannya dan dianggap sebagai pengkhianat. Sekalipun Reinhart tak tahu dan tak berusaha mencari tahu mengapa Lady Ariadne disebut sebagai pengkhianat. Dengan begitu saja, sudah cukup membuat tubuh Reinhart gemetar ketika kini berhadapan dengan sang kaisar. Lantas bagaimana mungkin Reinhart tak takut? Membayangkannya saja membuat Reinhart bergidik ngeri. Pria itu telah membunuh para perempu
Pria itu menunjukkan wajah kusut sedari pagi. Sudah tiga hari sejak kembalinya Reinhart ke Istana Sapphire Kekaisaran Demir. Namun, perempuan itu belum menunjukkan sikap bersahabat pada sang kaisar. Bahkan saat Kaisar Caspian memerintahkan untuk mengusut tuntas peristiwa yang menimpa Reinhart, perempuan itu sama sekali tak ingin bertemu dengannya. Reinhart lebih memilih untuk memberikan kesaksiannya kepada kepala keamanan ibukota yang menangani persoalan tersebut. Ya, memang apa kuasa Caspian dalam menangani penyelidikan kasus ini? Ia hanya sebagai pemberi keputusan dari hasil temuan di lapangan. Begitu juga dengan hari ini, ketika Reinhart diminta memberikan kesaksiannya untuk terakhir kali. Perempuan itu masih saja menghindari Caspian. Padahal, ia sudah terlihat kembali akrab dengan Iselt yang rumornya pada saat peristiwa terjadi, telah mengkhianati Reinhart. Mendapati fakta itu, menjadikan Caspian semakin gusar. Kalau saja ia boleh jujur, dirinya merindukan Reinhart.Sangat r
Kaisar Caspian bergegas menuju Istana Sapphire begitu menemukan cara untuk menarik perhatian Reinhart. Wajahnya tak lagi terlihat muram. Justru ia terlihat begitu bersemangat. Ada keyakinan dalam diri sang kaisar, bahwa usahanya akan membuahkan hasil kali ini. Namun, langkah sang kaisar terhenti ketika melihat Reinhart tengah berjalan-jalan santai di taman istana didampingi Iselt. Segaris senyum terbit membingkai raut muka Caspian. Meski demikian, hal itu tidak bertahan lama. Raut muka sang kaisar kembali mendung ketika melihat ekspresi Reinhart. Wajah perempuan itu tampak muram. Seperti halnya sang kaisar tiga hari terakhir. "Apa yang dia pikirkan hingga terlihat begitu muram? Apa keberadaanku benar-benar menggangu Rein?" bisik Caspian pada dirinya sendiri. Jujur saja, ia tak pernah sepeduli ini pada orang lain sebelumnya. Ia bisa memaksakan kehendaknya sesuka hati. Tanpa peduli dengan perasaan orang yang ia paksa. Tapi dengan Reinhart, ia tak bisa berkehendak sesuka hatinya.
Suasana di antara kedua orang itu tampak canggung. Sejujurnya, Julius Randle tidak menyangka jika akan mendengar pengakuan Reinhart yang begitu gamblang. "Kau tidak perlu merasa bertanggung jawab hanya karena kau istri kaisar, Rein. Bagaimanapun risiko yang dihadapi cukup besar.""Apa sekarang Anda tidak yakin bahwa saya seorang Pengendali Waktu, Tuan?" Pertanyaan yang terucap dari mulut Reinhart membuat Julius Randle terpaku. Untuk sesaat, ia bisa merasakan kekuatan sihir yang cukup besar dari perempuan itu. Julius bahkan bisa merasakan mana Reinhart lebih stabil dibandingkan sebelumnya. "Bukan begitu, Rein. Bahkan sejak awal aku sudah bertanya padamu, kekuatan apa yang kau miliki hingga bisa menembus perpustakaan di ruanganku! "Kau pasti tidak lupa bukan, bahwa ruang perpustakaan itu berada jauh dari istana utama Kekaisaran Demir?""Ya, saya tidak akan pernah lupa.""Itu artinya, aku tahu sejak awal bahwa kau memiliki kekuatan sihir. Lalu kenapa aku harus meragukanmu sekarang?
Sepasang mata perempuan itu terasa berat. Perlu tenaga ekstra untuk membuatnya terbuka. Butuh waktu pula untuk membuatnya terbiasa dengan cahaya yang tiba-tiba masuk ke dalam retina matanya. Suara alat-alat yang berdengung serta menempel di tubuhnya, menjadi pemandangan pertama yang tertangkap indra pendengarannya. Gerak tangannya yang lemah tapi intens, cukup menyita perhatian seorang perempuan muda serta pemuda yang terlihat dua atau tiga tahun lebih tua, yang duduk di samping kanan serta kiri tempat tidur pasien. "Nuna!" seru pemuda itu pertama kali saat menyadari gerakan si perempuan. "Eonni! Kamu sudah sadar?" Si perempuan muda ikut berseru. Lantas berlari keluar kamar untuk memanggil dokter. Perempuan itu tak lagi peduli ketika kakak laki-lakinya berusaha menghentikannya. Tak lama kemudian, seorang dokter bersama dua orang perawat kembali masuk ke dalam ruangan dan memeriksa kondisi sang pasien. "Selamat siang, Nona. Apa Anda bisa mendengar suara saya?" tanya dokter itu s
Tujuh tahun kemudian... "Hidup Yang Mulia Kaisar William! Hidup Matahari Agung Kekaisaran Demir!""Hidup, Yang Mulia!""Hidup, Yang Mulia Kaisar!"Sorakan orang-orang terdengar menggema di seluruh Alun-alun Ibukota Demir setelah Pendeta Agung mengucapkan sumpah janji kekaisaran diikuti oleh sang putra mahkota yang kini telah resmi dilantik menjadi kaisar menggantikan ayahnya. Seluruh rakyat Kekaisaran Demir bersuka cita. Mereka memenuhi alun-alun ibukota tanpa peduli golongan dan kasta. Semua membaur tanpa ada sekat untuk merayakan pelantikan sang kaisar. Sementara, pemuda yang baru berusia lima belas tahun itu, tampak tersenyum lepas ketika menyambut sorakan meriah seluruh rakyatnya. Ia sama sekali berbeda dengan sang ayah yang sejak muda sudah menunjukkan sifat arogansinya. Pemuda yang kini mengenakan pakaian kebesaran Kekaisaran Demir itu, terlihat lebih hangat dan disukai oleh semua orang. "Hidup Yang Mulia Kaisar William!" seruan rakyat Demir masih terus berkumandang hingga
Dari semua peristiwa yang terjadi sampai saat ini, tak ada hal yang lebih mengecewakan kecuali pengkhianatan yang dilakukan oleh Putra Duke Aidin. Tuan Muda Alfonso. Sejak kedatangannya ke dunia ini, Reinhart mendengar kabar bahwa putra sang duke berada jauh di luar negeri untuk mengenyam pendidikan. Keluarga itu pun, dikabarkan tak pernah mau terlibat dalam urusan politik keluarga kaisar.Tak ada niat bagi garis keturunan Duke Aidin untuk merebut takhta dari kaisar terdahulu ataupun sekarang. Namun, kemunculan para ksatria dengan lambang harimau putih yang berkeliaran di depan kamar Reinhart pada malam itu, membuatnya terus berpikir sepanjang waktu. Terlebih ketika mengetahui fakta bahwa simbol tersebut adalah milik keluarga Duke Aidin. Sikap Madame Marianna yang begitu baik padanya, juga sikap hangat sang tuan duke, membuat Reinhart hampir terlena. Namun, ia tak bisa menutup mata saat mengetahui kebenaran tersebut. Ia mencari bukti dan dapat menemukannya berkat bantuan Iselt. B
"Marquis Michael, Anda ditangkap karena dianggap telah membelot, mengkhianati kekaisaran, dan merencanakan kudeta pada, Kaisar Caspian!"Dengan ini pula, status kebangsawanan Anda dicopot dan semua harta benda Anda menjadi rampasan!" seru ksatria Kekaisaran Demir saat hendak membekuk Marquis Michael yang mencoba melarikan diri. Pria itu ditangkap saat bersiap kabur ketika ksatria istana Kekaisaran Demir mencapai gerbang kastilnya. Ia sempat berontak dan mencoba melawan. Termasuk berteriak jika penangkapan terhadap dirinya hanyalah salah sasaran. "Kalian tidak bisa menangkapku!" teriak Marquis Michael tidak terima ketika dilumpuhkan. "Apa buktinya jika aku telah melakukan kesalahan?!" seru pria itu tak juga menyadari kesalahannya. "Menghasut Kaisar, bersekongkol dengan Lady Rosemary, merencanakan kudeta, menjebak Permaisuri Ariadne hingga berusaha mencelakai Tuan Putri Reinhart! Itu semua daftar kesalahan yang sudah Anda lakukan, Marquis!""Itu bukan bukti bahwa aku sudah melakukan
Reinhart tampak puas dengan hasil akhir dari peristiwa yang menimpa dirinya akhir-akhir ini. Ia lolos dari hukuman gantung yang sebelumnya diserukan oleh sang kaisar di depan seluruh rakyat Demir. Ia benar-benar merasa lega, saat melihat reaksi sang kaisar ketika Iselt selesai membacakan permintaan terakhir yang sebenarnya wasiat dari permaisuri sebelumnya. Bagaimanapun ia tak memiliki kepercayaan diri penuh ketika mengatakan pada sang kaisar, terkait pesan terakhir yang ingin disampaikan. Perbuatannya terbilang nekat, meski berakhir sesuai harapan. "Terima kasih, Rein," ucap sang kaisar malam itu. Wajah pria itu tak juga membaik meski telah bertemu dengan buah hatinya. Garis penyesalan masih tergurat jelas di wajahnya. "Sebaiknya Anda tak perlu melakukan itu, Yang Mulia. Justru saya yang harusnya mengatakan terima kasih, karena sudah memercayai saya.""Seharusnya aku memang percaya padamu sejak awal," ucap Caspian terdengar sangat menyesal. Ia bahkan tak sanggup mendekati Reinha
"Ya, Yang Mulia. Pelayan Permaisuri Ariadne yang berhasil lolos pada hari penghukuman itu, berhasil melarikan diri bersama putra Anda dan buku catatan di tangan Iselt. "Perlu Anda ketahui Yang Mulia, ibu Iselt lah pelayan Permaisuri Ariadne yang setia itu."Wajah Caspian tampak semakin hancur begitu mendengar ucapan Reinhart. Ia menatap sang perempuan dengan sorot penuh luka. "Berapa lama kamu mengetahui hal ini, Rein?" tanya pria itu dengan getar suara semakin hebat. Ia tak peduli lagi dengan harga dirinya sebagai kaisar sebuah kekaisaran yang besar nan agung. Caspian bahkan mendorong Rosemary menjauh ketika perempuan itu hendak membangunkannya dari posisinya saat ini. "Dua hari lalu. Selama ini, catatan Permaisuri Ariadne dilindungi sihir yang cukup kuat. Saya tidak bisa membacanya sampai bagian terakhir. "Lalu, Tuan Julius Randle menunjukkan salah satu sihir hitam yang bisa digunakan untuk menghancurkan sihir yang paling kuno sekalipun. "Sihir hitam yang sesungguhnya bukan be
Keduanya sama-sama bertahan. Reinhart sama sekali tak menundukkan atau mengalihkan pandangannya dari sang kaisar. Perempuan itu masih berusaha mencari perasaan yang tersisa sebagai manusia dalam diri Kaisar Caspian. Meski hampir mustahil. "Aku tak akan berlama-lama menahan eksekusi matimu, Lady Blanchett. Kau akan segera dieksekusi mati setelah mendengarkan pesan terakhirmu."Dada Reinhart bergemuruh. Bahkan pria itu memanggilnya dengan nama Lady Blanchett. Padahal sebelumnya, dia masih berusaha mengambil hati Reinhart yang sudah terlanjur beku akibat sikap keji sang kaisar. Namun, ia tak akan menunjukkan kelemahannya begitu saja. Justru kesempatan yang diberikan digunakan sebaik mungkin oleh Reinhart. 'Ini waktu yang tepat!' bisik Reinhart dalam hati. "Kalimat terakhirku akan dibacakan oleh sahabatku yang setia. Nona Iselt, dialah yang akan membacakan permintaan terakhirku."Senyum sinis membingkai wajah sang kaisar begitu mendengar ucapan Reinhart. Perempuan itu masih tetap sam
Reinhart tak memercayai pendengarannya sendiri ketika Caspian berseru agar menyeret dirinya ke tiang gantungan.Perempuan itu menatap sang kaisar dengan wajah tercengang. Ia hendak berteriak, tapi suaranya tenggelam dalam lautan manusia yang berada di sekitarnya. "Yang Mulia, Anda harus dengarkan saya dulu!" seru Reinhart di antara ribuan manusia yang memenuhi Area Terlarang. Percuma saja, suaranya tenggelam begitu saja. Justru dengan mendengar seruan perempuan itu, orang-orang semakin beringas. Mereka menyerbu Reinhart dan menjadikan sasaran amukan massa. "Bertahan, Rein. Aku akan melindungimu," ucap Julius Randle yang masih berusaha melindungi Reinhart dari amukan rakyat Kekaisaran Demir. Perempuan itu tampak nelangsa. Padahal ia baru saja menghancurkan perjanjian yang selama ini merugikan rakyat Demir. Tapi, ia justru diperlakukan tak sebagaimana mestinya dan dituduh sebagai penyihir hitam. Apa semudah itu orang-orang terprovokasi dan melupakan kebaikannya?! "Singkirkan! Pisa
Caspian tak juga beranjak dari kamarnya. Seorang pengawal sudah menghadap sejak beberapa jam lalu dan mengatakan bahwa ritual penghancuran akan segera dimulai. Namun, pria itu tak juga beranjak dari kamarnya setelah para pelayan menyiapkan air mandi dan pakaian ganti. Tatapan pria itu menerawang jauh ke depan. Melewati hamparan padang ilalang yang tampak dari jendela kamarnya yang dibiarkan terbuka. Angin sudah terasa dingin. Menjelang akhir bulan November di mana musim dingin sepertinya bakal datang lebih cepat kali ini. Perasaan sang kaisar, sama dinginnya dengan angin yang baru saja berembus menerpa wajahnya. Ucapan Rosemary kembali terngiang. Ucapan yang kemudian membuat Caspian kembali delima dengan perasaannya sendiri. Hingga ketukan di pintu kamarnya kembali terdengar. Kali ini disusul seruan sang penjaga yang mengatakan bahwa kereta kuda menuju Area Terlarang telah siap. Dengan enggan, Caspian beranjak dari tempatnya. Tak mungkin ia tetap berada di tempat itu, sementara