Reinhart dikejutkan oleh kemunculan Duke Maxwell yang tiba-tiba. Biasanya pria tua itu selalu membuat janji lebih dulu sebelum menemui Reinhart. Berbeda dengan kali yang tiba-tiba datang ke kamarnya. Tak hanya itu, wajah Duke Maxwell terlihat pucat jika dibandingkan dengan biasanya. Ia pun terlihat gelisah dan tak seperti biasanya. Perempuan itu menangkap perubahan sikap Duke Maxwell dan memintanya untuk segera masuk ke dalam ruangan. "Apa yang terjadi, Tuan Maxwell?"Sebelum menjawab pertanyaan Reinhart, Duke Maxwell mengeluarkan sebuah benda dari dalam saku celananya. Reinhart bisa melihat jika Duke Maxwell menggenggam sebuah batu berwarna hijau serupa batu giok yang sering kali ia lihat di kehidupan sebelumnya. Ukurannya tidak lebih besar dari telur ayam. Namun, bukan hanya itu yang membuat Reinhart kagum sekaligus penasaran. Batu dalam genggaman Duke Maxwell mengeluarkan cahaya hijau kekuningan yang kemudian menyebar ke seluruh ruangan. "Ini akan membuat kita aman dan tak ad
Reinhart ingat betul, apa yang diucapkan oleh Duke Maxwell ketika pria tua itu datang ke ruangannya menjelang siang. Dengan tegas sang penasihat kekaisaran itu mengatakan bahwa Reinhart tak boleh berurusan dengan sang jenderal perang yang juga pemimpin para ksatria Demir. "Tak seperti yang terlihat, Tuan Putri. Kondisi politik Demir tak sebersih yang Anda ketahui. Ada faksi-faksi kaum bangsawan yang berusaha menjatuhkan, Kaisar Caspian."Duke Maxwell mengambil jeda sesaat sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Mungkin Tuan Putri, bisa menebak salah satu penyebabnya. Tapi, dari semua orang yang perlu diwaspadai, sang jenderal-lah orang pertama yang harus dihindari, Tuan Putri," imbuh pria tua itu dengan raut muka yang tak bisa diungkapkan. Urat syaraf Reinhart menegang ketika mendengar pengakuan Duke Maxwell. Ia tak menyangka, kondisi politik Kekaisaran Demir juga memiliki sisi kelam hingga ada faksi bangsawan yang ingin menjatuhkan kaisar. Meski itu hanya sebatas rumor yang bere
Julius masih mendesak Reinhart untuk mengakui perbuatan Marquess Michael yang telah bersikap tidak sopan pada perempuan itu. Meski Reinhart sudah mengatakan bahwa mereka hanya saling bertegur sapa. Namun, Julius tak percaya mengingat ia paham betul betapa liciknya manusia itu. Itulah mengapa ia terus mendesak Reinhart agar mengakui apa yang sudah dilakukan pria paruh baya itu kepadanya. "Jangan khawatir, Lady. Aku akan pastikan semua baik-baik saja. Jadi, katakan jika memang Tuan Michael sudah bersikap tidak sopan padamu.""Seperti yang sudah saya katakan, Tuan Julius. Saya dan Tuan Marquess hanya saling bertegur sapa."Reinhart masih tetap pada keputusannya. Ia bukannya menutupi ulah sang jenderal yang sudah menghinanya. Ia hanya tidak ingin dianggap sebagai pengadu domba. Lebih dari itu, yang Reinhart lakukan adalah sebagai peringatan pada sang jenderal bahwa ia telah menyelamatkan nyawa pria itu dari sang Penyihir Menara.Dengan begitu, secara tidak langsung Reinhart telah menek
"Dari mana saja kau?"Reinhart dikejutkan oleh sapaan seorang pria ketika hendak menuju kamarnya. Langkah perempuan itu membeku. Ia berhenti cukup lama di tengah selasar hanya demi mengatur degup jantungnya yang mendadak tak lagi berirama. Padahal, ia sudah biasa menghadapi situasi seperti saat ini. Namun, entah mengapa degup jantung perempuan itu tiba-tiba tak berirama kali ini. Dengan raut muka tegang, Reinhart menoleh ke arah sumber suara yang menyapanya. "Salam kepada Matahari Kekaisaran Demir yang Agung," ucap Reinhart refleks memberikan salam ketika berhadapan dengan Caspian. Wajah pria itu menunjukkan raut muka datar. Tanpa banyak bicara ataupun membalas salam Reinhart, ia masuk ke dalam kamar ketika pelayan membuka pintu.Reinhart hendak mencegahnya. Namun, sang kaisar lebih dulu masuk ke dalam kamar sebelum Reinhart sempat mengatakan apa pun pada pria itu. "Yang Mulia ...."Ucapan Reinhart tak tuntas. Ia terabaikan dan hanya sanggup menatap punggung Caspian. Reinhart b
Raut muka Caspian tampak keruh begitu mendengar pertanyaan Reinhart. Sementara si perempuan hanya menahan senyum ketika melihat sang kaisar kehilangan kata-kata akibat menghadapi pertanyaan darinya. Ada perasaan puas dalam diri Reinhart melihat ekspresi wajah Caspian yang tengah kebingungan. Padahal ekspresi muka pria selalu datar setiap waktu. Bahkan tak jarang menunjukkan ekspresi dingin tanpa memperlihatkan perasaan yang dia rasakan. Namun, kali ini jelas terlihat jika Caspian kebingungan menghadapi Reinhart. "Anda tidak perlu menjawabnya, Yang Mulia. Apa pun tujuan Anda datang ke mari, pada akhirnya pintu ini selalu terbuka untuk Anda bukan? Jangan merasa khawatir jika Anda akan tertolak!"Caspian semakin kehilangan kata mendengar tanggapan perempuan itu. Ia ingin segera pergi dari hadapan si perempuan. Namun, sikap Reinhart justru membuat pria itu ingin tetap tinggal. Apalagi kalimat yang bakal terucap dari bibirnya? "A
Awalnya Reinhart tak mengira jika trik kotor yang ia lakukan bisa meluluhkan kekerasan hati sang kaisar. Perempuan itu hanya mengikuti tulisan permaisuri terdahulu yang menyebutkan jika Kaisar Caspian tidak akan mengingkari kesetiaan dan kepercayaan yang ditujukan kepadanya. Ia akan membalas perbuatan orang yang telah setia dan kepercayaan yang ditujukan kepadanya dengan sesuatu yang setimpal. Meski begitu, Reinhart tak pernah benar-benar tahu, apa maksud dari kalimat itu sebenarnya. Sampai sebuah pertanyaan diajukan sang kaisar tepat sebelum mereka makan malam. Ya, pertanyaan sang kaisar tentang racun di dalam makanannya membuat Reinhart menyadari satu hal. Ia bisa menciptakan momen agar Caspian menyadari kesetiaan dan kepercayaan orang-orang di sekitarnya kepada pria itu. Atau mungkin kepada Reinhart sendiri. Hingga timbullah ide licik itu untuk memancing reaksi Kaisar Caspian. Siapa yang menyangka, pria itu menyadari dengan cepat dan menyelamatkan Iselt di waktu yang tepat. "K
Caspian tampak mempertimbangkan permintaan Reinhart ketika perempuan itu memintanya untuk tetap tinggal setelah makan malam. Tak ada pekerjaan yang harus ia selesaikan, tapi ada urusan yang harus dituntaskan dengan sang jenderal. Katanya ada hal yang ingin dilaporkan oleh pria itu. Butuh perbincangan khusus yang tak boleh didengarkan banyak orang tentang perbatasan di timur laut yang baru saja didatangi oleh ksatria kekaisaran, di bawah kepemimpinan Marquess Michael. Meski begitu, permintaan Reinhart juga tak bisa diabaikan begitu saja. Apalagi saat menatap Reinhart yang menunjukkan wajah penuh harap. Apa pun rencana perempuan itu, Caspian tak mau tahu. Hanya saja, ia mulai menemukan perasaan nyaman ketika berbincang dengan Reinhart. Sang kaisar tak tahu pasti, mulai kapan perasaan nyaman itu ia rasakan. Tiba-tiba saja, ada ketertarikan setiap kali berbincang dengan si perempuan. Mungkin, ketika Reinhart menunjukkan keberaniannya di hadapan sang kaisar. Atau, saat ia tak sadarka
Kantuk yang datang tiba-tiba, membuat kedua manusia berlawanan jenis itu, memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan. Caspian hendak pamit pergi, ketika pikirannya berubah begitu saja. "Malam ini, apa aku boleh tidur di sini?""Eh?""Kita hanya akan tidur saja. Tanpa melakukan apa pun," imbuh Caspian dengan cepat saat melihat reaksi terkejut yang ditunjukkan oleh Reinhart. "Ta-tapi ....""Ah, ya. Aku paham. Sikapku pasti berlebihan. Apalagi, mengingat apa yang pernah kuperbuat kepada, Lady, saat pertemuan pertama kita. Harusnya aku bisa menahan diri."Wajah Caspian tampak merah ketika mengucapkan kalimat tersebut. Hubungan mereka memang buruk sejak awal pertemuan. Ia bahkan pernah masuk ke kamar perempuan itu dalam keadaan mabuk. Namun, untuk kali ini, Caspian tidak sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Ia sangat sadar. Hanya saja, rasanya sangat mengantuk hingga membuatnya tak sanggup kembali ke kamar. Potongan cheesecake yang masuk ke dalam lambungnya sepertinya tak tercerna d
Sepasang mata perempuan itu terasa berat. Perlu tenaga ekstra untuk membuatnya terbuka. Butuh waktu pula untuk membuatnya terbiasa dengan cahaya yang tiba-tiba masuk ke dalam retina matanya. Suara alat-alat yang berdengung serta menempel di tubuhnya, menjadi pemandangan pertama yang tertangkap indra pendengarannya. Gerak tangannya yang lemah tapi intens, cukup menyita perhatian seorang perempuan muda serta pemuda yang terlihat dua atau tiga tahun lebih tua, yang duduk di samping kanan serta kiri tempat tidur pasien. "Nuna!" seru pemuda itu pertama kali saat menyadari gerakan si perempuan. "Eonni! Kamu sudah sadar?" Si perempuan muda ikut berseru. Lantas berlari keluar kamar untuk memanggil dokter. Perempuan itu tak lagi peduli ketika kakak laki-lakinya berusaha menghentikannya. Tak lama kemudian, seorang dokter bersama dua orang perawat kembali masuk ke dalam ruangan dan memeriksa kondisi sang pasien. "Selamat siang, Nona. Apa Anda bisa mendengar suara saya?" tanya dokter itu s
Tujuh tahun kemudian... "Hidup Yang Mulia Kaisar William! Hidup Matahari Agung Kekaisaran Demir!""Hidup, Yang Mulia!""Hidup, Yang Mulia Kaisar!"Sorakan orang-orang terdengar menggema di seluruh Alun-alun Ibukota Demir setelah Pendeta Agung mengucapkan sumpah janji kekaisaran diikuti oleh sang putra mahkota yang kini telah resmi dilantik menjadi kaisar menggantikan ayahnya. Seluruh rakyat Kekaisaran Demir bersuka cita. Mereka memenuhi alun-alun ibukota tanpa peduli golongan dan kasta. Semua membaur tanpa ada sekat untuk merayakan pelantikan sang kaisar. Sementara, pemuda yang baru berusia lima belas tahun itu, tampak tersenyum lepas ketika menyambut sorakan meriah seluruh rakyatnya. Ia sama sekali berbeda dengan sang ayah yang sejak muda sudah menunjukkan sifat arogansinya. Pemuda yang kini mengenakan pakaian kebesaran Kekaisaran Demir itu, terlihat lebih hangat dan disukai oleh semua orang. "Hidup Yang Mulia Kaisar William!" seruan rakyat Demir masih terus berkumandang hingga
Dari semua peristiwa yang terjadi sampai saat ini, tak ada hal yang lebih mengecewakan kecuali pengkhianatan yang dilakukan oleh Putra Duke Aidin. Tuan Muda Alfonso. Sejak kedatangannya ke dunia ini, Reinhart mendengar kabar bahwa putra sang duke berada jauh di luar negeri untuk mengenyam pendidikan. Keluarga itu pun, dikabarkan tak pernah mau terlibat dalam urusan politik keluarga kaisar.Tak ada niat bagi garis keturunan Duke Aidin untuk merebut takhta dari kaisar terdahulu ataupun sekarang. Namun, kemunculan para ksatria dengan lambang harimau putih yang berkeliaran di depan kamar Reinhart pada malam itu, membuatnya terus berpikir sepanjang waktu. Terlebih ketika mengetahui fakta bahwa simbol tersebut adalah milik keluarga Duke Aidin. Sikap Madame Marianna yang begitu baik padanya, juga sikap hangat sang tuan duke, membuat Reinhart hampir terlena. Namun, ia tak bisa menutup mata saat mengetahui kebenaran tersebut. Ia mencari bukti dan dapat menemukannya berkat bantuan Iselt. B
"Marquis Michael, Anda ditangkap karena dianggap telah membelot, mengkhianati kekaisaran, dan merencanakan kudeta pada, Kaisar Caspian!"Dengan ini pula, status kebangsawanan Anda dicopot dan semua harta benda Anda menjadi rampasan!" seru ksatria Kekaisaran Demir saat hendak membekuk Marquis Michael yang mencoba melarikan diri. Pria itu ditangkap saat bersiap kabur ketika ksatria istana Kekaisaran Demir mencapai gerbang kastilnya. Ia sempat berontak dan mencoba melawan. Termasuk berteriak jika penangkapan terhadap dirinya hanyalah salah sasaran. "Kalian tidak bisa menangkapku!" teriak Marquis Michael tidak terima ketika dilumpuhkan. "Apa buktinya jika aku telah melakukan kesalahan?!" seru pria itu tak juga menyadari kesalahannya. "Menghasut Kaisar, bersekongkol dengan Lady Rosemary, merencanakan kudeta, menjebak Permaisuri Ariadne hingga berusaha mencelakai Tuan Putri Reinhart! Itu semua daftar kesalahan yang sudah Anda lakukan, Marquis!""Itu bukan bukti bahwa aku sudah melakukan
Reinhart tampak puas dengan hasil akhir dari peristiwa yang menimpa dirinya akhir-akhir ini. Ia lolos dari hukuman gantung yang sebelumnya diserukan oleh sang kaisar di depan seluruh rakyat Demir. Ia benar-benar merasa lega, saat melihat reaksi sang kaisar ketika Iselt selesai membacakan permintaan terakhir yang sebenarnya wasiat dari permaisuri sebelumnya. Bagaimanapun ia tak memiliki kepercayaan diri penuh ketika mengatakan pada sang kaisar, terkait pesan terakhir yang ingin disampaikan. Perbuatannya terbilang nekat, meski berakhir sesuai harapan. "Terima kasih, Rein," ucap sang kaisar malam itu. Wajah pria itu tak juga membaik meski telah bertemu dengan buah hatinya. Garis penyesalan masih tergurat jelas di wajahnya. "Sebaiknya Anda tak perlu melakukan itu, Yang Mulia. Justru saya yang harusnya mengatakan terima kasih, karena sudah memercayai saya.""Seharusnya aku memang percaya padamu sejak awal," ucap Caspian terdengar sangat menyesal. Ia bahkan tak sanggup mendekati Reinha
"Ya, Yang Mulia. Pelayan Permaisuri Ariadne yang berhasil lolos pada hari penghukuman itu, berhasil melarikan diri bersama putra Anda dan buku catatan di tangan Iselt. "Perlu Anda ketahui Yang Mulia, ibu Iselt lah pelayan Permaisuri Ariadne yang setia itu."Wajah Caspian tampak semakin hancur begitu mendengar ucapan Reinhart. Ia menatap sang perempuan dengan sorot penuh luka. "Berapa lama kamu mengetahui hal ini, Rein?" tanya pria itu dengan getar suara semakin hebat. Ia tak peduli lagi dengan harga dirinya sebagai kaisar sebuah kekaisaran yang besar nan agung. Caspian bahkan mendorong Rosemary menjauh ketika perempuan itu hendak membangunkannya dari posisinya saat ini. "Dua hari lalu. Selama ini, catatan Permaisuri Ariadne dilindungi sihir yang cukup kuat. Saya tidak bisa membacanya sampai bagian terakhir. "Lalu, Tuan Julius Randle menunjukkan salah satu sihir hitam yang bisa digunakan untuk menghancurkan sihir yang paling kuno sekalipun. "Sihir hitam yang sesungguhnya bukan be
Keduanya sama-sama bertahan. Reinhart sama sekali tak menundukkan atau mengalihkan pandangannya dari sang kaisar. Perempuan itu masih berusaha mencari perasaan yang tersisa sebagai manusia dalam diri Kaisar Caspian. Meski hampir mustahil. "Aku tak akan berlama-lama menahan eksekusi matimu, Lady Blanchett. Kau akan segera dieksekusi mati setelah mendengarkan pesan terakhirmu."Dada Reinhart bergemuruh. Bahkan pria itu memanggilnya dengan nama Lady Blanchett. Padahal sebelumnya, dia masih berusaha mengambil hati Reinhart yang sudah terlanjur beku akibat sikap keji sang kaisar. Namun, ia tak akan menunjukkan kelemahannya begitu saja. Justru kesempatan yang diberikan digunakan sebaik mungkin oleh Reinhart. 'Ini waktu yang tepat!' bisik Reinhart dalam hati. "Kalimat terakhirku akan dibacakan oleh sahabatku yang setia. Nona Iselt, dialah yang akan membacakan permintaan terakhirku."Senyum sinis membingkai wajah sang kaisar begitu mendengar ucapan Reinhart. Perempuan itu masih tetap sam
Reinhart tak memercayai pendengarannya sendiri ketika Caspian berseru agar menyeret dirinya ke tiang gantungan.Perempuan itu menatap sang kaisar dengan wajah tercengang. Ia hendak berteriak, tapi suaranya tenggelam dalam lautan manusia yang berada di sekitarnya. "Yang Mulia, Anda harus dengarkan saya dulu!" seru Reinhart di antara ribuan manusia yang memenuhi Area Terlarang. Percuma saja, suaranya tenggelam begitu saja. Justru dengan mendengar seruan perempuan itu, orang-orang semakin beringas. Mereka menyerbu Reinhart dan menjadikan sasaran amukan massa. "Bertahan, Rein. Aku akan melindungimu," ucap Julius Randle yang masih berusaha melindungi Reinhart dari amukan rakyat Kekaisaran Demir. Perempuan itu tampak nelangsa. Padahal ia baru saja menghancurkan perjanjian yang selama ini merugikan rakyat Demir. Tapi, ia justru diperlakukan tak sebagaimana mestinya dan dituduh sebagai penyihir hitam. Apa semudah itu orang-orang terprovokasi dan melupakan kebaikannya?! "Singkirkan! Pisa
Caspian tak juga beranjak dari kamarnya. Seorang pengawal sudah menghadap sejak beberapa jam lalu dan mengatakan bahwa ritual penghancuran akan segera dimulai. Namun, pria itu tak juga beranjak dari kamarnya setelah para pelayan menyiapkan air mandi dan pakaian ganti. Tatapan pria itu menerawang jauh ke depan. Melewati hamparan padang ilalang yang tampak dari jendela kamarnya yang dibiarkan terbuka. Angin sudah terasa dingin. Menjelang akhir bulan November di mana musim dingin sepertinya bakal datang lebih cepat kali ini. Perasaan sang kaisar, sama dinginnya dengan angin yang baru saja berembus menerpa wajahnya. Ucapan Rosemary kembali terngiang. Ucapan yang kemudian membuat Caspian kembali delima dengan perasaannya sendiri. Hingga ketukan di pintu kamarnya kembali terdengar. Kali ini disusul seruan sang penjaga yang mengatakan bahwa kereta kuda menuju Area Terlarang telah siap. Dengan enggan, Caspian beranjak dari tempatnya. Tak mungkin ia tetap berada di tempat itu, sementara