Reinhart ingat betul, apa yang diucapkan oleh Duke Maxwell ketika pria tua itu datang ke ruangannya menjelang siang. Dengan tegas sang penasihat kekaisaran itu mengatakan bahwa Reinhart tak boleh berurusan dengan sang jenderal perang yang juga pemimpin para ksatria Demir. "Tak seperti yang terlihat, Tuan Putri. Kondisi politik Demir tak sebersih yang Anda ketahui. Ada faksi-faksi kaum bangsawan yang berusaha menjatuhkan, Kaisar Caspian."Duke Maxwell mengambil jeda sesaat sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Mungkin Tuan Putri, bisa menebak salah satu penyebabnya. Tapi, dari semua orang yang perlu diwaspadai, sang jenderal-lah orang pertama yang harus dihindari, Tuan Putri," imbuh pria tua itu dengan raut muka yang tak bisa diungkapkan. Urat syaraf Reinhart menegang ketika mendengar pengakuan Duke Maxwell. Ia tak menyangka, kondisi politik Kekaisaran Demir juga memiliki sisi kelam hingga ada faksi bangsawan yang ingin menjatuhkan kaisar. Meski itu hanya sebatas rumor yang bere
Julius masih mendesak Reinhart untuk mengakui perbuatan Marquess Michael yang telah bersikap tidak sopan pada perempuan itu. Meski Reinhart sudah mengatakan bahwa mereka hanya saling bertegur sapa. Namun, Julius tak percaya mengingat ia paham betul betapa liciknya manusia itu. Itulah mengapa ia terus mendesak Reinhart agar mengakui apa yang sudah dilakukan pria paruh baya itu kepadanya. "Jangan khawatir, Lady. Aku akan pastikan semua baik-baik saja. Jadi, katakan jika memang Tuan Michael sudah bersikap tidak sopan padamu.""Seperti yang sudah saya katakan, Tuan Julius. Saya dan Tuan Marquess hanya saling bertegur sapa."Reinhart masih tetap pada keputusannya. Ia bukannya menutupi ulah sang jenderal yang sudah menghinanya. Ia hanya tidak ingin dianggap sebagai pengadu domba. Lebih dari itu, yang Reinhart lakukan adalah sebagai peringatan pada sang jenderal bahwa ia telah menyelamatkan nyawa pria itu dari sang Penyihir Menara.Dengan begitu, secara tidak langsung Reinhart telah menek
"Dari mana saja kau?"Reinhart dikejutkan oleh sapaan seorang pria ketika hendak menuju kamarnya. Langkah perempuan itu membeku. Ia berhenti cukup lama di tengah selasar hanya demi mengatur degup jantungnya yang mendadak tak lagi berirama. Padahal, ia sudah biasa menghadapi situasi seperti saat ini. Namun, entah mengapa degup jantung perempuan itu tiba-tiba tak berirama kali ini. Dengan raut muka tegang, Reinhart menoleh ke arah sumber suara yang menyapanya. "Salam kepada Matahari Kekaisaran Demir yang Agung," ucap Reinhart refleks memberikan salam ketika berhadapan dengan Caspian. Wajah pria itu menunjukkan raut muka datar. Tanpa banyak bicara ataupun membalas salam Reinhart, ia masuk ke dalam kamar ketika pelayan membuka pintu.Reinhart hendak mencegahnya. Namun, sang kaisar lebih dulu masuk ke dalam kamar sebelum Reinhart sempat mengatakan apa pun pada pria itu. "Yang Mulia ...."Ucapan Reinhart tak tuntas. Ia terabaikan dan hanya sanggup menatap punggung Caspian. Reinhart b
Raut muka Caspian tampak keruh begitu mendengar pertanyaan Reinhart. Sementara si perempuan hanya menahan senyum ketika melihat sang kaisar kehilangan kata-kata akibat menghadapi pertanyaan darinya. Ada perasaan puas dalam diri Reinhart melihat ekspresi wajah Caspian yang tengah kebingungan. Padahal ekspresi muka pria selalu datar setiap waktu. Bahkan tak jarang menunjukkan ekspresi dingin tanpa memperlihatkan perasaan yang dia rasakan. Namun, kali ini jelas terlihat jika Caspian kebingungan menghadapi Reinhart. "Anda tidak perlu menjawabnya, Yang Mulia. Apa pun tujuan Anda datang ke mari, pada akhirnya pintu ini selalu terbuka untuk Anda bukan? Jangan merasa khawatir jika Anda akan tertolak!"Caspian semakin kehilangan kata mendengar tanggapan perempuan itu. Ia ingin segera pergi dari hadapan si perempuan. Namun, sikap Reinhart justru membuat pria itu ingin tetap tinggal. Apalagi kalimat yang bakal terucap dari bibirnya? "A
Awalnya Reinhart tak mengira jika trik kotor yang ia lakukan bisa meluluhkan kekerasan hati sang kaisar. Perempuan itu hanya mengikuti tulisan permaisuri terdahulu yang menyebutkan jika Kaisar Caspian tidak akan mengingkari kesetiaan dan kepercayaan yang ditujukan kepadanya. Ia akan membalas perbuatan orang yang telah setia dan kepercayaan yang ditujukan kepadanya dengan sesuatu yang setimpal. Meski begitu, Reinhart tak pernah benar-benar tahu, apa maksud dari kalimat itu sebenarnya. Sampai sebuah pertanyaan diajukan sang kaisar tepat sebelum mereka makan malam. Ya, pertanyaan sang kaisar tentang racun di dalam makanannya membuat Reinhart menyadari satu hal. Ia bisa menciptakan momen agar Caspian menyadari kesetiaan dan kepercayaan orang-orang di sekitarnya kepada pria itu. Atau mungkin kepada Reinhart sendiri. Hingga timbullah ide licik itu untuk memancing reaksi Kaisar Caspian. Siapa yang menyangka, pria itu menyadari dengan cepat dan menyelamatkan Iselt di waktu yang tepat. "K
Caspian tampak mempertimbangkan permintaan Reinhart ketika perempuan itu memintanya untuk tetap tinggal setelah makan malam. Tak ada pekerjaan yang harus ia selesaikan, tapi ada urusan yang harus dituntaskan dengan sang jenderal. Katanya ada hal yang ingin dilaporkan oleh pria itu. Butuh perbincangan khusus yang tak boleh didengarkan banyak orang tentang perbatasan di timur laut yang baru saja didatangi oleh ksatria kekaisaran, di bawah kepemimpinan Marquess Michael. Meski begitu, permintaan Reinhart juga tak bisa diabaikan begitu saja. Apalagi saat menatap Reinhart yang menunjukkan wajah penuh harap. Apa pun rencana perempuan itu, Caspian tak mau tahu. Hanya saja, ia mulai menemukan perasaan nyaman ketika berbincang dengan Reinhart. Sang kaisar tak tahu pasti, mulai kapan perasaan nyaman itu ia rasakan. Tiba-tiba saja, ada ketertarikan setiap kali berbincang dengan si perempuan. Mungkin, ketika Reinhart menunjukkan keberaniannya di hadapan sang kaisar. Atau, saat ia tak sadarka
Kantuk yang datang tiba-tiba, membuat kedua manusia berlawanan jenis itu, memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan. Caspian hendak pamit pergi, ketika pikirannya berubah begitu saja. "Malam ini, apa aku boleh tidur di sini?""Eh?""Kita hanya akan tidur saja. Tanpa melakukan apa pun," imbuh Caspian dengan cepat saat melihat reaksi terkejut yang ditunjukkan oleh Reinhart. "Ta-tapi ....""Ah, ya. Aku paham. Sikapku pasti berlebihan. Apalagi, mengingat apa yang pernah kuperbuat kepada, Lady, saat pertemuan pertama kita. Harusnya aku bisa menahan diri."Wajah Caspian tampak merah ketika mengucapkan kalimat tersebut. Hubungan mereka memang buruk sejak awal pertemuan. Ia bahkan pernah masuk ke kamar perempuan itu dalam keadaan mabuk. Namun, untuk kali ini, Caspian tidak sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Ia sangat sadar. Hanya saja, rasanya sangat mengantuk hingga membuatnya tak sanggup kembali ke kamar. Potongan cheesecake yang masuk ke dalam lambungnya sepertinya tak tercerna d
Reinhart terbangun keesokan harinya ketika matahari sudah tinggi. Kaisar sudah tidak berada di sampingnya. Kata Iselt yang sudah kembali bertugas sejak pagi, Kaisar Caspian meninggalkan kamar ketika hari masih fajar. Pria itu tak tega membangunkan Reinhart yang masih tertidur pulas. Ya, bagaimana mungkin Reinhart tak tidur pulas sampai siang jika semalaman tak bisa dibuat tidur oleh sang kaisar. Perempuan itu belum benar-benar tidur ketika kaisar tiba-tiba membuka mata dan berbaring begitu dekat dengannya. Ia bahkan tak sanggup bernapas dengan benar, saat Kaisar Caspian menyibak anak rambut yang menutupi wajahnya. Demi menghindari kecanggungan di antara mereka, Reinhart pura-pura tidur sampai ia mendengar dengkuran lembut dari sang kaisar. Selebihnya, Reinhart tak bisa memejamkan mata akibat terlalu berdebar begitu Kaisar Caspian mengatakan sebuah kalimat yang tak pernah ia bayangkan. "Selamat tidur, Tuan Putri."Bahkan kalimat itu masih membekas dalam benak Reinhart, ketika ia