Terlambat. Caspian tak menemukan siapa pun ketika sampai di Istana Sapphire. Setengah tergesa, Caspian mengecek hampir seluruh ruangan Istana Sapphire untuk menemukan Reinhart. Tapi perempuan itu tak ada di mana pun. Ia bahkan tak menemukan Nyonya Clottie ataupun Iselt. Padahal kedua orang tersebut, merupakan orang yang tak pernah lepas dari Reinhart. Namun, keberadaan mereka kini pun lenyap tak berjejak. "Sial!" umpat pria itu menahan geram. "Tidak mungkin dia kabur kan?" bisik Caspian pada dirinya sendiri ketika kemungkinan itu melintas dalam benaknya. Lantas membuang jauh-jauh pikiran itu. Kini, ketimbang takut ditinggalkan, Caspian lebih takut jika hal buruk menimpa Reinhart dan perempuan itu benar-benar diculik seperti dugaan Julius. Melihat sikap sang penyihir yang begitu serius ketika ia hendak meninggalkan daerah perbatasan, dapat dipastikan bahwa dugaan pria itu dapat dipertanggungjawabkan. Konspirasi untuk menggulingkan kekuasaan Caspian mulai dilancarkan. "Ayolah, be
Wajah Caspian seketika menegang begitu mendengar pengakuan Lady Rosemary. Tangan pria itu mengepal. Tanpa berpikir panjang, ia berlari begitu saja meninggalkan Istana Sapphire. Yang ada dalam pikirannya hanyalah segera menemui sang pengkhianat yang membawa kabur istrinya. Pantas saja lelaki itu tak juga kembali ke negaranya, padahal urusannya di Demir sudah selesai. Namun, dia tetap betah tinggal di sini. Ternyata, ada yang membuatnya betah berada di Demir. Yang membuat Caspian tak mengerti, bagaimana bisa Reinhart memiliki pikiran sempit dan mau diajak kabur oleh lelaki itu? Bukankah hubungan mereka sudah membaik dan .... "Berengsek!" umpat Caspian penuh penekanan. Ada perasaan nyeri yang tiba-tiba menyusup dalam hati pria itu, hingga membuatnya berhenti mendadak. Akibatnya ia terhuyung hampir roboh. Beruntung sepasang kaki Caspian cukup kokoh untuk menopang berat badannya meski hampir kehilangan keseimbangan. "Sial!" Ia kembali mengerang. Sepasang mata pria itu memejam. Kila
Tubuh Caspian meringkuk di atas tanah dan gemetar hebat. Beberapa saat kemudian, Duke Maxwell yang pertama kali menemukan sang kaisar yang telah berkeringat dingin dengan wajah pucat. Dengan panik, Duke Maxwell menghampiri sang kaisar dan memeriksa kondisi pria itu. "Yang Mulia, apa yang terjadi pada Anda?" tanya Duke Maxwell dengan nada panik. Pria tua itu baru saja selesai membicarakan urusan pekerjaan dengan Duke Aidin yang ditunjuk menggantikan Caspian selama sang kaisar berada di medan perang. Siapa yang mengira perbincangan mereka cukup panjang hingga tak sadar jika hari sudah berganti malam. Keduanya serius membicarakan tentang kemungkinan adanya konspirasi yang hendak menggulingkan kekuasaan kaisar. Juga perihal Lady Reinhart yang mulai mendapat perhatian dari Caspian.Lantas Duke Maxwell hendak memantau keadaan sang tuan putri setelah seharian tak bertemu dengan perempuan itu. Ada yang harus disampaikan oleh Duke Maxwell pada Reinhart, dari perbincangannya dengan Duke A
Utusan sang kaisar datang setelah lewat tengah malam. Bersamaan dengan utusan yang datang dari perbatasan dan mengabarkan bahwa pasukan Demir dapat memukul mundur kaum Bar-bar. Utusan itu mengatakan bahwa mereka bisa memukul mundur musuh di perbatasan, setelah Julius Randle menemukan akar permasalahan yang membuat pasukan Bar-bar terus bertambah. Seperti dugaannya, ada sihir hitam yang digunakan kaum Bar-bar untuk menambah jumlah pasukan di medan perang. Setelah menemukan sang penyihir hitam, Julius dengan mudah mengalahkannya dan membawa kabar kemenangan bagi Demir. Kaum Bar-bar kehilangan kepala suku mereka dalam peperangan dan membuat mereka menyerah serta mengaku kalah. "Tarik semua pasukan dari perbatasan malam ini juga," perintah Caspian kepada sang utusan. "Baik, Yang Mulia. Saya mohon undur diri!""Ya, sampaikan juga pada Julius untuk segera menemuiku setelah menarik seluruh pasukan dari medan perang!""Baik, Yang Mulia!"Dengan segera, utusan itu kembali ke perbatasan me
Wajah Caspian seketika menegang setelah mendengar ucapan sang kepala keamanan. Rahang pria itu mengeras dengan tangan mengepal. "Apa kau yakin tentang hal itu, Sir?""Saya yakin, Yang Mulia. Seharusnya, kami bisa menemukan sedikit petunjuk jika memang Putri Reinhart berada di kereta kuda yang sama dengan Duke Narcissus, tapi ... kami tak bisa menemukan petunjuk apa pun."Pria itu menghela napas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. "Seandainya Putri Reinhart memang berada di kereta kuda yang sama, seharusnya ada bagian yang menunjukkan keberadaannya. "Seperti aksesoris atau semacamnya."Ucapan tegas sang kepala keamanan membuat Caspian menjadi bingung sekaligus gusar. Ia melirik ke arah kedua paman dan bibinya. Tampak mereka pun sama cemasnya dengan dirinya. Menjadikan Caspian tak memiliki rasa curiga terhadap ketiganya. Namun, di saat pikiran itu tiba-tiba menguasai benaknya, Caspian justru memikirkan hal yang sebaliknya. 'Bagaimana jika benar mereka yang merencanakan semua in
Reinhart membuka matanya yang terasa berat. Ia tak tahu di mana dirinya berada sekarang. Keadaan di sekitarnya sama gelap ketika ia belum berada di tempat ini. Hanya saja, ia merasakan hawa dingin menampar pipinya dengan keras. Bukti bahwa ia tak lagi berada dalam ruangan sempit dan pengap itu. Terlebih ia bisa merasakan tanah yang tak rata di bawah tubuhnya yang masih terbaring lemah. Aroma tumbuh-tumbuhan yang tercium oleh indra penciuman Reinhart pun, membuatnya tak juga menyadari di mana dirinya saat ini. Perempuan itu setengah tak sadarkan diri saat beberapa orang tak dikenal memindahkan tubuhnya dari penjara bawah tanah. Potongan dalam ingatannya pun terasa buram. Reinhart hanya mengingat bagian akhir percakapannya dengan Lady Rosemary yang mengatakan bahwa dialah sang Pengendali Waktu. Reinhart sangat syok dan tak mau mengakui hal itu begitu saja. Tapi, Lady Rosemary melakukan sesuatu pada tubuhnya hingga membuat perempuan itu tak berdaya. "To-tolong hentikan, Lady," pin
"Tunggu!" cegah Reinhart pada sosok pria berambut keperakan yang baru saja menolongnya. Pria itu hendak meninggalkan sang putri begitu saja di tepi jurang yang jauh di dalam hutan. Namun, langkahnya terhenti ketika Reinhart memintanya untuk berhenti. "Apa yang kau inginkan, Lady? Bukankah aku sudah membawamu dari dasar jurang?""Ya ... sa-saya ucapkan terima kasih atas bantuanmu, Tuan. "Tapi ... sa-saya tidak tahu maksud ucapan Anda, Tuan. Terlebih saya juga sama sekali tidak tahu di mana saya sekarang dan ...." Reinhart tak sanggup lagi mengucapkan kalimatnya. Benak perempuan itu begitu penuh dengan berbagai macam pikiran hingga membuatnya linglung. Ia hanya sanggup menatap sang pria dan seekor monyet putih yang kini berada di pundak pria tersebut. "Bukankah Anda, Tuan Gabriel?" tanya Reinhart kemudian ketika menyadari siapa orang yang baru saja menolongnya itu. Pria itu merupakan Elf yang sama yang telah bertemu dengannya di wilayah Area Terlarang. Juga Elf yang sama yang tela
Hingga pagi menjelang, tak juga ada tanda-tanda bahwa ksatria yang dikirimkan oleh Caspian telah menemukan sang putri. Wajah yang semalam tak kunjung memejamkan mata akibat terlalu cemas itu, tampak semakin lesu. Kalau saja Duke Aidin tak mengingatkan bahwa ksatria kekaisaran hendak kembali dari medan perang, Caspian pasti akan pergi mencari Reinhart seorang diri. Tak perlu baginya meminta para ksatria untuk mencarinya, sementara ia sendiri hanya sanggup menunggu dengan perasaan cemas. "Istirahatlah lebih dulu, Yang Mulia. Anda bisa jatuh sakit jika terus memaksakan diri.""Bagaimana aku bisa istirahat jika di luar sana, nasib Reinhart masih belum diketahui, Paman?" ucap Caspian pada Duke Aidin yang masih setia menemaninya di ruang kerja sang kaisar. Selain mereka berdua, Duke Maxwell juga masih tampak terjaga dengan wajah kusut dan lelah. Mereka sama cemasnya dengan sang kaisar. Terlebih, ada harapan yang diam-diam dititipkan pada sang tuan putri. Bagaimana mungkin mereka akan d