Utusan sang kaisar datang setelah lewat tengah malam. Bersamaan dengan utusan yang datang dari perbatasan dan mengabarkan bahwa pasukan Demir dapat memukul mundur kaum Bar-bar. Utusan itu mengatakan bahwa mereka bisa memukul mundur musuh di perbatasan, setelah Julius Randle menemukan akar permasalahan yang membuat pasukan Bar-bar terus bertambah. Seperti dugaannya, ada sihir hitam yang digunakan kaum Bar-bar untuk menambah jumlah pasukan di medan perang. Setelah menemukan sang penyihir hitam, Julius dengan mudah mengalahkannya dan membawa kabar kemenangan bagi Demir. Kaum Bar-bar kehilangan kepala suku mereka dalam peperangan dan membuat mereka menyerah serta mengaku kalah. "Tarik semua pasukan dari perbatasan malam ini juga," perintah Caspian kepada sang utusan. "Baik, Yang Mulia. Saya mohon undur diri!""Ya, sampaikan juga pada Julius untuk segera menemuiku setelah menarik seluruh pasukan dari medan perang!""Baik, Yang Mulia!"Dengan segera, utusan itu kembali ke perbatasan me
Wajah Caspian seketika menegang setelah mendengar ucapan sang kepala keamanan. Rahang pria itu mengeras dengan tangan mengepal. "Apa kau yakin tentang hal itu, Sir?""Saya yakin, Yang Mulia. Seharusnya, kami bisa menemukan sedikit petunjuk jika memang Putri Reinhart berada di kereta kuda yang sama dengan Duke Narcissus, tapi ... kami tak bisa menemukan petunjuk apa pun."Pria itu menghela napas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. "Seandainya Putri Reinhart memang berada di kereta kuda yang sama, seharusnya ada bagian yang menunjukkan keberadaannya. "Seperti aksesoris atau semacamnya."Ucapan tegas sang kepala keamanan membuat Caspian menjadi bingung sekaligus gusar. Ia melirik ke arah kedua paman dan bibinya. Tampak mereka pun sama cemasnya dengan dirinya. Menjadikan Caspian tak memiliki rasa curiga terhadap ketiganya. Namun, di saat pikiran itu tiba-tiba menguasai benaknya, Caspian justru memikirkan hal yang sebaliknya. 'Bagaimana jika benar mereka yang merencanakan semua in
Reinhart membuka matanya yang terasa berat. Ia tak tahu di mana dirinya berada sekarang. Keadaan di sekitarnya sama gelap ketika ia belum berada di tempat ini. Hanya saja, ia merasakan hawa dingin menampar pipinya dengan keras. Bukti bahwa ia tak lagi berada dalam ruangan sempit dan pengap itu. Terlebih ia bisa merasakan tanah yang tak rata di bawah tubuhnya yang masih terbaring lemah. Aroma tumbuh-tumbuhan yang tercium oleh indra penciuman Reinhart pun, membuatnya tak juga menyadari di mana dirinya saat ini. Perempuan itu setengah tak sadarkan diri saat beberapa orang tak dikenal memindahkan tubuhnya dari penjara bawah tanah. Potongan dalam ingatannya pun terasa buram. Reinhart hanya mengingat bagian akhir percakapannya dengan Lady Rosemary yang mengatakan bahwa dialah sang Pengendali Waktu. Reinhart sangat syok dan tak mau mengakui hal itu begitu saja. Tapi, Lady Rosemary melakukan sesuatu pada tubuhnya hingga membuat perempuan itu tak berdaya. "To-tolong hentikan, Lady," pin
"Tunggu!" cegah Reinhart pada sosok pria berambut keperakan yang baru saja menolongnya. Pria itu hendak meninggalkan sang putri begitu saja di tepi jurang yang jauh di dalam hutan. Namun, langkahnya terhenti ketika Reinhart memintanya untuk berhenti. "Apa yang kau inginkan, Lady? Bukankah aku sudah membawamu dari dasar jurang?""Ya ... sa-saya ucapkan terima kasih atas bantuanmu, Tuan. "Tapi ... sa-saya tidak tahu maksud ucapan Anda, Tuan. Terlebih saya juga sama sekali tidak tahu di mana saya sekarang dan ...." Reinhart tak sanggup lagi mengucapkan kalimatnya. Benak perempuan itu begitu penuh dengan berbagai macam pikiran hingga membuatnya linglung. Ia hanya sanggup menatap sang pria dan seekor monyet putih yang kini berada di pundak pria tersebut. "Bukankah Anda, Tuan Gabriel?" tanya Reinhart kemudian ketika menyadari siapa orang yang baru saja menolongnya itu. Pria itu merupakan Elf yang sama yang telah bertemu dengannya di wilayah Area Terlarang. Juga Elf yang sama yang tela
Hingga pagi menjelang, tak juga ada tanda-tanda bahwa ksatria yang dikirimkan oleh Caspian telah menemukan sang putri. Wajah yang semalam tak kunjung memejamkan mata akibat terlalu cemas itu, tampak semakin lesu. Kalau saja Duke Aidin tak mengingatkan bahwa ksatria kekaisaran hendak kembali dari medan perang, Caspian pasti akan pergi mencari Reinhart seorang diri. Tak perlu baginya meminta para ksatria untuk mencarinya, sementara ia sendiri hanya sanggup menunggu dengan perasaan cemas. "Istirahatlah lebih dulu, Yang Mulia. Anda bisa jatuh sakit jika terus memaksakan diri.""Bagaimana aku bisa istirahat jika di luar sana, nasib Reinhart masih belum diketahui, Paman?" ucap Caspian pada Duke Aidin yang masih setia menemaninya di ruang kerja sang kaisar. Selain mereka berdua, Duke Maxwell juga masih tampak terjaga dengan wajah kusut dan lelah. Mereka sama cemasnya dengan sang kaisar. Terlebih, ada harapan yang diam-diam dititipkan pada sang tuan putri. Bagaimana mungkin mereka akan d
Caspian menatap sang Penyihir Menara Kekaisaran Demir dengan penuh selidik. Sikap pria itu tampak mencurigakan dan sang kaisar tak bisa mengabaikannya begitu saja. "Kau ... menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Caspian dengan nada penuh penekanan. Julius Randle tersentak. Ia menghindari tatapan sang kaisar dan menatap ke arah lain. "Katakan, Julius! Kau menyembunyikan sesuatu dariku?!"Sebenarnya ada hal yang diketahui Julius, tapi tak disampaikan kepada sang kaisar. Ia baru saja merasakan energi sihir yang cukup kuat yang berasal dari sisi hutan bagian selatan. Tempat yang tidak jauh dari perbatasan Ibukota Demir, tapi menjadi tempat yang cukup rawan dan sering kali dihindari. Sebab, di sanalah beberapa kali makhluk magis terlihat, selain di habitat resmi mereka. Sayangnya, makhluk magis di sisi hutan bagian selatan, terkadang tak pandang bulu dan sering kali bersikap brutal apabila bersimpangan dengan manusia. Dan, Julius Randle bisa merasakan energi sihir itu bercampur dengan
Julius bimbang menerima perintah sang kaisar. Tidak hanya kondisi pria itu yang terlihat parah, tapi juga karena energi mana-nya yang makin menipis. Kalaupun ia memaksakan diri mengejar Samantha, bisa dipastikan dirinya akan kalah dengan cepat. Menangkap keragu-raguan sang Penyihir Menara, Caspian bertanya dengan raut muka heran. "Ada hal yang kau sembunyikan lagi kali ini?" "Tidak, Yang Mulia. Ketimbang penyihir hitam, kondisimu sekarang lebih buruk ketimbang yang terlihat. "Kau butuh penanganan segera atau lukamu akan dengan cepat membusuk! Kau tahu kan, pedang api yang digunakan Samantha merusak jaringan tubuh dengan cepat dan ....""Lantas kau memintaku untuk membiarkan Reinhart di luar sana menghadapi wanita keji seorang diri?!" ucap Caspian dengan nada tinggi. Julius Randle tersentak. Ia tidak pernah menyangka sebelumnya jika Caspian akan bersikap begitu keras kepala akibat seorang perempuan. Sang Penyihir Menara menghela napas panjang. Ia mengusap wajahnya dengan gusar.
Caspian merasakan rasa sakit di lengan kirinya mulai mereda ketik membuka mata. Ia tak benar-benar tahu apa yang terjadi hingga pria itu membuka mata dan sudah berada di tempat tidurnya. Dengan cepat ia menoleh ke sisi tempat tidur dan mendapati Duke Maxwell dan Duke Aidin di sampingnya. Sepertinya sejak Caspian melibatkan Duke Aidin untuk mengisi kekosongan kursi kekaisaran ketika ia pergi berperang serta keterlibatan Madame Marianna memberikan pelajaran etiket dasar pada Putri Reinhart, mereka lebih sering terlihat di sekitar sang kaisar. Begitu juga dengan saat ini. Meski keberadaan Madame Marianna absen dari hadapan Kaisar Caspian. "Bagaimana aku bisa berada di sini?""Anda tak sadarkan diri dan prajurit membawa kembali ke istana," jawab Duke Maxwell sambil mengangsurkan gelas berisi ramuan yang dipesankan Julius Randle sebelum meninggalkan kamar tidur sang kaisar. "Ramuan dari Julius?""Ya, Yang Mulia!""Berapa hari aku tak sadarkan diri?" tanya Caspian dengan kening berkeru