Wajah perempuan itu terlihat kusut begitu memasuki istana permaisuri dengan langkah cepat. Perjamuan pesta teh di rumah Countess Belliard tidak berakhir baik. Meski tidak sepenuhnya buruk. Yang pasti, kemunculan Reinhart dengan memperhatikan budaya Kekaisaran Demir membuat para nyonya bersimpati padanya. Dapat dipastikan mereka beranggapan bahwa Reinhart merupakan perempuan yang cakap, penuh perhitungan dan memiliki strategi. Terutama menjadi istri dari seorang kaisar yang memiliki citra kejam dan tiran, serta hidup sendiri di negeri asing ini tanpa didampingi oleh siapa pun dari pihak keluarganya. Reinhart menjadi gambaran seorang perempuan yang tegar sekaligus berani. Bahkan bisa membuktikan bahwa dirinya kini tak lagi menempati salah satu ruangan di Istana Diamond. Melainkan Istana Sapphire yang seharusnya ditempati sang permaisuri. Adanya kemungkinan bahwa Reinhart akan menjadi permaisuri setelah Lady Ariadne sudah menjadi perbincangan banyak orang dalam satu minggu terakhir.
"Pikirkan tawaran saya, Tuan Putri. Anda bisa hidup tenang di Yangsar tanpa khawatir bahwa seseorang akan memenggal kepala Anda."Senyum sinis membingkai wajah Reinhart begitu mendengar pengakuan Duke Bastille. Tak bisa dimungkiri, ia sempat tertarik dengan penawaran Duke Bastille yang terdengar menggiurkan itu. Apalagi tujuan Reinhart sejak awal adalah pergi dari tempat ini. Setidaknya, ia harus selamat - atau lolos sama sekali - dari hukuman gantung sang kaisar tiran yang belum sepenuhnya dibatalkan. Kemungkinan itu masih saja bisa terjadi. Dengan alasan yang tak Reinhart bahkan tak pernah tahu pasti. Sebab, tak butuh motif bagi sang kaisar untuk mengeksekusi mati para istrinya. Yang Reinhart sesalkan, mengapa tawaran itu datang setelah sikap Caspian melunak padanya? Bukannya Reinhart berharap ia bisa mengubah isi hati sang kaisar. Hanya saja, dirinya terikat janji dengan Duke Maxwell yang tak bisa diingkari begitu saja. Bagaimanapun Reinhart adalah sosok yang menepati janji me
Reinhart masih merasa mual begitu ia sampai di kamar tidur setelah mengeluarkan seluruh isi perutnya. Keningnya berkeringat dingin dan seluruh tubuhnya gemetar. Berkali-kali ia bahkan hampir kehilangan keseimbangan akibat terlalu kaget dengan pernyataan Duke Bastille sebelumnya. Tak hanya itu, Reinhart tak bisa menerima fakta bahwa pria yang menyebutkan nama sang permaisuri sebelumnya justru orang yang telah membunuh wanita itu. Perut Reinhart kembali terasa teraduk-aduk. Mual yang ia rasakan semakin berkepanjangan. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Haruskah ia memercayai ungkapan Duke Bastille begitu saja? Apakah yang dikatakan pria itu benar suatu fakta? Atau hanya cara untuk menggoyahkan keyakinan Reinhart yang mulai terbentuk pada sang kaisar?Lantas apa tujuannya? Apa mungkin itu hanya sebatas ketertarikan semata? Bagaimana jika itu cara Yangsar untuk memantik peperangan dengan Demir? Sudah lama ada kabar angin berembus bahwa Yangsar ingin meluaskan wilayah kekuasaannya hi
Suasana di sekitar Reinhart sangat gelap. Ia bahkan tak tahu di mana dirinya berada saat ini. Bahkan Reinhart tak benar-benar ingat apa yang menimpa dirinya. Selain bagaimana ia tiba-tiba kehilangan kesadaran. Ingatan Reinhart sebatas peristiwa di mana salah seorang pelayan di Istana Sapphire menemuinya dan mengatakan bahwa Kaisar Caspian tengah terluka parah.Selebihnya Reinhart tak ingat apa yang terjadi ketika mereka tengah berjalan ke arah Istana Diamond dan seseorang tak dikenal membekap mulutnya dengan kain berbau menyengat. Mungkin itu yang menyebabkannya kehilangan kesadaran sampai saat ini. Ketika Reinhart membuka mata, ia sama sekali tak mengenali di mana dirinya berada saat ini. Hanya kegelapan yang menyelimutinya hingga membuat perempuan itu teringat ketika ia pertama kali datang ke dunia ini. 'Di mana ini sebenarnya?' bisik Reinhart dalam hati. Ia berusaha menebak-nebak di mana kira-kira dirinya berada saat ini. Apakah ruangan yang sama ketika ia datang ke Kekaisara
"Yang Mulia? Apa yang kau lakukan di sini"Sementara itu, Caspian yang semula hendak mencapai gerbang sihir, dikejutkan oleh suara Julius Randle. Pria itu menoleh dan mendapati si penyihir tengah membuka tudung jubah biru navy-nya (lambang warna Kekaisaran Demir). "Kau ... dari mana?" tanya Caspian dengan nada bicara yang tak biasanya. Ia sendiri tak memahami, apa arti nada bicaranya yang tak seperti biasa itu. Padahal Caspian termasuk orang yang tak pernah menyembunyikan emosinya. Sang kaisar Demir itu, akan menunjukkan dengan nada bicara yang meledak-meledak jika marah dan nada bicara yang terdengar dingin saat mengobrol dengan lawan bicaranya. Namun kali ini, ia seperti seorang remaja yang kepergok sedang menatap idolanya diam-diam dan mendapatkan sapaan dari sang idola. Padahal sebelumnya, emosi pria itu meledak-ledak dengan pikiran buruk terhadap sang penyihir. Namun, tiba-tiba sikapnya menjadi salah tingkah ketika melihat Julius berjalan dari tempat yang tak ia duga sebelu
Terlambat. Caspian tak menemukan siapa pun ketika sampai di Istana Sapphire. Setengah tergesa, Caspian mengecek hampir seluruh ruangan Istana Sapphire untuk menemukan Reinhart. Tapi perempuan itu tak ada di mana pun. Ia bahkan tak menemukan Nyonya Clottie ataupun Iselt. Padahal kedua orang tersebut, merupakan orang yang tak pernah lepas dari Reinhart. Namun, keberadaan mereka kini pun lenyap tak berjejak. "Sial!" umpat pria itu menahan geram. "Tidak mungkin dia kabur kan?" bisik Caspian pada dirinya sendiri ketika kemungkinan itu melintas dalam benaknya. Lantas membuang jauh-jauh pikiran itu. Kini, ketimbang takut ditinggalkan, Caspian lebih takut jika hal buruk menimpa Reinhart dan perempuan itu benar-benar diculik seperti dugaan Julius. Melihat sikap sang penyihir yang begitu serius ketika ia hendak meninggalkan daerah perbatasan, dapat dipastikan bahwa dugaan pria itu dapat dipertanggungjawabkan. Konspirasi untuk menggulingkan kekuasaan Caspian mulai dilancarkan. "Ayolah, be
Wajah Caspian seketika menegang begitu mendengar pengakuan Lady Rosemary. Tangan pria itu mengepal. Tanpa berpikir panjang, ia berlari begitu saja meninggalkan Istana Sapphire. Yang ada dalam pikirannya hanyalah segera menemui sang pengkhianat yang membawa kabur istrinya. Pantas saja lelaki itu tak juga kembali ke negaranya, padahal urusannya di Demir sudah selesai. Namun, dia tetap betah tinggal di sini. Ternyata, ada yang membuatnya betah berada di Demir. Yang membuat Caspian tak mengerti, bagaimana bisa Reinhart memiliki pikiran sempit dan mau diajak kabur oleh lelaki itu? Bukankah hubungan mereka sudah membaik dan .... "Berengsek!" umpat Caspian penuh penekanan. Ada perasaan nyeri yang tiba-tiba menyusup dalam hati pria itu, hingga membuatnya berhenti mendadak. Akibatnya ia terhuyung hampir roboh. Beruntung sepasang kaki Caspian cukup kokoh untuk menopang berat badannya meski hampir kehilangan keseimbangan. "Sial!" Ia kembali mengerang. Sepasang mata pria itu memejam. Kila
Tubuh Caspian meringkuk di atas tanah dan gemetar hebat. Beberapa saat kemudian, Duke Maxwell yang pertama kali menemukan sang kaisar yang telah berkeringat dingin dengan wajah pucat. Dengan panik, Duke Maxwell menghampiri sang kaisar dan memeriksa kondisi pria itu. "Yang Mulia, apa yang terjadi pada Anda?" tanya Duke Maxwell dengan nada panik. Pria tua itu baru saja selesai membicarakan urusan pekerjaan dengan Duke Aidin yang ditunjuk menggantikan Caspian selama sang kaisar berada di medan perang. Siapa yang mengira perbincangan mereka cukup panjang hingga tak sadar jika hari sudah berganti malam. Keduanya serius membicarakan tentang kemungkinan adanya konspirasi yang hendak menggulingkan kekuasaan kaisar. Juga perihal Lady Reinhart yang mulai mendapat perhatian dari Caspian.Lantas Duke Maxwell hendak memantau keadaan sang tuan putri setelah seharian tak bertemu dengan perempuan itu. Ada yang harus disampaikan oleh Duke Maxwell pada Reinhart, dari perbincangannya dengan Duke A