------------------------
"Hidupmu membutuhkan sebuah perubahan untuk menemukan sebuah jalan pencerahan yang akan membawamu menemukan kebahagiaan."
-------------------------
Alena mengetuk pintu kamar Nino. Satu kali tidak ada jawaban. Dua kali tidak juga ada jawaban. Dan ketiga kalinya akhirnya Nino membuka pintu kamarnya.
"Apa sjh? Gue udah izini lo untuk tinggal di sini. Sekarang apa lagi?" tanya Nino.
"Santai aja kali jangan pakei ngegas. Gue ke sini mau pinjem baju. Gue mau mandi. Ya kali gue pakai baju ini lagi setelah mandi. Sama aja dong mending gue nggak usah mandi," ucap Alena.
"Oh itu. Ikut gue sekarang!" ajak Nino.
Mereka masuk ke sebuah kamar. Alena mengikuti Nkno dari belakang. Nino membuka lemari pakaian yang terdapat di dalam kamar tersebut.
"Lo bisa pilih mana yang lo mau pakai," ucap Nino.
"Tapi ini pakaian siapa?" tanya Alena.
"Ini pakaian milik almarhumah Mama san dan Kakak gue. Jadi lo nggak perlu khawatir, jika nanti dikira mencuri," ucap Nino yang membuat Alena berdecak kesal.
"Buruan pilih," ucap Nino.
"Iya iya sabar Napa sih. Nih udah," ucap Alena kesal
Nino beranjak dan lagi-lagi meninggalkan Alena begitu saja. Alena benar-benar harus bersabar dengan sikap Nino yang menyebalkan. Alena pun keluar dari kamar tersebut dan kembali ke kamarnya.
"Apa yang akan lo lakukan di dimensi waktu ini Len. Jika di dimensi waktu lo sendiri aja merasa suntuk dan jenuh, nah apalagi di dimensi waktu yang kuno gini," ucap Alena.
"Maaf Non, Bi Dum ganggu, makam malam sudah siap, mari kita makan malam bersama," ucap Dudum.
"Iya Bi, terima kasih. Bibi duluan aja. Saya bentar lagi turun ya," ucap Alena.
"Nah, Alena lo harus menikmati permintaan aneh lo ini ya, sampai lo akhirnya kembali ke dimensi waktu lo yang sesungguhnya," ucap Alena.
Alena pun turun dan menuju ke dapur untuk makan malam. Di sana sudah ada Bi Dudum dan Nino yang tengah makan malam.
"Gue kira, lo nggak mau makan dan fokus mengkhayal," ucap Nino.
"Mengkhayal? Maksudnya?" tanya Alena.
"Iya mengkhayal bahwa lo berasal dari tahun 2021," ucap Nino.
"Dengarkan perkataan gue baik-baik. Gue nggak lagi bercanda. Gue nggak juga mengkhayal. Gue memang benaran datang dari tahun 2021. Gue nggak akan bercanda untuk hal yang bodoh seperti ini, apalagi ujungnya diejek sama lo. Pikir dong, nggak ada yang mau diposisi ini," ucap Alena.
"Den, benar apa yang dikatakan oleh Non Alena. Mana ada orang yang mau disangka gila, dan ngaku-ngaku begitu," ucap Dudum.
"Nah, Bi Dum aja ngerti loh, tapi gue heran kenapa lo nggak bisa mengerti," ucap Alena seraya berlalu pergi.
"Yahhh! Non Alena makan dulu atuh," ucap Dudum.
"Si Den Ninol sih keterlaluan. Minta maaf atuh ke Non Alena," ucap Dudum.
"Iya nanti Bi, sekarang aku mau makan. Lagipula dia jadi cewek mudah ambekan banget sih," ucap Nino.
"Namanya juga perempuan Den," ucap Dudum.
Alena sangat kesal dengan apa yang dikatakan oleh Nino. Alena kini memilih duduk di pinggir kolam renang seraya meluahkan perasaannya. Jujur Alena sangat kecewa dengan apa yang Nino katakan. Jika saya Alena bisa menunjukkan bukti bahwa dia adalah orang dari masa depan mungkin Nino akan bungkam. Namun sayangnya Alena tidak bisa.
Ketika Alena duduk sendiri di kolam renang, Nino datang dan duduk di sampingnya. Alena yang melihat itupun sedikit memberikan jarak diantara mereka. Nino menghela napas panjang. Dia mengerti jika Alena masih kesal terhadap dirinya.
"Gue minta maaf. Gue nggak seharusnya berbicara seperti itu. Gue tahu lo pasti kesal karena perkataan gue. Jadi gue minta maaf," ucap Nino.
"Enak banget ya jadi cowok. Mereka bisa mengatakan maaf dengan mudah. Dia nggak mikir apa gimana ucapan dia itu mencabik-cabik perasaan gue," batin Alena.
"Alena lo mendengar apa yang gue katakan barusan kan?" tanya Nino.
"Iya gue dengar kok. Udah gue maafkan. Gue juga harusnya mikir, mana ada orang yang mau percaya begitu saja dengan apa yang gue katakan. Pasti orang juga mengira gue ini gila," ucap Alena.
"Awalnya gue juga berpikir begitu. Tapi setelah gue pikirkan lagi, bisa aja apa yang lo katakan itu benar," ucap Nino.
"Gue nggak peduli lagi deh. Mau lo itu percaya atau tidak dengan apa yang gue katakan. Udah ah gue ngantuk mau tidur," ucap Alena.
"Eh tunggu bentar. Gue yakin lo pasti memaafkan gue nggak ikhlas kan ya," ucap Nino seraya menarik tangan Alena.
"Gue udah memaafkan lo. Lo aja yang terlalu nethink!" ucap Alena ketus.
"Nethink? Apa maksudnya?" tanya Nino.
"Duh ya kali, bahasa gituan aja lo nggak paham sih Nino. Nethink itu singkatan dari negative thinking," ucap Alena.
"Bahasa Inggris lo ribet banget sih. Ketimbang bilang negative thinking aja susah," ucap Nino.
"Lo aja yang kuno. Di tahun gue itu banyak banget perubahan dan perbedaan. Kendaraan roda dua dan empat sekarang memenuhi jalaan ibukota. Bahkan kita semakin dipermudah dengan adanya Gojek, Grab, Maxim. Semua orang yang nggak punya mobil jadi bisa gonta-ganti mobil dengan penuedia layanan jasa kendaraan tersebut,"
"Bahkan orang-orang yang malas untuk keluar rumah, bisa pesan-antar lewat penyedia layanan jasa itu. Kita jadi nggak perlu antri lama-lama. Di tahun gue itu lebih mudah. Mau belanja nggak perlu ngantri dan kepanasan, karena bisa belanja online,"
"Cukup dengan handphone atau smartphone canggih digenggaman aja kita sudah bisa mendapatkan segalanya. Baik itu informasi maupun makanan dan kendaraan. Semuanya bisa kita dapatkan dengan mudah," ucap Alena uang membuat Nino cengo.
"Gue nggak habis pikir, begitu pesatnya perkembangan zaman hingga teknologi pun semakin maju dan ikut berkembang dengan begitu cepat dan pesat. Semua yang lo katakan seakan mimpi," ucap Nino.
"Ini bukan mimpi tapi kenyataan. Buktinya gue merasakannya. Bahkan gue bisa bercerita tentang ini ke lo. Pokoknya di tahun gue semua serba cepat dan mudah. Efesiensi dan efektifitas ruang dan waktu begitu mudah untuk disatukan," ucap Alena.
"Bukannya semua kenyamanan yang lo sebutkan tadi adalah dampak negatif dari perkembangan zaman, teknologi dan informasi ya. Memang memudahkan, tetapi semakin membuat kita menjadi bermalas-malasan dan nggak ada pergerakan. Bukannya hal itu akan membuat kesehatan tubuh kita menurun ya jika selalu mengandalkan teknologi yang lo katakan tadi," ucap Nino.
"Apa yang lo katakan itu benar. Tapi jika teknologi yang menguasai kita. Tetapi justru itu semakin berkembangnya zaman, teknologi dan informasi yang ada, maka semakin banyak pula orang-orang berpendidikan. Di mana mereka menggunakan pikiran bukan sekadar untuk menciptakan, tetapi untuk berpikir dan memilah dan mengatur diri dalam pemanfaatan teknologi dan informasi. Gue akui, banyak orang yang lebih dikuasai oleh teknologi dibandingkan dengan mereka yang menguasai teknologi. Jadi kesimpulannya, bagaima seseorang itu mengendalikan dirinya dalam bertindak," ucap Alena.
"Berarti orang-orang di tahun lo adalah orang-orang yang nggak peka dengan sekitar dan menjadi anti sosial dong?" tanya Nino.
"Loh kok lo bisa mengatakan itu?" tanya Alena.
"Jelas mereka lebih asyik berada di rumah dan bermain dengan teknologi tersebut dibandingkan untuk berinteraksi dengan orang lain," ucap Nino.
"Ya nggak begitu juga kali Nino. Kami masih berinteraksi dengan orang lain. Buktinya gue selalu kumpul bareng keluarga, teman dan masyarakat. Bahkan gue masih mau bergerak ke manapun. Gue masih sering olahraga dan melakukan aktivitas lainnya di luar rumah," ucap Alena.
"Itu lo, lalu bagaimana dengan mereka yang lainnya? Apa mereka bisa mengendalikan diri? Gue rasa hanya 15% orang yang a mampu untuk melakukannya," ucap Nino.
"Analoginya itu gini ya, nggak semua orang jahat itu selalu berbuat hal buruk. Tapi juga nggak semua orang baik itu selalu melakukan hal baik. Pasalnya mereka pernah berbuat kebaikan dan kesalahan," ucap Alena.
"Baiklah, gue terima argumentasi lo itu. Sekarang malam udah semakin larut. Sebaiknya lo istirahat," ucap Nino seraya berlalu pergi meninggalkan Alena.
Alena pun tak berkata apapun lagi. Dia juga kembali ke kamarnya dan segera beristirahat dan terlelap di alam mimpi.
----------------------------
------------------------"Perubahan itu dimulai dari diri sendiri dan sesuatu hal yang paling mendasar, yakni memperbaiki sikap buruk dalam diri."------------------------Matahari mulai menembus jendela kamar Alena. Alena mulai menggerjapkan matanya. Alena merasa lebih segar daripada sebelumnya."Eh, tapi kenapa luka di tangan dan dahinya gue nggak ada ya,'" ucap Alena.Alena melihat di sekelilingnya dan menemukan baju seragam dan sebuah kertas diatasnya. Alena beranjak dari duduknya dan berjalan mengambil seragam dan kertas yang ada diatasnya. Alena membaca surat tersebut dengan seksama.Dear AlenaSelamat datang di dimensi menjelajah waktu. Bersenan
🍃"Ketika emosi terus menjadi tameng pelindungmu maka jangan salahkan keadaan karena kesendirian yang terus kamu rasakan."🍃Alena Anandita gadis yang terkenal sombong dan selalu saja seenaknya kepada siapapun. Meskipun begitu dia menjadi idola di kalangan para cowok. Banyak yang ingin mengantri menjadi pacarnya. Namun sayangnya Alena lebih memilih Dito sebagai pacarnya.Kedua orang tuanya sungguh tidak mengerti bagaimana harus mendidik anak semata wayangnya itu untuk menjadi seorang gadis yang baik dan lemah lembut. Alena selalu saja membuat kedua orangtuanya pusing dengan tingkahnya.Namun pada suatu hari, Dito mengucap kata putus pada Alena. Hal ini membuat Alena menjadi kesal. Dia melampiaskan kemarahannya tersebut kepada semua orang yang dia temui. Hingga tid
----------------------"Jangan katakan bahwa ini adalah akhir tetapi ini adalah awal untuk membawamu sampai ke tujuan akhir."----------------------Alarm yang berbunyi membangunkan gadis yang masih membeku di dalam selimut. Alarm itu masih saja berbunyi karena sang pemilik tidak juga bangun dan berupaya untuk mematikannya. Namun mendengar alarm masih setia berbunyi akhirnya hadis tersebut menarik selimut dan mencampakkannya ke sembarang arah."Bi Ijah, Siti mana barang-barang saya!" teriak Alena memanggil pembantunya.Bi Ijah dan Siti segera berlari menuju ke kamarnya Alena membawa semua perlengkapan yang dibutuhkan oleh Alena."Lama banget sih, bukannya
-------------------------"Entah di manapun kita berada saat ini, jangan pernah lupa untuk selalu menjaga nama etika yang selalu tertanam dalam diri sejak dini."-------------------------"Aaaaaaaa," teriak Alena.Alena membuka matanya. Kepalanya terasa begitu berat. Lengan dan dahinya berdarah. Alena melihat sekeliling. Suasananya begitu berbeda namun lukisannya berada diposisi yang sama.Alena bangkit dan melihat sekeliling. Dia menepuk pipinya untuk memastikan bahwa dia tengah bermimpi. Namun sayang, ternyata ini adalah kenyataan. Alena berjalan mundur dan keluar dari ruangan itu. Sekolahnya begitu berbeda dengan. Hanya ada beberapa pondasi yang sama.Alena benar-benar histeris. Dia keluar dari gerbang sekolah. Betapa terkejutnya Alena