----------------------
"Jangan katakan bahwa ini adalah akhir tetapi ini adalah awal untuk membawamu sampai ke tujuan akhir."
----------------------
Alarm yang berbunyi membangunkan gadis yang masih membeku di dalam selimut. Alarm itu masih saja berbunyi karena sang pemilik tidak juga bangun dan berupaya untuk mematikannya. Namun mendengar alarm masih setia berbunyi akhirnya hadis tersebut menarik selimut dan mencampakkannya ke sembarang arah.
Bi Ijah dan Siti segera berlari menuju ke kamarnya Alena membawa semua perlengkapan yang dibutuhkan oleh Alena.
"Lama banget sih, bukannya aku sudah katakan untuk siap siaga sebelum aku berteriak," ucap Alena kesal.
"Maaf Non, kami tadi membantu Nyonya menyiapkan sarapan," ucap Siti.
"Kalau begitu, cukup satu orang aja kan bisa untuk bantu Mama, kenapa harus kalian berdua," ucap Alena.
"Maafkan kami Non," ucap Bi Ijah.
"Ah udah, letakkan barang-barang aku di atas meja dan keluar sana," ucap Alena ketus.
Mereka pun meletakkan barang-barang Alena di atas meja dan berlalu pergi meninggalkan Alena. Alsna pun segera bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Sepuluh menit kemudian
"Bi mana tas dan kunci mobil aku, letakkan di atas meja makan dong," teriak Alena.
Dirga dan Anita hanya bisa saling menatap karena sikap putrinya yang sangat membuat mereka menjadi pusing.
"Sayang kam mau makan apa? Roti atau nasi goreng?" tanya Anita.
"Nggak usah deh Mah, Alena mau buru-buru. Berangkat dulu ya Mah Pah. Alena sayang kalian," ucap Alena seraya berjalan keluar pintu.
"Bi mana tas aku? Bisa-bisa telat nih," gerutu Alena.
"Ini Non, hati-hati di jalan. Jangan ngebut Non bawa mobilnya," ucap Bi Ijah yang tidak dihiraukan oleh Alena.
Mobil Alena melaju membelah jalanan ibukota yang mulai memadat. Tidak butuh waktu lama untuk Alena tiba di sekolah. Lima belas menit kemudian Alena tiba dan memarkirkan mobilnya di area parkir.
Semua orang yang melihat kedatangan Alena dengan segera memberi jalan untuk Alena. Tidak ada yang berani untuk mengatakan apapun kepada seorang Alena.
Alena adalah cewek populer di sekolahnya. Semua orang ingin mengantri menjadi kekasihnya. Tetapi hati Alena telah berlabuh pada Dito yang kini sejak 2 tahun telah menjadi pacarnya.
Semua orang di sekolah sangat segan pada Alena tetapi ada satu orang yang tidak takut dengan Alena. Dia adalah Diva, siswi yang juga menjadi musuh terbesar Alena.
"Minggir lo, jangan halangi jalan gue bisa kan wahai nenek lampir," ucap Alena dengan penuh penekanan.
"Jalan ini luas. Lo bisa lewat dari mana aja kan. Satu hal, gue bukan seperti anak-anak yang lainnya yang nggak punya keberanian untuk mengatakan tidak kepada lo Len, ucap Diva.
"Oh sayang sekali. Tapi gue nggak butuh lo untuk jadi pengikut setia gue. Sana minggir!" ucap Alena sarkas.
"Hei, lo akan menyesal mengatakan hal itu Len," ucap Diva kesal.
Siapa yang tidak kenal dengan keharmonisan antara Alena dan Dito. Pasangan yang begitu fenomenal. Bagaimana tidak Dito adalah ketua OSIS sekaligus kapten tim basket di sekolahnya. Sedangkan Alena adalah cewek populer nan cantik serta kaya di sekolahnya. Siapapun iri dengan mereka.
Saat ini Alena dan Dito tengah duduk di lapangan basket menikmati kebersamaan seraya memakan cemilan. Dito memperhatikan Alena lekat hingga membuat Alena mengerutkan dahinya.
"Kamu kenapa memperhatikan aku begitu?" tanya Alena.
"Nggak papa. Oh iya Len, kita sudah berapa lama pacaran?" tanya Dito.
"2 tahun 4 bulan kan ya," ucap Alena.
"Tapi selama itu, aku nggak menemukan perubahan apapun dari kamu. Gimana kalau kita putuskan hubungan ini Len?" tanya Dito yang membuat Alena membulatkan matanya.
"Apa? Kamu bercanda kan Dito? Ini prank kan ya?" tanya Alena.
"Nggak Len, ini bukan candaan ataupun prank. Ini beneran. Aku mau kita putus dan fokus untuk mempersiapkan masa depan masing-masing," ucap Dito.
"Nggak ya To. Aku nggak mau kita putus, meski dengan alasan apapun itu," ucap Alena.
"Maaf Len, ini keputusan aku. Mau atau tidak itu terserah kamu. Tapi aku ingin kita putus dan fokus menata masa depan masing-masing," ucap Dito.
"Alasannya? Pasti bukan hanya itu saja kan? tanya Alena.
"Sebenarnya aku udah capek dengan sikap kamu yang nggak pernah berubah. Kamu egois, maunya dimengerti tetapi kamu nggak mau mengerti aku. Kamu selalu aja memaksakan kehendak tapi kamu nggak memikirkan perasaan orang lain Len," ucap Dito.
"Nggak, aku tetap nggak mau putus Dito," ucap Alena namun Dito tak menghiraukannya dan langsung meninggalkan Alena begitu saja.
"Dito, tunggu!" panggil Alena namun tetap tidak dihiraukan oleh Dito.
Sontak Alena emosi dan berjalan menyusuri koridor dengan kemarahan. Semua orang yang dia temui habis terkena imbasnya. Alena melampiaskan kemarahannya kepada semua orang yang dia temui.
Semua orang yang melihat begitu ketakutan. Mereka berusaha menghindar dari Alena. Sampai Alena berhenti di sebuah lorong yang juga di sana terdapat siswa-siswi yang sedang duduk. Mereka pun juga dimarahi habis-habisan oleh Alena.
"Apa lo lihat-lihat!" ucap Alena sarkas.
Mereka yang melihat kemarahan yang memuncak di mata Alena seketika langsung berlarian. Alena masih marah-marah dengan tak mempedulikan apapun. Bahakan lukisan tua nan antik pun menjadi sasaran.
"Hei lo lukisan tua, jika saja ada keajaiban di dunia ini yang bisa membawa gue ke dimensi yang berbeda, maka gue ingin pergi dari sini. Pergi menjauh dari mereka yang membuat gue terluka dan menderita. Jika lo bisa mengabulkan permintaan gue maka kabulkan. Gue nggak mau ada di sini. Gue nggak mau terus terluka karena mereka. Ayo jika lo punya keajaiban lakukanlah!" ucap Alena.
"Bodohnya gue yang dengan mudah mengatakan hal itu. Mana bisa lukisan tua seperti lo bisa mengabulkan permintaan. Bodoh banget sih lo Len," ucap Alena seraya merutuki dirinya sendiri atas kebodohan yang telah dia lakukan.
Alena duduk dan mengusap kasar wajahnya. Dia benar-benar tidak terkendali. Dia menjadi tidak berpikir logis. Dia marah dan menangis sejadi-jadinya. Ini hanya patah hati tetapi sudah begitu sesakit ini.
Tiba-tiba saat Alena mengusap air matanya dan hendak beranjak dari duduknya. Dia merasakan ada getaran yang merambat guncangan hebat. Alena berusaha untuk menyeimbangkan langkanya. Tetapi getaran dan guncangan sangat kuat.
"Ini kenapa tiba-tiba bumi berguncang hebat sih. Perasaan tadi baik-baik aja deh," ucap Alena.
"Lukisan tua itu kenapa bersinar terang banget sih?" tanya Alena dan dia berusaha berjalan mendekati lukisan tersebut.l untuk memeriksanya.
Lukisan tersebut seperti menyalurkan tarikan magnet yang begitu besar. Alena seakan tertarik ke dalamnya. Benar saja Alena tertarik ke dalam lukisan waktu tersebut.
"Aaaaaaaa," teriak Alena.
-------------------------"Entah di manapun kita berada saat ini, jangan pernah lupa untuk selalu menjaga nama etika yang selalu tertanam dalam diri sejak dini."-------------------------"Aaaaaaaa," teriak Alena.Alena membuka matanya. Kepalanya terasa begitu berat. Lengan dan dahinya berdarah. Alena melihat sekeliling. Suasananya begitu berbeda namun lukisannya berada diposisi yang sama.Alena bangkit dan melihat sekeliling. Dia menepuk pipinya untuk memastikan bahwa dia tengah bermimpi. Namun sayang, ternyata ini adalah kenyataan. Alena berjalan mundur dan keluar dari ruangan itu. Sekolahnya begitu berbeda dengan. Hanya ada beberapa pondasi yang sama.Alena benar-benar histeris. Dia keluar dari gerbang sekolah. Betapa terkejutnya Alena
------------------------"Hidupmu membutuhkan sebuah perubahan untuk menemukan sebuah jalan pencerahan yang akan membawamu menemukan kebahagiaan."-------------------------"Ahaaa!" ucap Alena seraya keluar dari kamar dan menuju ke kamar Nino.Alena mengetuk pintu kamar Nino. Satu kali tidak ada jawaban. Dua kali tidak juga ada jawaban. Dan ketiga kalinya akhirnya Nino membuka pintu kamarnya."Apa sjh? Gue udah izini lo untuk tinggal di sini. Sekarang apa lagi?" tanya Nino."Santai aja kali jangan pakei ngegas. Gue ke sini mau pinjem baju. Gue mau mandi. Ya kali gue pakai baju ini lagi setelah mandi. Sama aja dong mending gue nggak usah mandi," ucap Alena."Oh itu. Ikut gue sekarang!" ajak
------------------------"Perubahan itu dimulai dari diri sendiri dan sesuatu hal yang paling mendasar, yakni memperbaiki sikap buruk dalam diri."------------------------Matahari mulai menembus jendela kamar Alena. Alena mulai menggerjapkan matanya. Alena merasa lebih segar daripada sebelumnya."Eh, tapi kenapa luka di tangan dan dahinya gue nggak ada ya,'" ucap Alena.Alena melihat di sekelilingnya dan menemukan baju seragam dan sebuah kertas diatasnya. Alena beranjak dari duduknya dan berjalan mengambil seragam dan kertas yang ada diatasnya. Alena membaca surat tersebut dengan seksama.Dear AlenaSelamat datang di dimensi menjelajah waktu. Bersenan
🍃"Ketika emosi terus menjadi tameng pelindungmu maka jangan salahkan keadaan karena kesendirian yang terus kamu rasakan."🍃Alena Anandita gadis yang terkenal sombong dan selalu saja seenaknya kepada siapapun. Meskipun begitu dia menjadi idola di kalangan para cowok. Banyak yang ingin mengantri menjadi pacarnya. Namun sayangnya Alena lebih memilih Dito sebagai pacarnya.Kedua orang tuanya sungguh tidak mengerti bagaimana harus mendidik anak semata wayangnya itu untuk menjadi seorang gadis yang baik dan lemah lembut. Alena selalu saja membuat kedua orangtuanya pusing dengan tingkahnya.Namun pada suatu hari, Dito mengucap kata putus pada Alena. Hal ini membuat Alena menjadi kesal. Dia melampiaskan kemarahannya tersebut kepada semua orang yang dia temui. Hingga tid