Miss Lazy

Miss Lazy

last updateLast Updated : 2022-02-28
By:  Nana Poh  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 ratings. 6 reviews
18Chapters
2.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Namanya Luna, gak pake Lucinta. Lebih tepatnya Aluna Meysha Jovita. Gadis pemalas, suka mengeluh, kekanak-kanakan, berotak lemot dan ceroboh. Bukankah kekurangan seorang Luna paket komplit? Disamping itu Luna punya sosok sahabat yang mau menerima dia apa adanya, dia Athala Petro Radeyo, panggil saja Opet. Seorang cowok pintar dan pandai melakukan banyak hal yang selalu bersedia menjadi tempat Luna bercerita, bersandar dan menumpahkan segala keluh kesahnya. Berbagai konflik menghiasi kisah persahabatan mereka, titiknya ada pada saat Luna mengenal arti kata jatuh cinta yang asing dalam kamus hidupnya untuk pertama kali. Sialnya Luna menyadari ia jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Akankah hubungan persahabatan mereka tetap berjalan baik-baik saja? Bahkan setelah keduanya terseret dalam lingkar perasaan asing dan rumit yang kelak mungkin akan merubah segalanya, termasuk status hubungan persahabatan mereka? Happy Reading NanaPoh

View More

Latest chapter

Free Preview

1. Kegaduhan Pagi Hari

"Walau kata orang hidup gue ini gak begitu punya manfaat, but this is my life. Ciptakanlah bahagiamu sendiri jika tak menemukannya pada orang lain. Jangan, pokoknya jangan tiru gue!" - Aluna Sesat💤💤💤TOLOOONG... !!!Jangan berfikir sedang ada adegan action yang menegangkan. Ini cuma jeritan batin seorang gadis yang masih betah diatas kasurnya. Namanya Luna, gak pake Lucinta. Lebih tepatnya Aluna Meysha Jovita.Jarum jam baru saja menunjukkan pukul 7, setidaknya Luna butuh dua jam lagi untuk hibernasi di hari minggu yang selalu dia nanti-nanti. Tapi rencana itu gagal oleh alunan musik I was king milik One Ok Rock dari ruangan sebelah yang diputar dalam volume diatas rata-rata.WHEN I WAS KING...I WAS KING...Musik masih setia mengalun. Curiga si pelaku yang tak lain adalah kakaknya sendiri kehilangan nurani untuk tidak tanggung-tanggung membuat kuping seluruh penghuni komplek budek berjamaah seraya mengusap dada beruca

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Svaandin
baru baca prolog, tapi udah menarik hati aja....
2021-09-07 12:55:03
2
user avatar
alanasyifa11
sejauh ini suka banget ama ceritanya! bakal lanjut baca setelah ini~ btw author gaada sosmed kah? aku pingin follow nih
2021-08-19 13:10:56
2
user avatar
Aquarius_Girl
semangat thor, ceritanya seru dan menarik. Semangat lanjutin cerita dan cari ide author cantik ...
2021-08-05 12:21:24
1
user avatar
PuteriSenja
Wahh alurnya menarik bikin kepo😀
2021-07-19 12:54:25
1
user avatar
Lullaby
fresh sekali ceritanya 😍 semangat terus kak 👍
2021-07-18 18:13:02
1
user avatar
Call Me Ans
Aaa.... 😍😍bagus banget ceritanya. Ini mah wajib masuk rak baca. Semngat updatenya thorr
2021-06-20 15:37:22
1
18 Chapters

1. Kegaduhan Pagi Hari

"Walau kata orang hidup gue ini gak begitu punya manfaat, but this is my life. Ciptakanlah bahagiamu sendiri jika tak menemukannya pada orang lain. Jangan, pokoknya jangan tiru gue!" - Aluna Sesat💤💤💤TOLOOONG... !!!Jangan berfikir sedang ada adegan action yang menegangkan. Ini cuma jeritan batin seorang gadis yang masih betah diatas kasurnya. Namanya Luna, gak pake Lucinta. Lebih tepatnya Aluna Meysha Jovita.Jarum jam baru saja menunjukkan pukul 7, setidaknya Luna butuh dua jam lagi untuk hibernasi di hari minggu yang selalu dia nanti-nanti. Tapi rencana itu gagal oleh alunan musik I was king milik One Ok Rock dari ruangan sebelah yang diputar dalam volume diatas rata-rata.WHEN I WAS KING...I WAS KING...Musik masih setia mengalun. Curiga si pelaku yang tak lain adalah kakaknya sendiri kehilangan nurani untuk tidak  tanggung-tanggung membuat kuping seluruh penghuni komplek budek berjamaah seraya mengusap dada beruca
Read more

2. Cariin Gue Pacar!

2 tahun lalu, tepatnya saat Luna baru saja menginjak bangku SMA. Setidaknya Luna lebih terurus sebab ada sosok sang Bunda yang tak bosan mengomelinya. Mulai dari penampilan, kebiasaan buruk, jam makan semuanya tak lepas dari perhatian bunda.Namun setelah Bunda meminta berpisah dengan ayah dan memilih menetap di Bali bersama pasangan barunya. Luna menjadi gadis yang sekarang, tak begitu peduli akan penampilan dan lingkungan sekitar, termasuk perihal apa yang orang katakan tentang dirinya."Jaga diri baik- baik, ya. Kamu udah gede, harus udah bisa perhatiin diri kamu sendiri."  Ucapan Bunda masih teringat jelas dibenak Luna saat wanita itu kemudian menyeret kopernya dibandara, meninggalkannya dengan mata berkaca-kaca.Bunda, wanita yang Luna anggap sebagai sosok paling setia yang akan menemaninya kapan saja dikala suka dan duka nyatanya kini menjadi penyebab utama atas segala sikap yang dilakoninya.Luna patah, parahnya lagi jatuh. Tapi ia beruntung pada
Read more

3. Selalu Ada

Menjelang pukul 5 sore, Luna dan Opet memutuskan untuk pulang. Tapi dipertengahan jalan, tak ada angin tak ada hujan Jenie tiba-tiba ngambek, alias mogok. Memaksa keduanya mau tak mau mendorong benda itu sepanjang sisa perjalanan."Motor jelek. Nyusahin aja bisanya!" hardik Luna. Kakinya menendang ban motor Opet kesal, setelahnya mengaduh kesakitan."Mampus lo," cerca Opet tersenyum puas.Luna lantas melepas helm dikepalanya brutal, rambutnya yang berantakan tak berniat ia rapikan. "Sial, sial, sial! Semuanya gara-gara lo! Andai aja tadi gue gak ikut.""Terus, salahin aja gue." Opet ikut geram.Gadis itu menatap nyalang sahabatnya. "Emang salah!" bentaknya, kemudian berlalu begitu saja melewati Opet."Eh, eh, mau kemana? Bantuin dorong ini woyyy!" seru Opet. Luna memutar tubuhnya ogah-ogahan. Penampakannya lusuh, tapi siapa peduli."Males! Gue mau cari ojek aja!" pungkasnya sembari mengedarkan pandangan.Opet mendengus kasar, agaknya l
Read more

4. Hari Senin

Hari Senin, katakan saja ini hari yang hampir semua orang benci. Pasalnya segala kegiatan dimulai kembali, harapnya ingin cepat-cepat hari minggu lagi. Dan siapapun tak bisa menghindar dari segala kesibukan yang ada, termasuk si pemalas sekalipun.Barisan siswa dipinggir lapangan itu mulai tak enak dipandang. Beberapa dari mereka mendesah gerah kepanasan, mencibir sang kepala sekolah yang tak berhenti berbicara diatas mimbar, padahal isinya sama seperti senin-senin sebelumnya."Telen aja sekalian itu mic.""Dia emang niat siksa kita biar jadi ikan asin.""Ketek gue udah banjir keringat ini.""Andai upacara bisa bawa payung.""Mengadi-ngadi kau!""Mending kalo liat Oppa yang glowing mar kinclong, lah ini tua-tua keladi haus perhatian.""Jangan kenceng-kenceng ngomongnya nanti kedengeran!"Kira-kira seperti itulah gerutuan yang keluar dari setiap mulut murid-murid yang mana lebih didominasi perempuan, sisanya pasrah menunggu kuasa
Read more

5. Barra Si Ketua Osis

Ada yang aneh saat Barra Savian Rahardi si Ketua OSIS SMA Taruna Bangsa atau lebih dikenal  kulkas berjalan lengkap dengan wajah datarnya tiba-tiba meminta Luna mengikutinya.Dahi Luna mengerut samar, menatap Barra disampingnya seolah bertanya kemana laki-laki itu akan membawanya. Tapi respon yang didapat hanya tampang datar yang menyebalkan. Tangan Luna rasanya gatal, bawaannya pengen nyakar!"Setidaknya lo ngomong dulu mau bawa gue kemana?" tanya Luna pada akhirnya. Dia menghentikan langkahnya, begitu pun Barra."Lo disuruh datengin Pak Juan. Mending lo jalan buruan," titah Barra mendorong bahu Luna pelan agar berjalan lebih dulu, sebuah perlakuan yang cukup membuatnya terkejut.Luna mencibir sembari meniup poninya yang sedikit lepek. Melangkah menyusuri koridor yang cukup sepi sebab ini masih jam pelajaran dan  para guru pastinya sedang mengajar.Barra melirik sepatu Luna yang talinya tidak diikat, salah satu kebiasaannya sejak dulu yang ta
Read more

6. Tak Ada Harapan

Tiga orang itu saling melirik satu sama lain. Suasananya berubah kaku, Luna beberapa kali diam-diam menarik ujung seragam Opet disampingnya, bermaksud meminta bantuan. Wajahnya mulai terlihat gelisah, tapi entah kenapa Opet sama sekali tidak menyadarinya. Sejatinya Opet juga bingung harus berbuat apa, apalagi mendapat tatapan intens dari Pak Juan seperti ini.Rasanya seperti tengah diintrogasi guna mendapat izin dari mertua. "Jika sekali dua kali setidaknya masih bisa saya toleransi."Opet meneguk ludahnya sendiri, sebelumnya ia juga sudah menduga hal ini akan terjadi. Ditatapnya Pak Juan setenang mungkin."Tapi jika terus-terusan seperti ini, artinya semua nilai-nilai kamu itu tidak murni, Aluna." Pria berkaca mata itu lantas menatap Luna prihatin."Tapi saya yang kerjain kok pak," sambar Luna dengan nada memelas.Pak Juan mengernyit bingung, tak yakin dengan pernyataan Luna barusan. "Jadi yang benar, kamu yang kerjain apa Rio yang kerjain?
Read more

7. Segala Kesialan Luna

Drtt... drtt... drtt...Getaran yang bersumber dari saku roknya membuat Luna tersentak ditengah kantuknya yang semakin merajalela. Gadis itu menguap lebar engan menutup mulut. Melirik sekilas pada guru yang sedang menjelaskan materi didepan kelas sebelum mengecek siapa yang mengiriminya pesan.Opet💩| Abis bel pulang, gue ada kumpulan osis dulu| Lo tungguin bentar ya| Kalo kelamaan, duluan jg gppMe|Gue tungguin deh dikelasOpet💩| WokehLuna menghela nafas panjang. 1 jam lagi bel pulang berbunyi, sejak tadi yang menjadi perhatiannya adalah memastikan jarum jam terus bergerak yang entah mengapa berjalan begitu lambat."Yang dibelakang bisa perhatikan ke depan?"Luna masih tak sadar ketika guru didepan kelas berbicara padanya. Gadis itu malah menatap keluar jendela, kelewat malas untuk menyimak segala materi. Omongan Luna tadi nyatanya tak benar-benar dapat ia pegang."Lun... Pak Yogi ngomong sama kamu,"
Read more

8. Tentang Rega

Baru saja kakinya melangkah pada undakan tangga ke-3. Suara mengintrupsi dari belakang menghentikan gerakan Rega. Laki-laki itu memejamkan matanya sebentar sebelum akhirnya memutar tubuh menatap sosok pria yang masih mengenakan setelan kerjanya. Gurat wajah lelah tercetak jelas disana, meski kini pria itu menatapnya tajam.Berharap mendapat sambutan hangat? Menginjakkan kakinya dirumah ini saja Rega sudah cukup muak.Ini baru pukul 8, Rega pikir Papanya belum pulang. Biasanya pria itu sampai dirumah pukul 9 atau bahkan tengah malam."Baru pulang kamu? Kenapa sekalian aja gak usah pulang?!"Rega hanya diam kala ucapan dengan nada tinggi itu menelusup masuk gendang telinganya. Menciptakan gema yang entah mengapa mendengung cukup lama. Seolah sengaja diulang-ulang, dan rasanya menghantarkan sesak yang perlahan menjelma menjadi luka baru yang menghiasi relung hatinya."Saya sekolahin kamu bukan buat jadi berandalan. Hobinya kelayapan, disekolah bisanya
Read more

9. Regondok

Dibalik tembok, bersama kepulan asap rokok yang mengepul. Laki-laki itu duduk dengan nyaman, tersenyum sembari mendongakkan kepalanya, menatap rembulan yang menyinarinya wajahnya yang sekilas terlihat baik-baik saja meski pada beberapa tempat tampak lebam, tapi rupanya ia tak cukup peduli. Selain karena terbiasa, ia tak tahu harus bagaimana."Aaaa... sakit! Pelan-pelan dong!"Laki-laki itu tersenyum geli mendengar keributan dari sebuah kamar. Bagaimana setiap jeritan yang melengking dari salah satu diantara mereka mampu membuatnya tertawa dalam diam. Sejenak, ia seolah lupa perihal kejadian beberapa saat lalu."Lo gak tau rasanya gimana! Aaaa... Kampret! Gue bilang pelan-pelan!" jeritnya lagi.Rega, laki-laki itu kembali menghisap benda bernikotin yang terselip diantara dua ruas jarinya. Ini sudah puntung ke-3, tapi seolah lupa diri Rega tak tahu kapan akan berhenti.Untuk malam ini saja, ia ingin semua berlalu sebagaimana mustinya. Tak ada bentakan, pe
Read more

10. Iva dan Masalahnya

Dikelasnya, Opet bertopang dagu menatap lurus papan tulis. Tak biasanya, kali ini ia tak dapat fokus menyimak pelajaran. Entah apa yang dipikirkannya kala itu, yang pasti ia ingin segera pulang, demikian penasaran dengan apa yang Luna lakukan dirumahnya. Walaupun ia sudah cukup tahu apa yang akan dilakukan gadis itu selain rebahan dikasur sembari memakan cemilan yang bercecer dan laptop yang menampilkan anime atau drakor kesukaannya."Ngelamun aja lo, Pet." Banyu disampingnya yang sejak tadi sibuk konser tanpa suara menyentak Opet. Membuat Laki-laki itu kelabakan lantas mengusap wajahnya dengan kedua tangan."Mikirin apa, sih lo?" Opet mengelang pelan, mendapat respon seperti itu Banyu hanya dapat mendengus pelan."Kayaknya gue perlu ke toilet dulu deh," ujar Opet."Mau boker lo?" Banyu mendelik. "Yaudah sono, jan lupa cebok.""Yeuu... si kampret!" Opet menonyor pelan kepala Banyu sebelum menegakkan tubuhnya.Begitu Opet meminta izin lantas setela
Read more
DMCA.com Protection Status