Damian menghela napasnya dengan berat, dia tidak bisa menyembunyikan apapun dari Hayes. “Hayes, satu hari sebelum kau melakukan operasi, ayah kandungmu melakukan perjanjian denganku. Jika hasil operasimu tidak baik, dia ingin calon penerus keluarga Borsman, dan waktu yang tersisa tinggal dua bulan lagi,” jawab Damian blak-blakan.Kerutan di kening Hayes kian dalam. “Kenapa Ayah melakukan perjanjian seperti itu?”“Dia akan melakukan sesuatu yang mengerikan jika aku tidak menukar keinginan dengan sesuatu yang lain. Karena itu, bisakah kau mulai memikirkan pernikahan dengan Alice?”Hayes menggeleng ragu. “Tapi aku ingin menikah dengan Alice atas dasar mencintainya dan kesiapan. Bukan sakadar untuk mendapatkan anak,” jawab Hayes tidak terima.“Hayes, kau sudah mapan dari segi usia dan pekerjaan. Begitupun dengan Alice yan sudah membaik secara mental dan kemampuan pribadinya. Apakah salah jika aku juga berharap kalian segera menikah lalu memiliki anak?” tanya Damian dengan serius.Hayes l
Suasana disekitar berubah hening seketika. Athur menganga kaget, begitupun dengan Alice tercengang dengan kedua mata yang membulat sempurna, napasnya tertahan di dada.Apa Alice tidak salah dengar? Hayes datang untuk melamarnya?Bagaimana bisa menjadi sangat kebetulan, beberapa hari yang lalu Athur juga menyarankan Alice untuk segera menikah dengan Hayes. Bibir Alice terkatup rapat tidak mampu berpikir apapun karena terkejut. “Ma-maksud Anda, Anda, anu, maksudnya,”Athur terbata-bata dengan ucapan yang tidak jelas, pemuda itu beberapa kali mengatur napasnya sebelum kembali berkata, “Anda benar-benar melamar Kakak saya?” tanya Athur dengan wajah yang pucat pasi.Damian tersenyum dengan anggukan tenangnya. “Benar. Kami datang ke sini untuk melamar Alice. Hayes ingin meminta izin, apakah Alice bersedia kembali menikah dengannya lagi. Kami sangat mengharapkannya kembali menjadi bagian dari keluarga kami secara sah,” jawab Damian menegaskan kata-katanya.Bibir Alice menekan kuat, gadis i
“Ayah, ini bukan mimpi kan?” tanya Hayes sambil mengusap dadanya, pria itu tidak berhenti melihat kearah spion, memperhatikan pantulan keberadaan Alice yang berdiri di depan teras rumahnya.Hayes masih tidak percaya bahwa semua ketakutannya selama ini ternyata salah, kekhawatirannya akan penolakan Alice ternyata salah. Hayes masih tidak percaya bahwa Alice mengakui cintanya dan menerima lamarannya.Damian tersenyum geli melihat reaksi Hayes yang kebingungan harus mengekspresikan kebahagiaan dan kelegaannya seperti apa. Sejak beberapa hari terakhir ini Hayes dilanda gelisah, dia kesulitan tidur, beberapa kali Hayes sampai menanyakan apakah dirinya akan kembali ditolak?Pasti sangat mendebarkan karena semua kekhwatiran Hayes sudah berakhir.Damian sendiri sangat senang karena ternyata penantiannya telah berbuah manis, Alice akan menjadi menjadi putrinya dan isteri Hayes. “Berhenti bertanya seperti itu, kau layak mendapatkan ini semua,” nasihat Damian memberitahu.“Bagaimana jika Alice
Lantunan suara musik romantis terdengar memenuhi ruangan. Theodor duduk di depan pianonya, jemarinya yang panjang bergerak cepat menekan tuts yang menciptakan melodi cantik. Sepasang matanya tidak berhenti memandangi permukaan piano yang memantulkan cahaya dari lampu tembak yang berada di atas panggung.Para penonton duduk diam dalam keterpukauan mendengar lantunan piano dan violin. Mereka tenggelam dalam irama musik cantik yang menemani Februari berhujan mereka yang penuh romansa. Bibir Theodor sedikit terbuka, pria itu menarik napasnya dalam-dalam, di antara suara musik yang mengalun, pikirannya melayang teringat dengan apa yang telah dia dapat di meja kerjanya hari ini.Sebuah undangan pernikahan antara Alice dan Hayes.Akhirnya mereka kembali bersama dan menikah. Theodor tersenyum samar dengan tatapan mata yang kosong, dirinya hanya seorang insane yang sempat singgah di antara Alice dan Hayes, lalu pergi ke tempat yang seharusnya.Awal musim seminya telah berlalu dengan cepat,
Waktu bergerak dengan cepat, semua persiapan pernikahan telah berjalan dengan lancar, dan besok adalah hari dimana pernikahan itu akan berlangsung setelah dua minggu lamanya melakukan persiapan.Alice memutuskan untuk membuat upacara pernikahan yang sederhana karena public masih mengetahui jika sampai saat ini dia menantu keluarga Borsman. Dari sekian banyak tempat yang bisa dipilih, akhirnya Alice memutuskan membuat upacara pernikahan di hutan halaman rumah. Dimana ditempat itu, ada banyak hamparan bunga yang tumbuh pemberian Hayes.Alice ingin upacara pernikahannya kali ini disaksikan oleh bunga-bunga yang telah menjadi saksi perjalanan bagaimana Hayes berjuang selama ini.Hayes membuka tutup buku dalam genggamannya, dia sedang berusaha untuk menyibukan pikirannya sendiri agar bisa tenang, namun tampaknya itu tidak berhasil. Hayes gelisah tidak seperti biasanya sampai membuat teman-temannya melihat dengan khawatir.Hayes tahu ini pernikahan yang kedua dengan perempuan yang sama, d
“Bagaimana kabarmu?”“Seperti yang kau lihat saat ini, keadaanku cukup baik,” jawab Theodor terdengar ramah dan bersikap seolah tidak pernah terjadi apapun diantara mereka agar Alice tidak terbebani dengan apapun yang terjadi di masa lalu mereka berdua.Alice tersenyum tangannya meremas bawahan meja dengan kuat. “Syukurlah, aku senang mendengarnya,” ucap Alice canggung.“Kenapa kau datang malam-malam ke gereja?”“Aku gelisah dan butuh berdo’a,” jawab Alice pelan.Keduanya terjebak dalam keterdiaman, tidak tahu apa yang harus berbicara apa selanjutnya. Tidak ada sesuatu yang perlu dibicarakan seolah semuanya sudah selesai sampai tidak menyisakan kata.Theodor berdeham memecah keheningan. “Selamat atas pernikahanmu, semoga semuanya berjalan dengan lancar, aku ikut senang akhirnya kau bisa kembali bersama Hayes,” ucap Theodor dengan tulus.Tidak ada sedikitpun penyesalan atas perpisahan yang telah terjadi, Theodor senang jika akhirnya Alice bahagia dan laki-laki yang berada di sampingnya
Suara golden hours piano terdengar, semua mata tertuju pada Theodor yang kini duduk didepan sebuah piano tengah memainkan musik sebagai hadiah pernikahan untuk Alice dan Hayes.Upacara pernikahan sudah berjalan lancar, dan kini semua orang sedang menikmati sore mereka di resort keluarga Borsman yang sudah selesai dibangun. Kini orang-orang berkumpul didepan sebuah kolam renang besar yang mengarah langsung ke arah pantai yang berwarna biru jernih dan pasir putih bersih dimana semua orang bebas berenang di tempat itu.Pesta sederhana yang privat ini hanya dihadiri oleh orang-orang yang dianggap seperti keluarga.Dari kejauhan Damian tidak pernah bosan melihat putranya yang kini banyak tersenyum dan tertawa lepas, berbicara dengan orang-orang disekitarnya yang dipenuhi aura positif. Tidak hanya Hayes yang terlihat bahagia, Alicepun begitu. Sangat memuaskan bisa melihat gadis itu bisa benar-benar tersenyum dengan mata berbinar menunjukan banyak kebahagiaan.Dia tidak lagi dikucilkan, d
Bayangan tubuh Alice dan Eniko yang berdiri terlihat di atas rerumputan hijau, angin bergerak kencang menyapu rambut panjang Alice yang terurai. Alice terus memperhatikan gerak-gerik Eniko yang tidak terbaca.Eniko sangat tenang, anehnya senyuman ramah yang dia tunjukan menciptakan kewaspadaan yang tidak bisa dijelaskan.“Anda ingin berbicara apa?” tanya Alice dengan formal, Alice belum bisa mengetahui seperti apa sifat wanita yang berdiri di hadapannya. Alice tidak ingin cepat menilai, sama seperti yang pernah terjadi padanya dan Bella di masa lalu.Eniko menyampirkan rambut merah berkilaunya di belakang telinga, wanita itu kembali tersenyum tatkala Theodor yang tengah berbicara dengan Hayes dan Aaric, kini memelototi Eniko seakan tengah memberi peringatan agar Eniko berhati-hati dalam bersikap.Betapa lucunya pria itu, Eniko pikir Theodor tidak akan pernah berubah menjadi lebih baik karena tergila-gila pada Vanka. Siapa sangka jika Theodor telah berubah melampaui ekspektasi Eniko.