“Mau berdansa denganku?”Alice mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba meyakinkan diri bahwa apa yang telah didengarnya bukanlah sebuah halusinasi. “Anda jangan bercanda,” jawab Alice tidak percaya. Alice tidak habis pikir, bagaimana bisa pria luar biasa seperti Theodor mau mengajak Alice berdansa? Tidakkah pria itu sadar bahwa dia akan mengalami banyak kerugian jika mereka menari bersama?Jangankan untuk menari, dhanya dengan uduk berhadapan seperti ini, Alice bisa menyadari ada berapa banyak pasang mata yang kini mengintimidasinya karena rasa iri.Theodor tersenyum tanpa beban. “Tidak sopan mengajak perempuan berdansa di pesta resmi hanya untuk sebuah candaan.”“Mengapa Anda ingin mengajak saya berdansa?”Ada jeda keheningan dalam beberapa detik, entah kata-kata seperti yang harus Theodor rangkai sebagai jawaban untuk diberikan kepada Alice.“Naluriku, aku selalu bertindak sesuai naluriku dibandingkan dengan logika. Kali ini, naluriku juga yang mendorongku untuk berdansa dengan
“Hayes, kau kenapa?” tanya Bella memperhatikan kemarahan di mata Hayes.“Aku baik-baik saja,” jawab Hayes terdengar samar dan tidak fokus.“Apa yang sebenarnya kau lihat?”“Bukan apa-apa,” balas Hayes mengembalikan perhatiannya lagi pada Bella dan terus bergerak mengikuti irama musik sambil menantikan musik berhenti berputar.Sesekali Hayes terus melihat ke arah Alice, meneliti setiap ekspresi di wajahnya yang sangat berbeda ketika dia sedang bersama Theodor, dia lebih banyak berbicara.Gadis itu terlihat lebih bebas, wajahnya beberapa kali bersemu, lebih mengejutkannya lagi dia bisa membuat Theodor tertawa saat berbicara dengannya.Apa yang sebenarnya telah Theodor lakukan kepada Alice? Mengapa dia bisa memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Alice dibandingkan Hayes yang berstatus sebagai suaminya?Hayes tahu betul seberapa sulitnya seorang Theodor, dia bisa berbicara lebih tajam dari Hayes dan lebih tidak berperasaan. Tapi mengapa dia sangat berbeda saat bersama Alice?Suara mus
Alice menengadahkan kepalanya, perasaannya menjadi emosional tanpa alasan, ada desakan amarah yang kuat saat terbayang-bayang bagaimana Hayes mengusap jijik tangannya yang tidak sengaja menyentuh tangan Alice.Itu sangat sederhana, namun sangat menyakitkan dan berhasil menghancurkan setitik rasa percaya diri Alice yang baru akan tumbuh.Tindakan sederhana Hayes berhasil mengembalikan kenangan-kenangan buruk penolakan orang-orang terhadap keberadaannya. Desakan ingin menangis membuat dada Alice sakit dan sesak, gadis itu frustasi tidak bisa mengeluarkan air matanya agar bisa melepaskan semua beban yang sudah memenuhi jiwanya. Alice menarik kuat helaian rambutnya dengan kuat dan memukul kepalanya ke dashboard hingga membuat Hayes menepikan kendaraannya.“Apa yang kau lakukan? Jangan menyakiti dirimu sendiri!” Hayes berusaha menarik mundur Alice.Wajah Alice terangkat dengan memar di kenignya, pupil matanya gemetar memandang lekat Hayes. “Kenapa aku dilarang menyakiti diriku sendiri,
Kepulan asap rokok bergerak di udara, Hayes menyandarkan punggungnya pada kursi kayu, di sisinya terdapat segelas anggur yang menemani malam penatnya.Angin malam bergerak lembut menyapu rambutnya. Jendela yang terbuka lebar menggerakan gorden, aroma bunga stock night scented yang tumbuh banyak di pinggiran taman tercium masuk ke dalam ruangan.Hayes mengangkat wajahnya, menatap malam yang pekat.Hayes tidak bisa tidur, pikirannya masih dibayangi oleh ucapan Alice yang terus terngiang di kepalanya. Hayes sudah berusaha untuk tidak peduli, namun dia tidak mampu melakukannya.Selama ini Alice selalu diam dan terlihat baik-baik saja ketika Hayes menghinanya, namun malam ini gadis itu menjadi berbeda, Alice berbicara banyak hal untuk pertama kalinya. Alice memberitahukan perasaan yang dia alami selama ini.Sikapnya memberitahu Hayes jika sebenarnya Alice diam bukan berarti dia tidak mau berbicara.Apa yang sebenarnya telah terjadi dan tidak Hayes ketahui tentang Alice? Jika dia benar-b
Alice bergerak nyaman di atas lembut dan empuknya ranjang, hangat selimut yang menutupi tubuhnya yang kedinginan membuat Alice ingin tenggelam lebih lama dalam tidur nyenyaknya.Tapi ini sudah waktunya harus bangun, Alice tidak terbiasa bermalas-malasan.Perlahan Alice membuka matanya, terbangun jauh sebelum matahari pagi muncul dan langit samar-samar masih terlihat sedikti gelap.Pandangan Alice mengedar, gadis itu mencoba mengumpulkan semua kesadarannya untuk mengingat apa yang telah terjadi semalam. Samar kening Alice mengerut bingung, melihat sofa tempat biasa dia tidur ada di depan mata.‘Sofa? Lantas di mana sekarang aku tidur?’ batin Alice bertanya.Refleks Alice melompat mundur hingga terjengkang ke lantai begitu Alice tersadar bahwa dia telah tidur di ranjang Hayes dan tidur sepanjang malam dan terbaring di sisinya.Wajah Alice berubah pucat ketakutan, gadis itu beringsrut mundur berusaha untuk tidak membuat suara agar Hayes tidak menyadarinya.Alice memaki dalam hati, meny
Seperti yang dikatakan oleh Damian, akhirnya Alice diantar Philip menuju sebuah café yang keberadaannya cukup jauh dari rumah. Philip mempertemukan Alice pada seorang perempuan paruh baya yang sudah menunggu kedatangannya, perempuan itu bernama Tesa.Tesa adalah seorang guru privat yang dipanggil Damian untuk bisa mengajar Alice.Alice sempat ragu ketika Tesa melihat kedatangannya menatap terjekut, Tesa sampai bertanya apakah Alice benar-benar seseorang yang dikirim Damian untuk bertemu dengannya.Alice tidak tersinggung, dia memahi kenapa Tesa bisa bereaksi sedikit berlebihan. Dasar-dasar membaca sudah dipelajar oleh anak-anak di taman bermain, sementara Alice yang menginjak usia dua puluh baru akan mulai belajar membaca.“Duduklah,” ucap Tesa dengan senyuman ramahnya untuk menutupi keterkjutannya. Sebelumnya Damian tidak memberitahu apapun seperti apa murid yang harus dia ajari, Tesa menerimanya tanpa berpikir dua kali karena dia mendapatkan bayaran yang tinggi.Tesa cukup terkejut
“Dimana nona Alice sebenarnya? Mengapa dia tidak ada di sini?” Philip sudah menelusuri beberapa tempat, mencari keberadaan Alice hingga pemilik café tempat Alice belajar memastikan bahwa dia memang sudah keluar sejak setengah jam yang lalu.Anehnya Philip tidak menemukan keberadaan Alice.Philip mencoba sekali lagi mencari, menelusuri setiap belokan blok tempat untuk memastikan keberadaannya, sayangnya Alice tetp ditemukan keberadaannya.Philip bingung dan khawatir jika terjadi sesuatu kepada Alice.Suara deringan telepon masuk terdengar beberapa kali dan mengharuskan Philip berhenti sejenak mencari Alice.“Nyonya,” sambut Philip begitu menerima panggilan telepon masuknya.“Kemana saja kau? Berapa lama lagi aku harus menunggu!” teriak Ivana terdengar marah.“Maafkan saya datang terlambat Nyonya, saya sedang mencari nona Alice,” jawab Philip dengan jujur.“Jangan banyak alasan. Cepat jemput aku!” titah Ivana tidak peduli.“Baik, saya akan segera ke sana.”Philip mulai bingung dan khaw
Hayes membawa pergi Ivana ke dalam kamarnya dan memberinya obat penenang. Ivana sangat sensitif sejak kehilangan kemampuan melihatnya, dia benci dinomer duakan dalam hal apapun, ketakutan berlebihannya akan ditinggalkan orang-orang karena kehilangan kemampuan melihat selalu membayangi pikiran Ivana.Terlebih lagi, kekayaan Ivana yang melimpah dan selalu dia banggakan selama ini ternyata sama sekali tidak dapat menyembuhkan penyakitnya. Karena kebutaan yang disebabkan glukoma, Ivana tidak dapat menerima donor mata.Ivana pernah terpuruk karena satu persatu orang yang di percaya mengkhinatinya, dimulai dari rekan kerjanya, bawahannya, bahkan beberapa pelayan yang tidak jarang kedapatan mencuri perhiasannya.Karena berbagai alasan itulah Ivana takut satu persatu orang yang dia percaya benar-benar pergi dan meninggalkannya sendirian dalam penderitaan.Dan semenjak kedatangan Alice ke rumah, tamapaknya ketakutan berlebihan Ivana menjadi semakin parah.Hari ini Ivana bertemu dengan seorang