Alice bergerak nyaman di atas lembut dan empuknya ranjang, hangat selimut yang menutupi tubuhnya yang kedinginan membuat Alice ingin tenggelam lebih lama dalam tidur nyenyaknya.Tapi ini sudah waktunya harus bangun, Alice tidak terbiasa bermalas-malasan.Perlahan Alice membuka matanya, terbangun jauh sebelum matahari pagi muncul dan langit samar-samar masih terlihat sedikti gelap.Pandangan Alice mengedar, gadis itu mencoba mengumpulkan semua kesadarannya untuk mengingat apa yang telah terjadi semalam. Samar kening Alice mengerut bingung, melihat sofa tempat biasa dia tidur ada di depan mata.‘Sofa? Lantas di mana sekarang aku tidur?’ batin Alice bertanya.Refleks Alice melompat mundur hingga terjengkang ke lantai begitu Alice tersadar bahwa dia telah tidur di ranjang Hayes dan tidur sepanjang malam dan terbaring di sisinya.Wajah Alice berubah pucat ketakutan, gadis itu beringsrut mundur berusaha untuk tidak membuat suara agar Hayes tidak menyadarinya.Alice memaki dalam hati, meny
Seperti yang dikatakan oleh Damian, akhirnya Alice diantar Philip menuju sebuah café yang keberadaannya cukup jauh dari rumah. Philip mempertemukan Alice pada seorang perempuan paruh baya yang sudah menunggu kedatangannya, perempuan itu bernama Tesa.Tesa adalah seorang guru privat yang dipanggil Damian untuk bisa mengajar Alice.Alice sempat ragu ketika Tesa melihat kedatangannya menatap terjekut, Tesa sampai bertanya apakah Alice benar-benar seseorang yang dikirim Damian untuk bertemu dengannya.Alice tidak tersinggung, dia memahi kenapa Tesa bisa bereaksi sedikit berlebihan. Dasar-dasar membaca sudah dipelajar oleh anak-anak di taman bermain, sementara Alice yang menginjak usia dua puluh baru akan mulai belajar membaca.“Duduklah,” ucap Tesa dengan senyuman ramahnya untuk menutupi keterkjutannya. Sebelumnya Damian tidak memberitahu apapun seperti apa murid yang harus dia ajari, Tesa menerimanya tanpa berpikir dua kali karena dia mendapatkan bayaran yang tinggi.Tesa cukup terkejut
“Dimana nona Alice sebenarnya? Mengapa dia tidak ada di sini?” Philip sudah menelusuri beberapa tempat, mencari keberadaan Alice hingga pemilik café tempat Alice belajar memastikan bahwa dia memang sudah keluar sejak setengah jam yang lalu.Anehnya Philip tidak menemukan keberadaan Alice.Philip mencoba sekali lagi mencari, menelusuri setiap belokan blok tempat untuk memastikan keberadaannya, sayangnya Alice tetp ditemukan keberadaannya.Philip bingung dan khawatir jika terjadi sesuatu kepada Alice.Suara deringan telepon masuk terdengar beberapa kali dan mengharuskan Philip berhenti sejenak mencari Alice.“Nyonya,” sambut Philip begitu menerima panggilan telepon masuknya.“Kemana saja kau? Berapa lama lagi aku harus menunggu!” teriak Ivana terdengar marah.“Maafkan saya datang terlambat Nyonya, saya sedang mencari nona Alice,” jawab Philip dengan jujur.“Jangan banyak alasan. Cepat jemput aku!” titah Ivana tidak peduli.“Baik, saya akan segera ke sana.”Philip mulai bingung dan khaw
Hayes membawa pergi Ivana ke dalam kamarnya dan memberinya obat penenang. Ivana sangat sensitif sejak kehilangan kemampuan melihatnya, dia benci dinomer duakan dalam hal apapun, ketakutan berlebihannya akan ditinggalkan orang-orang karena kehilangan kemampuan melihat selalu membayangi pikiran Ivana.Terlebih lagi, kekayaan Ivana yang melimpah dan selalu dia banggakan selama ini ternyata sama sekali tidak dapat menyembuhkan penyakitnya. Karena kebutaan yang disebabkan glukoma, Ivana tidak dapat menerima donor mata.Ivana pernah terpuruk karena satu persatu orang yang di percaya mengkhinatinya, dimulai dari rekan kerjanya, bawahannya, bahkan beberapa pelayan yang tidak jarang kedapatan mencuri perhiasannya.Karena berbagai alasan itulah Ivana takut satu persatu orang yang dia percaya benar-benar pergi dan meninggalkannya sendirian dalam penderitaan.Dan semenjak kedatangan Alice ke rumah, tamapaknya ketakutan berlebihan Ivana menjadi semakin parah.Hari ini Ivana bertemu dengan seorang
Lima belas tahun yang lalu..Alice duduk di sisi sebuah kolam belakang rumah, gadis kecil itu membiar tubuhnya yang kurus kering itu dibelai oleh angin malam yang lewat berlalu, tubuhnya mengigil terlapis pakaian tipis yang lusuh dan kotor. Bening mata Alice terlihat di kegelapan, setetes air mata terjatuh membasahi pipinya, dengan cepat Alice menyekanya.Tangan kurus Alice tidak berhenti bergerak mencuci satu persatu sepatu milik Giselle dan Xavier yang harus dibersihkan sampai mengkilap tanpa noda, jika Alice tidak membersihkannya dengan baik, maka sepatu yang tidak dia bersihkan dengan baik akan dipakai Giselle untuk menginjaknya.Suara perut Alice terdengar, anak itu meringis kesakitan.Alice lapar, tapi dia belum selesai menyelesaikan pekerjaannya.Suasana malam itu sudah sunyi sepi, orang-orang sudah kembali tidur dan Alice baru bisa keluar satu jam yang lalu untuk bekerja demi bisa mendapatkan makanan.Alice hanya mendapatkan jatah makanan satu hari sekali, Alice akan menangka
Setelah pengakuan yang dikatakan Alice, gadis itu tiba-tiba terkulai lemas membuat Hayes panik hingga harus menelpon dokter pribadinya agar segera mengirimkan obat secepatnya. Hayes tidak bisa beranjak, naluri di dalam hatinya mendorong Hayes untuk tetap disamping Alice dan berusaha membantu menurunkan demamnya. Hayes tidak tahu apakah kebaikannya saat ini karena khawatir tidak ingin melihat Alice sakit, atau murni untuk sebuah kemanusiaan.Sepanjang berada di sisi gadis itu, Hayes sudah mendengarkan banyak racauan tidak jelas yang keluar dari mulutnya.Alice banyak merintih gelisah seperti sedang meminta tolong dan tenggelam dalam halusinasi, beberapa kali Alice memeluk dirinya sendiri dan meringkuk memohon ampunan, ketakutan saat Hayes menyentuhnya.Demam Alice kian parah saat dia tiba-tiba memukul kepalanya sendiri, mengharuskan Hayes untuk memeluknya dengan erat dan menghentikan dia agar berhenti menyakiti dirinya sendiri.Hayes tidak tahu apakah halusinasi yang menyerang Alice a
Di sebuah lorong ruangan, tidak sengaja Damian berpapasan dengan Hayes yang baru keluar dari kamarnya.“Dimana Alice?” tanya Damian menghentikan langkahnya. Damian khawatir jika apa yang sudah dilakukan Ivana akan membuat Alice bersedih dan pergi dari rumah.“Alice sakit, dia akan ada di kamar sampai besok,” jawab Hayes dengan nada menggantung, perhatiannya lebih fokus pada koper besar yang dibawa oleh Damian. “Ayah akan pergi ke mana? Bukankah kunjungan ke luar negeri minggu depan?” tanya Hayes.Damian berdeham canggung. “Ibumu butuh waku menenangkan diri di kamarnya sendirian,” jawab Damian dengan tenang.Kening Hayes mengerut tidak percaya. Hayes tahu betul Ivana tidak suka ditinggal sendirian, dan alasan utama Ivana marah hari ini karena Ivana kesal Philip meninggalkannya terlalu lama. “Ayah melakukan ini karena ibu telah menampar Alice?” tebak Hayes.“Sebaiknya kita tidak perlu membicarakan kejadian tadi siang Hayes.”“Aku perlu tahu kenapa Ayah pindah kamar begitu saja,” desak
Hembusan suara angin terdengar, gelap malam terlihat pekat. Alice meringkuk terbaring di sofa tergulung dalam selimut, suara napasnya terdengar masih kasar tidak beraturan, panasnya yang belum reda membuat dia gelisah sakit kepala dan beberapa kali dibuat terbangun karena sakit perut.Di antara keadaan setengah tertidur, samar telinga Alice mendengar sebuah suara pintu.Ada derap langkah yang bergerak. Mata Alice sedikit terbuka melihat ke sekitar.Di antara remang cahaya yang minim menyisakan dua lampu kecil yang menyala, Alice melihat siluet bayangan hitam yang bergerak arahnya.Apa Alice berhalusinasi lagi?Bayangan itu bergerak lebih dekat, sebuah tangan yang dingin menyentuh keningnya, membawa Alice pada sebuah kenyamanan yang membuatnya kembali memejamkan mata dan tenggelam dalam tidurnya tanpa kewaspadaan.***Keadaan Alice cukup membaik ketika dia bangun di pagi hari, Alice sudah memiliki tenaga untuk melakukan aktivits seperti biasa dan sakit kepalanya sudah tidak terasa la