Kepulan asap rokok bergerak di udara, Hayes menyandarkan punggungnya pada kursi kayu, di sisinya terdapat segelas anggur yang menemani malam penatnya.Angin malam bergerak lembut menyapu rambutnya. Jendela yang terbuka lebar menggerakan gorden, aroma bunga stock night scented yang tumbuh banyak di pinggiran taman tercium masuk ke dalam ruangan.Hayes mengangkat wajahnya, menatap malam yang pekat.Hayes tidak bisa tidur, pikirannya masih dibayangi oleh ucapan Alice yang terus terngiang di kepalanya. Hayes sudah berusaha untuk tidak peduli, namun dia tidak mampu melakukannya.Selama ini Alice selalu diam dan terlihat baik-baik saja ketika Hayes menghinanya, namun malam ini gadis itu menjadi berbeda, Alice berbicara banyak hal untuk pertama kalinya. Alice memberitahukan perasaan yang dia alami selama ini.Sikapnya memberitahu Hayes jika sebenarnya Alice diam bukan berarti dia tidak mau berbicara.Apa yang sebenarnya telah terjadi dan tidak Hayes ketahui tentang Alice? Jika dia benar-b
Alice bergerak nyaman di atas lembut dan empuknya ranjang, hangat selimut yang menutupi tubuhnya yang kedinginan membuat Alice ingin tenggelam lebih lama dalam tidur nyenyaknya.Tapi ini sudah waktunya harus bangun, Alice tidak terbiasa bermalas-malasan.Perlahan Alice membuka matanya, terbangun jauh sebelum matahari pagi muncul dan langit samar-samar masih terlihat sedikti gelap.Pandangan Alice mengedar, gadis itu mencoba mengumpulkan semua kesadarannya untuk mengingat apa yang telah terjadi semalam. Samar kening Alice mengerut bingung, melihat sofa tempat biasa dia tidur ada di depan mata.‘Sofa? Lantas di mana sekarang aku tidur?’ batin Alice bertanya.Refleks Alice melompat mundur hingga terjengkang ke lantai begitu Alice tersadar bahwa dia telah tidur di ranjang Hayes dan tidur sepanjang malam dan terbaring di sisinya.Wajah Alice berubah pucat ketakutan, gadis itu beringsrut mundur berusaha untuk tidak membuat suara agar Hayes tidak menyadarinya.Alice memaki dalam hati, meny
Seperti yang dikatakan oleh Damian, akhirnya Alice diantar Philip menuju sebuah café yang keberadaannya cukup jauh dari rumah. Philip mempertemukan Alice pada seorang perempuan paruh baya yang sudah menunggu kedatangannya, perempuan itu bernama Tesa.Tesa adalah seorang guru privat yang dipanggil Damian untuk bisa mengajar Alice.Alice sempat ragu ketika Tesa melihat kedatangannya menatap terjekut, Tesa sampai bertanya apakah Alice benar-benar seseorang yang dikirim Damian untuk bertemu dengannya.Alice tidak tersinggung, dia memahi kenapa Tesa bisa bereaksi sedikit berlebihan. Dasar-dasar membaca sudah dipelajar oleh anak-anak di taman bermain, sementara Alice yang menginjak usia dua puluh baru akan mulai belajar membaca.“Duduklah,” ucap Tesa dengan senyuman ramahnya untuk menutupi keterkjutannya. Sebelumnya Damian tidak memberitahu apapun seperti apa murid yang harus dia ajari, Tesa menerimanya tanpa berpikir dua kali karena dia mendapatkan bayaran yang tinggi.Tesa cukup terkejut
“Dimana nona Alice sebenarnya? Mengapa dia tidak ada di sini?” Philip sudah menelusuri beberapa tempat, mencari keberadaan Alice hingga pemilik café tempat Alice belajar memastikan bahwa dia memang sudah keluar sejak setengah jam yang lalu.Anehnya Philip tidak menemukan keberadaan Alice.Philip mencoba sekali lagi mencari, menelusuri setiap belokan blok tempat untuk memastikan keberadaannya, sayangnya Alice tetp ditemukan keberadaannya.Philip bingung dan khawatir jika terjadi sesuatu kepada Alice.Suara deringan telepon masuk terdengar beberapa kali dan mengharuskan Philip berhenti sejenak mencari Alice.“Nyonya,” sambut Philip begitu menerima panggilan telepon masuknya.“Kemana saja kau? Berapa lama lagi aku harus menunggu!” teriak Ivana terdengar marah.“Maafkan saya datang terlambat Nyonya, saya sedang mencari nona Alice,” jawab Philip dengan jujur.“Jangan banyak alasan. Cepat jemput aku!” titah Ivana tidak peduli.“Baik, saya akan segera ke sana.”Philip mulai bingung dan khaw
Hayes membawa pergi Ivana ke dalam kamarnya dan memberinya obat penenang. Ivana sangat sensitif sejak kehilangan kemampuan melihatnya, dia benci dinomer duakan dalam hal apapun, ketakutan berlebihannya akan ditinggalkan orang-orang karena kehilangan kemampuan melihat selalu membayangi pikiran Ivana.Terlebih lagi, kekayaan Ivana yang melimpah dan selalu dia banggakan selama ini ternyata sama sekali tidak dapat menyembuhkan penyakitnya. Karena kebutaan yang disebabkan glukoma, Ivana tidak dapat menerima donor mata.Ivana pernah terpuruk karena satu persatu orang yang di percaya mengkhinatinya, dimulai dari rekan kerjanya, bawahannya, bahkan beberapa pelayan yang tidak jarang kedapatan mencuri perhiasannya.Karena berbagai alasan itulah Ivana takut satu persatu orang yang dia percaya benar-benar pergi dan meninggalkannya sendirian dalam penderitaan.Dan semenjak kedatangan Alice ke rumah, tamapaknya ketakutan berlebihan Ivana menjadi semakin parah.Hari ini Ivana bertemu dengan seorang
Lima belas tahun yang lalu..Alice duduk di sisi sebuah kolam belakang rumah, gadis kecil itu membiar tubuhnya yang kurus kering itu dibelai oleh angin malam yang lewat berlalu, tubuhnya mengigil terlapis pakaian tipis yang lusuh dan kotor. Bening mata Alice terlihat di kegelapan, setetes air mata terjatuh membasahi pipinya, dengan cepat Alice menyekanya.Tangan kurus Alice tidak berhenti bergerak mencuci satu persatu sepatu milik Giselle dan Xavier yang harus dibersihkan sampai mengkilap tanpa noda, jika Alice tidak membersihkannya dengan baik, maka sepatu yang tidak dia bersihkan dengan baik akan dipakai Giselle untuk menginjaknya.Suara perut Alice terdengar, anak itu meringis kesakitan.Alice lapar, tapi dia belum selesai menyelesaikan pekerjaannya.Suasana malam itu sudah sunyi sepi, orang-orang sudah kembali tidur dan Alice baru bisa keluar satu jam yang lalu untuk bekerja demi bisa mendapatkan makanan.Alice hanya mendapatkan jatah makanan satu hari sekali, Alice akan menangka
Setelah pengakuan yang dikatakan Alice, gadis itu tiba-tiba terkulai lemas membuat Hayes panik hingga harus menelpon dokter pribadinya agar segera mengirimkan obat secepatnya. Hayes tidak bisa beranjak, naluri di dalam hatinya mendorong Hayes untuk tetap disamping Alice dan berusaha membantu menurunkan demamnya. Hayes tidak tahu apakah kebaikannya saat ini karena khawatir tidak ingin melihat Alice sakit, atau murni untuk sebuah kemanusiaan.Sepanjang berada di sisi gadis itu, Hayes sudah mendengarkan banyak racauan tidak jelas yang keluar dari mulutnya.Alice banyak merintih gelisah seperti sedang meminta tolong dan tenggelam dalam halusinasi, beberapa kali Alice memeluk dirinya sendiri dan meringkuk memohon ampunan, ketakutan saat Hayes menyentuhnya.Demam Alice kian parah saat dia tiba-tiba memukul kepalanya sendiri, mengharuskan Hayes untuk memeluknya dengan erat dan menghentikan dia agar berhenti menyakiti dirinya sendiri.Hayes tidak tahu apakah halusinasi yang menyerang Alice a
Di sebuah lorong ruangan, tidak sengaja Damian berpapasan dengan Hayes yang baru keluar dari kamarnya.“Dimana Alice?” tanya Damian menghentikan langkahnya. Damian khawatir jika apa yang sudah dilakukan Ivana akan membuat Alice bersedih dan pergi dari rumah.“Alice sakit, dia akan ada di kamar sampai besok,” jawab Hayes dengan nada menggantung, perhatiannya lebih fokus pada koper besar yang dibawa oleh Damian. “Ayah akan pergi ke mana? Bukankah kunjungan ke luar negeri minggu depan?” tanya Hayes.Damian berdeham canggung. “Ibumu butuh waku menenangkan diri di kamarnya sendirian,” jawab Damian dengan tenang.Kening Hayes mengerut tidak percaya. Hayes tahu betul Ivana tidak suka ditinggal sendirian, dan alasan utama Ivana marah hari ini karena Ivana kesal Philip meninggalkannya terlalu lama. “Ayah melakukan ini karena ibu telah menampar Alice?” tebak Hayes.“Sebaiknya kita tidak perlu membicarakan kejadian tadi siang Hayes.”“Aku perlu tahu kenapa Ayah pindah kamar begitu saja,” desak
Satu menit..Dua menit..Tiga menit telah berlalu, masih tidak ada yang berbicara di antara mereka berdua, keduanya terjebak dalam diam, memandangi lautan yang terlihat lebih tenang dari biasanya.Tangan Alice terkepal meremas permukaan pakaiannya, jika tidak ada yang memulai pembicaraan, Alice akan terjebak lebih lama disini.Beberapa kali Alice menarik napasnya untuk mengumpulkan sebuah keberanian untuk memulai percakapan. “Bagaimana kabar Anda?” tanya Alice.Claud menggenggam kuat ujung tongkatnya, wajahnya bergerak ke sisi untuk melihat keberadaan Alice, bola mata Claud bergerak turun melirik perut Alice yang cukup besar meski usia kandungannya masih muda. Tubuh Alice yang pulih masih cukup terlihat sangat kecil, pasti akan sulit untuknya bergerak saat usia kandungannya mulai menginjak lima bulan.“Berapa usiamu?” Claud balik bertanya.Pandangan mereka saling bertemu, Alice tenggelam dalam sorot mata Claud Borsman yang pekat. Alice sudah terbiasa hidup dikelilingi orang-orang yan
Tangisan Eniko kian kencang, hatinya terguncang hebat oleh kata-kata yang tidak pernah sekalipun dia harapkan akan terucap dari mulut Theodor. Hidup Eniko berubah hanya dalam semalam, hatinya hancur seolah dunia disekitarnya runtuh tinggal debu. Eniko tidak pernah seputus asa ini dalam hidupnya hingga dia tidak dapat melihat masa depan lagi.Eniko malu bila terus egois mengikuti kata hatinya untuk tetap mengejar Theodor. Pria itu pantas mendapatkan wanita yang sebanding dengannya, Eniko tidak ingin keberadaannya membuat Theodor malu.“Menangislah sampai semua sesak didadamu berkurang,” nasihat Theodor terdengar sedikit canggung. Ini untuk pertama kalinya dia melihat Eniko menangis, memeluknya lebih dulu dan ini untuk pertama kalinya.Menyadari situasi yang kini tengah tidak begitu baik, perawat yang mengurus Eniko memilih mundur secara perlahan dan pergi meninggalkan ruangan untuk memberi mereka waktu luang.Ruangan itu kini hanya terdengar tangisan dan pelukan hangat Theodor yang sec
Theodor mengusapkan telapak tangannya pada sisi celana, menyingkirkan keringat dingin yang mengganggunya. Dia gugup tanpa asalan, beberapa kali dia harus menarik napasnya agar mendapatkan sedikit ketenangan sebelum mengetuk pintu dan memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan tempat Eniko dirawat.Dua langkah Theodor memasuki ruangan, pandangan Theodor langsung tertuju pada Eniko yang tengah duduk di ranjangnya, wanita itu memandangi jendela di depannya.Theodor melangkah dengan hati-hati sampai pada akhirnya Eniko menengok ke arahnya dan mereka terjebak dalam diam saling memandang satu sama lainnya.Napas Theodor tertahan di dada, melihat sisi wajah Eniko yang bengkak dan memiliki lebam cukup pekat hingga menghabiskan separuh wajah cantiknya, tangannya tepasang infusan dan dia mengenakan pakaian pasien.Mungkin butuh waktu beberapa hari agar lebam itu menghilang dari wajahnya.Dengan langkah yang berat Theodor mendekat dan berdiri di sisi Eniko yang tidak dapat mengalihkan pandan
“Mengapa Ayah membawanya kesini? Ayah tahu kan jika aku sangat membencinya.”“Aku juga tidak memiliki alasan apapun untuk dikatakan,” jawab Damian pelan.Damian tidak mengerti dengan alasan Claud yang mau datang menemui Alice, tidak seperti biasanya dia tertarik pada hal yang tidak menguntungkan. Anehnya, ada sesuatu yang tidak biasa dari Claud Borsman tunjukan, sepanjang perjalanan menuju Emilia Island, Claud hanya menanyakan kesehatan Hayes dan Alice, dia tidak membahas bisnis apapun.Hayes menghisap rokoknya, kepulan asap terlihat bergerak keluar dari mulutnya. Suasana hati Hayes telah dirusak oleh keberadaan Claud Borsman. “Jangan pernah coba-coba untuk mendamaikan aku dengannya, sekeras apapun Ayah berusaha, itu tidak akan berhasil,” peringat Hayes.“Aku tidak akan pernah memaksamu untuk memaafkan kesalahannya Hayes,” jawab Damian dengan nada menggantung. Dalam satu tarikan napas panjangnya Damian kembali berkata, “Hayes, selama ini, sebelum kau mengetahui kebenaran siapa diri
Wajah Claud Borsman berubah pucat, terkejut oleh sesuatu pertanyaan yang tidak pernah dia sangka. Claud Borsman terdiam membungkam kehilangan kata-kata untuk menjawab.Terlahir dari kelas bangsawan membuat Claud Borsman tebiasa dilayani dalam setiap hal, terbiasa menerima rasa hormat dari orang lain yang membangun jiwa angkuh di dalam dirinya.Keangkuhan itu membuat Claud Borsman tidak pernah meminta maaf dan bebas bertindak semaunya tanpa peduli itu benar atau salah, Claud Borsman tumbuh tanpa rasa penyesalan disetiap tindakan yang diambilnya karena dia menganggap setiap manusia yang terlibat dalam hidupnya sebatas objek sesaat.Claud Borsman sendiri tidak pernah tersinggung dengan kritikan tajam siapapun, dia terus berjalan di jalan yang menurutnya benar tidak peduli dengan halangan siapapun, karena siapapun yang berani menghalangi jalannya, Claud Borsman akan menyingkirkannya.Sekarang Hayes menutut maaf darinya?Apakah Claud Borsman bisa melakukannya? Apakah permintaan maaf akan s
“Sepertinya paman Damian sudah datang,” gumam Athur melihat sebuah mobil khusus telah terparkir di depan salah satu parkiran khusus resort.Athur menepikan mobilnya ke sisi. “Aku harus pergi memeriksa restaurant dulu.”Alice mengangguk dengan senyuman, gadis itu bergeser dan melangkah keluar ketika pintu disisinya sudah dibukakan oleh Hayes. Sementara Athur memutar balik mobilnya dan pergi meninggalkan tempat.Alice dan Hayes memasuki resort, sempat Hayes menanyakan kedatangan Damian dan menanyakan keberadaannya saat ini kepada seseorang yang menyambut.Resort yang dibangun sekitar satu tahun lalu itu akan segera diresmikan dalam waktu dekat karena pembangunan yang masih berjalan membutuhkan waktu satu tahun lagi.Jarang sekali mereka datang ke tempat ini meski sudah beberapa kamar yang tersedia, Alice dan Hayes lebih suka menghabiskan waktu mereka berdua di paviliun menjalani kehidupan yang sederhana. Hayes sesekali datang ke tempat ini untuk melakukan pertemuan dengan beberapa rekan
Gelombang ombak menari-nari dibawah langit sore yang cerah, permukaan laut terlihat indah dilukis bayangan cahaya matahari sore, sapuan angin membelai pipi, suara burung terdengar bernyanyi di udara dan bibir pantai.Bayangan lumba-lumba yang tengah berenang terlihat dibawah permukaan air, suaranya terdengar di antara gemuruh air, mereka berenang dengan cepat dan sesekali melompat, cipratan air menyentuh ujung permukaan yachts.Alice beranjak dari duduknya dan mendekat pagar untuk melihat mereka lebih dekat. Alice tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, pemandangan indah ini masih terasa seperti mimpi untuk Alice meski dia sudah tinggal di Emilia Island lebih dari setengah tahun lamanya.Pulau ini sangat indah seperti negeri dongeng, terkadang keindahannya seperti sesuatu yang mustahil benar-benar ada di dunia nyata.Emilia Island dimiliki seorang salah satu miliarder negeri ini sekaligus salah satu anggota kerajaan, orang itu bernama Julian Giedon, dulu pulau ini hutan belantara sel
“Pak Damian,” panggil Duma memasuki ruangan Damian dan mendapatinya tengah berkutat dengan setumpuk pekerjaan yang harus dikerjakan besok akan diselesaikan hari ini juga.Damian tidak sabar ingin pergi ke Emilia Island dan berkumpul dengan keluarganya untuk merayakan kabar cucu kembarnya yang kini masih berada dalam kandungan Alice.Damian berencana untuk pergi meninggalkan kantor pusat selama dua hari dan menghabiskan waktunya bersama Alice juga Hayes.Damian tidak ingin kehilangan setiap moment perkembangan cucunya yang sangan dia nantikan.Usia Damian sudah menginjak enam puluh tahun, dan meski dia sudah menikah, namun Damian tidak pernah sekalipun mengalami fase dimana dia mendampingi seseorang yang mengandung hingga melahirkan dan merawatnya sampai tumbuh besar.Meski Damian menikahi Ivana dan menjadi ayah untuk Hayes, namun itu dilakukan sejak Hayes akan memasuki bangku taman kanak-kanak.Itupun, butuh proses yang sangat lama bagi Damian bisa menyayangi Hayes setelah dia tahu Ha
Seikat bunga mawar kuning berada dalam genggaman, Theodor berdiri dalam ketegangan menatap dua pintu besar di hadapannya yang terjaga oleh dua orang tentara.Kapan terakhir kali Theodor datang ke rumah Eniko? Sepertinya saat dia masih berada di bangku sekolah dasar. Saat itu Theodor menghadiri pesta ulang tahun Eniko yang ke lima, sejak malam pesta ulang tahun itu, Theodor tidak pernah lagi mau datang ke rumah Eniko karena sebuah alasan yang kuat. Theodor masih ingat ada sebuah kejadian memalukan yang dia alami ditengah pesta karena Eniko. Eniko mengajaknya pergi berdansa, karena Theodor mengantuk dan menolak keinginannya, Eniko menggigit pipinya sampai Theodor menangis hingga menjadi tontonan banyak orang.Bila ingat-ingat lagi, Theodor tidak memiliki kenangan baik setiap kali bersma Eniko. Eniko selalu saja menciptakan warna kacau dalam hidup Theodor.Sangat menyebalkannya lagi Theodor tidak bisa berbicara kasar ataupun melakukan sedikit kekerasaan karena Eniko seorang perempuan.