Di sebuah lorong ruangan, tidak sengaja Damian berpapasan dengan Hayes yang baru keluar dari kamarnya.“Dimana Alice?” tanya Damian menghentikan langkahnya. Damian khawatir jika apa yang sudah dilakukan Ivana akan membuat Alice bersedih dan pergi dari rumah.“Alice sakit, dia akan ada di kamar sampai besok,” jawab Hayes dengan nada menggantung, perhatiannya lebih fokus pada koper besar yang dibawa oleh Damian. “Ayah akan pergi ke mana? Bukankah kunjungan ke luar negeri minggu depan?” tanya Hayes.Damian berdeham canggung. “Ibumu butuh waku menenangkan diri di kamarnya sendirian,” jawab Damian dengan tenang.Kening Hayes mengerut tidak percaya. Hayes tahu betul Ivana tidak suka ditinggal sendirian, dan alasan utama Ivana marah hari ini karena Ivana kesal Philip meninggalkannya terlalu lama. “Ayah melakukan ini karena ibu telah menampar Alice?” tebak Hayes.“Sebaiknya kita tidak perlu membicarakan kejadian tadi siang Hayes.”“Aku perlu tahu kenapa Ayah pindah kamar begitu saja,” desak
Hembusan suara angin terdengar, gelap malam terlihat pekat. Alice meringkuk terbaring di sofa tergulung dalam selimut, suara napasnya terdengar masih kasar tidak beraturan, panasnya yang belum reda membuat dia gelisah sakit kepala dan beberapa kali dibuat terbangun karena sakit perut.Di antara keadaan setengah tertidur, samar telinga Alice mendengar sebuah suara pintu.Ada derap langkah yang bergerak. Mata Alice sedikit terbuka melihat ke sekitar.Di antara remang cahaya yang minim menyisakan dua lampu kecil yang menyala, Alice melihat siluet bayangan hitam yang bergerak arahnya.Apa Alice berhalusinasi lagi?Bayangan itu bergerak lebih dekat, sebuah tangan yang dingin menyentuh keningnya, membawa Alice pada sebuah kenyamanan yang membuatnya kembali memejamkan mata dan tenggelam dalam tidurnya tanpa kewaspadaan.***Keadaan Alice cukup membaik ketika dia bangun di pagi hari, Alice sudah memiliki tenaga untuk melakukan aktivits seperti biasa dan sakit kepalanya sudah tidak terasa la
“Bunga Julliet Rose kesukaan nyonya Ivana, kemarin beliau menanyakannya, karena bunganya langka dan mahal, kami tidak memiliki stock dan harus memesan dulu dari tempat lain, sekarang hanya tersedia satu,” ucap seorang pegawai toko bunga menunjuk sebuah pot bunga yang ditumbuhi mawar Juliet yang cantik bermekaran.Saat dalam perjalanan ke kantor, Hayes teringat dengan Ivana yang tengah bersedih. Ivana yang suka bunga mungkin suasana hatinya akan menjadi baik bila Hayes memberinya bunga.Karena hal itu, disinal Hayes sekarang. Di sebuah toko bunga langganan Ivana.“Saya akan membelinya,” jawab Hayes tanpa pertimbangan.“Baik, tolong tunggu sebentar.”***Melalui jendela yang mengarah ke taman bunga, diam-diam Alice mengintip keberedaan Ivana yang kini tengah duduk ditemani oleh kucing kesayangannya. Wajah Ivana terlihat pucat, sesekali dia menyeka air matanya yang terjatuh.Ivana terlihat kesepian..Melihat Ivana yang duduk seorang diri dengan keterbatasan terlihat cukup menyedihkan, le
“Mengapa kau sangat baik Alice, tidakkah kau ingat dengan perlakuan Hayes dan Ivana padamu?” tanya Damian menguji.Alice tersenyum sedih, hatinya memang terkadang seperti teriris bila mengingatnya, namun Alice percaya Hayes maupun Ivana memiliki alasan untuk membencinya, termasuk Giselle yang jijik kepadanya karena kehadiran Alice terus mengingatkan dirinya pada kejadian pemerkosaan yang di alaminya.Kibaran di mata Alice bergerak pelan, matanya terhalang banyak kabut kesedihan sampai membuat napasnya tersendat. “Saya tahu seberapa dalam luka yang saya dapat atas tajamnya lisan yang terucap dan kasarnya tangan yang memukul. Saya tidak pernah berniat sedikitpun untuk membalas perbuatan mereka karena satu-satunya yang saya inginkan sejak awal hingga sekarang adalah memiliki akhir hidup yang bahagia.”Samar Damian tersenyum mendengarkan keinginan sederhana Alice. “Alice, Apa kau percaya ada sebuah kebaikan dan kebenaran yang menyakitkan? Mungkin itu yang kini sedang aku lalui, jalan keben
Bella menerobos masuk ke dalam ruangan Hayes meski dia sudah mendapatkan larangan, wanita itu sama sekali tidak dapat dihentikan oleh siapapun.Bella sudah tahu jika sejak kemarin Hayes mulai bekerja, dia menahan diri untuk tidak bertemu untuk menyiapkan sesuatu.Membayar seorang wartawan untuk menyampaikan artikel yang dia tulis mengenai hubungan perselingkuhan Haye dan seorang wanita. Bella sengaja membuat scandal itu karena pernikahan Aaric dan Calla digelar sebentar lagi.Jika scandal itu muncul, kemungkinan besar bahwa ada media yang mencari tahu, begitupun orang-orang disekitar. Bella tinggal menunjukan hubungan yang intim dengan Hayes, dan semua orang akan langsung menyadari siapa sosok perempuan yang sebenarnya dicintai Hayes.Dengan langkah yang lebar Bella masuk mendorong pintu besar di depannya.“Hayes,” sapa Bella tanpa rasa bersalah.“Apa yang kau lakukan di sini? Aku sedang bekerja,” tegur Hayes tidak suka.“Aku harus menunjukan sesuatu yang penting padamu Hayes,” jawab
Alice melihat ke belakang lagi, memperhatikan Tesa yang sudah pergi cukup jauh dan kini tengah duduk di sebuah bangku, dengan cepat Alice mengambil buku itu dan pergi keluar, menghampiri Tesa yang sedang menelpon seseorang.Alice melihat ke sekitar dengan waspada, dia takut jika keberadaannya tengah di perhatikan.Langkah Alice memelan, mendekati Tesa.“Sialan ini sangat melelahkan, tidak ada bedanya dengan mengajar anak idiot,” maki Tesa meremas kuat tengkuknya.Langkah Alice terhenti, tidak ada keberanian untuk mendekat begitu mendengar makian dari seorang guru yang dia anggap lembut dan baik.“Kau punya anggur? Aku cukup setres memikirkan setengah tahun kedepan aku akan terus di berhadapan dengan anak idiot menantu Borsman. Sialan, dia seperti sampah yang beruntung. Jika saja bayarannya tidak mahal, aku pasti akan menghajarnya karena kesal.”“Apakah aku akan dapat keuntungan yang lebih besar jika menjual berita kepada wartawan, bahwa keluarga Borsman memiliki menantu yang sangat id
Suara deringan telepon masuk terdengar beberapa di atas meja, Bella yang tengah membaca majalah sempat beranjak melihat siapa orang yang sudah menghubungi Hayes.Bella mendengus kesal melihat nama Theodor yang tertera di layar.“Untuk apa dia menelpon Hayes? Mengganggu saja,” gumam Bella kesal. Dengan entengnya wanita itu mematikan handponenya dan menyimpannya di bawah tumpukan buku agar Hayes tidak menemukannya.Dengan begitu tidak ada yang menghubungi Hayes lagi dan acara makan siang berduanya akan berjalan lancar.***Alice tidak memiliki banyak kekuatan untuk menolak ketika dia dibawa ke klinik, Calla yang sudah menunggu langsung menanganinya secara privat dan memberi Alice obat penenang agar gadis itu tertidur.Theodor tidak lagi berusaha untuk menghubungi Hayes, pria itu duduk di depan ruangan tempat diaman Alice tengah ditangani.Ada ketegangan dibahu Theodor, dia terus terbayang dengan keadaan Alice sepanjang perjalanan saat ke klinik. Rintihan tersiksanya, dan tangannya yang
Alice terbangun dari tidurnya begitu obat penenang yang dia terima efeknya sudah habis. Bibir Alice sedikit terbuka untuk menarik napas dalam-dalam, masih ada rasa sakit berdenyut yang dirasakan di kepalanya akibat benturan, telinganya sedikit berdenging.Kibaran lembut bulu mata Alice menaungi irishnya yang bergerak pelan, mengedar melihat tempat asing yang tidak dia kenali. Permukaan kulit Alice meremang, bereaksi hebat saat teringat apa yang telah terjadi padanya sebelum dia kehilangan kesadarannya, dengan cepat gadis itu duduk dan melihat ke sekitar dengan waspada, takut kembali terkurung di ruangan bawah tanah.“Tenanglah, kau aman sekarang.”Tubuh Alice menegang kaku, melihat Theodor yang duduk di sisi ranjangnya. Sekali lagi pandangan Alice mengedar, melihat ke penjuru arah, tersadar jika kini dia berada di rumah sakit.Apakah aku sudah diperiksa dokter? Apakah mereka sudah mengetahuinya?“Kenapa kau membawaku ke sini? Kau sudah mengetahuinya?” tanya Alice menggebu, matanya b
Satu menit..Dua menit..Tiga menit telah berlalu, masih tidak ada yang berbicara di antara mereka berdua, keduanya terjebak dalam diam, memandangi lautan yang terlihat lebih tenang dari biasanya.Tangan Alice terkepal meremas permukaan pakaiannya, jika tidak ada yang memulai pembicaraan, Alice akan terjebak lebih lama disini.Beberapa kali Alice menarik napasnya untuk mengumpulkan sebuah keberanian untuk memulai percakapan. “Bagaimana kabar Anda?” tanya Alice.Claud menggenggam kuat ujung tongkatnya, wajahnya bergerak ke sisi untuk melihat keberadaan Alice, bola mata Claud bergerak turun melirik perut Alice yang cukup besar meski usia kandungannya masih muda. Tubuh Alice yang pulih masih cukup terlihat sangat kecil, pasti akan sulit untuknya bergerak saat usia kandungannya mulai menginjak lima bulan.“Berapa usiamu?” Claud balik bertanya.Pandangan mereka saling bertemu, Alice tenggelam dalam sorot mata Claud Borsman yang pekat. Alice sudah terbiasa hidup dikelilingi orang-orang yan
Tangisan Eniko kian kencang, hatinya terguncang hebat oleh kata-kata yang tidak pernah sekalipun dia harapkan akan terucap dari mulut Theodor. Hidup Eniko berubah hanya dalam semalam, hatinya hancur seolah dunia disekitarnya runtuh tinggal debu. Eniko tidak pernah seputus asa ini dalam hidupnya hingga dia tidak dapat melihat masa depan lagi.Eniko malu bila terus egois mengikuti kata hatinya untuk tetap mengejar Theodor. Pria itu pantas mendapatkan wanita yang sebanding dengannya, Eniko tidak ingin keberadaannya membuat Theodor malu.“Menangislah sampai semua sesak didadamu berkurang,” nasihat Theodor terdengar sedikit canggung. Ini untuk pertama kalinya dia melihat Eniko menangis, memeluknya lebih dulu dan ini untuk pertama kalinya.Menyadari situasi yang kini tengah tidak begitu baik, perawat yang mengurus Eniko memilih mundur secara perlahan dan pergi meninggalkan ruangan untuk memberi mereka waktu luang.Ruangan itu kini hanya terdengar tangisan dan pelukan hangat Theodor yang sec
Theodor mengusapkan telapak tangannya pada sisi celana, menyingkirkan keringat dingin yang mengganggunya. Dia gugup tanpa asalan, beberapa kali dia harus menarik napasnya agar mendapatkan sedikit ketenangan sebelum mengetuk pintu dan memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan tempat Eniko dirawat.Dua langkah Theodor memasuki ruangan, pandangan Theodor langsung tertuju pada Eniko yang tengah duduk di ranjangnya, wanita itu memandangi jendela di depannya.Theodor melangkah dengan hati-hati sampai pada akhirnya Eniko menengok ke arahnya dan mereka terjebak dalam diam saling memandang satu sama lainnya.Napas Theodor tertahan di dada, melihat sisi wajah Eniko yang bengkak dan memiliki lebam cukup pekat hingga menghabiskan separuh wajah cantiknya, tangannya tepasang infusan dan dia mengenakan pakaian pasien.Mungkin butuh waktu beberapa hari agar lebam itu menghilang dari wajahnya.Dengan langkah yang berat Theodor mendekat dan berdiri di sisi Eniko yang tidak dapat mengalihkan pandan
“Mengapa Ayah membawanya kesini? Ayah tahu kan jika aku sangat membencinya.”“Aku juga tidak memiliki alasan apapun untuk dikatakan,” jawab Damian pelan.Damian tidak mengerti dengan alasan Claud yang mau datang menemui Alice, tidak seperti biasanya dia tertarik pada hal yang tidak menguntungkan. Anehnya, ada sesuatu yang tidak biasa dari Claud Borsman tunjukan, sepanjang perjalanan menuju Emilia Island, Claud hanya menanyakan kesehatan Hayes dan Alice, dia tidak membahas bisnis apapun.Hayes menghisap rokoknya, kepulan asap terlihat bergerak keluar dari mulutnya. Suasana hati Hayes telah dirusak oleh keberadaan Claud Borsman. “Jangan pernah coba-coba untuk mendamaikan aku dengannya, sekeras apapun Ayah berusaha, itu tidak akan berhasil,” peringat Hayes.“Aku tidak akan pernah memaksamu untuk memaafkan kesalahannya Hayes,” jawab Damian dengan nada menggantung. Dalam satu tarikan napas panjangnya Damian kembali berkata, “Hayes, selama ini, sebelum kau mengetahui kebenaran siapa diri
Wajah Claud Borsman berubah pucat, terkejut oleh sesuatu pertanyaan yang tidak pernah dia sangka. Claud Borsman terdiam membungkam kehilangan kata-kata untuk menjawab.Terlahir dari kelas bangsawan membuat Claud Borsman tebiasa dilayani dalam setiap hal, terbiasa menerima rasa hormat dari orang lain yang membangun jiwa angkuh di dalam dirinya.Keangkuhan itu membuat Claud Borsman tidak pernah meminta maaf dan bebas bertindak semaunya tanpa peduli itu benar atau salah, Claud Borsman tumbuh tanpa rasa penyesalan disetiap tindakan yang diambilnya karena dia menganggap setiap manusia yang terlibat dalam hidupnya sebatas objek sesaat.Claud Borsman sendiri tidak pernah tersinggung dengan kritikan tajam siapapun, dia terus berjalan di jalan yang menurutnya benar tidak peduli dengan halangan siapapun, karena siapapun yang berani menghalangi jalannya, Claud Borsman akan menyingkirkannya.Sekarang Hayes menutut maaf darinya?Apakah Claud Borsman bisa melakukannya? Apakah permintaan maaf akan s
“Sepertinya paman Damian sudah datang,” gumam Athur melihat sebuah mobil khusus telah terparkir di depan salah satu parkiran khusus resort.Athur menepikan mobilnya ke sisi. “Aku harus pergi memeriksa restaurant dulu.”Alice mengangguk dengan senyuman, gadis itu bergeser dan melangkah keluar ketika pintu disisinya sudah dibukakan oleh Hayes. Sementara Athur memutar balik mobilnya dan pergi meninggalkan tempat.Alice dan Hayes memasuki resort, sempat Hayes menanyakan kedatangan Damian dan menanyakan keberadaannya saat ini kepada seseorang yang menyambut.Resort yang dibangun sekitar satu tahun lalu itu akan segera diresmikan dalam waktu dekat karena pembangunan yang masih berjalan membutuhkan waktu satu tahun lagi.Jarang sekali mereka datang ke tempat ini meski sudah beberapa kamar yang tersedia, Alice dan Hayes lebih suka menghabiskan waktu mereka berdua di paviliun menjalani kehidupan yang sederhana. Hayes sesekali datang ke tempat ini untuk melakukan pertemuan dengan beberapa rekan
Gelombang ombak menari-nari dibawah langit sore yang cerah, permukaan laut terlihat indah dilukis bayangan cahaya matahari sore, sapuan angin membelai pipi, suara burung terdengar bernyanyi di udara dan bibir pantai.Bayangan lumba-lumba yang tengah berenang terlihat dibawah permukaan air, suaranya terdengar di antara gemuruh air, mereka berenang dengan cepat dan sesekali melompat, cipratan air menyentuh ujung permukaan yachts.Alice beranjak dari duduknya dan mendekat pagar untuk melihat mereka lebih dekat. Alice tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, pemandangan indah ini masih terasa seperti mimpi untuk Alice meski dia sudah tinggal di Emilia Island lebih dari setengah tahun lamanya.Pulau ini sangat indah seperti negeri dongeng, terkadang keindahannya seperti sesuatu yang mustahil benar-benar ada di dunia nyata.Emilia Island dimiliki seorang salah satu miliarder negeri ini sekaligus salah satu anggota kerajaan, orang itu bernama Julian Giedon, dulu pulau ini hutan belantara sel
“Pak Damian,” panggil Duma memasuki ruangan Damian dan mendapatinya tengah berkutat dengan setumpuk pekerjaan yang harus dikerjakan besok akan diselesaikan hari ini juga.Damian tidak sabar ingin pergi ke Emilia Island dan berkumpul dengan keluarganya untuk merayakan kabar cucu kembarnya yang kini masih berada dalam kandungan Alice.Damian berencana untuk pergi meninggalkan kantor pusat selama dua hari dan menghabiskan waktunya bersama Alice juga Hayes.Damian tidak ingin kehilangan setiap moment perkembangan cucunya yang sangan dia nantikan.Usia Damian sudah menginjak enam puluh tahun, dan meski dia sudah menikah, namun Damian tidak pernah sekalipun mengalami fase dimana dia mendampingi seseorang yang mengandung hingga melahirkan dan merawatnya sampai tumbuh besar.Meski Damian menikahi Ivana dan menjadi ayah untuk Hayes, namun itu dilakukan sejak Hayes akan memasuki bangku taman kanak-kanak.Itupun, butuh proses yang sangat lama bagi Damian bisa menyayangi Hayes setelah dia tahu Ha
Seikat bunga mawar kuning berada dalam genggaman, Theodor berdiri dalam ketegangan menatap dua pintu besar di hadapannya yang terjaga oleh dua orang tentara.Kapan terakhir kali Theodor datang ke rumah Eniko? Sepertinya saat dia masih berada di bangku sekolah dasar. Saat itu Theodor menghadiri pesta ulang tahun Eniko yang ke lima, sejak malam pesta ulang tahun itu, Theodor tidak pernah lagi mau datang ke rumah Eniko karena sebuah alasan yang kuat. Theodor masih ingat ada sebuah kejadian memalukan yang dia alami ditengah pesta karena Eniko. Eniko mengajaknya pergi berdansa, karena Theodor mengantuk dan menolak keinginannya, Eniko menggigit pipinya sampai Theodor menangis hingga menjadi tontonan banyak orang.Bila ingat-ingat lagi, Theodor tidak memiliki kenangan baik setiap kali bersma Eniko. Eniko selalu saja menciptakan warna kacau dalam hidup Theodor.Sangat menyebalkannya lagi Theodor tidak bisa berbicara kasar ataupun melakukan sedikit kekerasaan karena Eniko seorang perempuan.