Alice pergi meninggalkan keramaian pesta, keluar dari aula ruangan dan berjalan sendirian dengan suatu kesedihan yang menggelayut di dalam hatinya.Alice tidak tahu kemana arah dia harus berjalan, yang dia butuhkan saat ini hanyalah ketenangan dan tidak bertemu dengan siapapun.Suara keramaian pesta tidak lagi terdengar, Alice semakin berjalan menjauh, ada sebuah teras yang menghadap ke sebuah labirin rumput. Di sana Alice duduk untuk menenangkan diri, memandangi langit yang gelap sangat pekat.Pikiran Alice berkenala, berputar dalam belenggu masalah yang sulit dia tinggalkan bila seluruh tubuhnya dalam keadaan terluka. “Kapan aku benar-benar bisa melangkah? Apa aku terlalu banyak mengeluh atau dunia memang kejam kepadaku? Mengapa aku tidak seberani orang lain? Mengapa trauma mengalahkan seluruh keberanianku?” tanya Alice pada kesunyian.Alice menghela napasnya dengan berat, gadis itu mengusap dadanya, merasakan sisa-sisa sakit yang masih bisa dirasa karena ucapan Bella.Suara derakan
“Silahkan.” Theodor mempersilahkan Alice berjalan lebih dulu, dan tidak mengindahkan penolakan halus gadis itu. Sesungguhnya, Theodor harus memastikan jika di area sekitar tidak ada siapapun lagi dan Theodor harus memastikan kebenaran bahwa Alice datang dengan tamunya.Theodor menempatkan kedua tangannya di belakang, pria itu melirik Alice yang berjalan di sampingnya dengan gugup. Gadis itu benar-benar sudah salah kostum, jika dia datang dengan orang yang tidak dikenali para pengawal Theodor, sudah jelas dia pasti akan di usir.Theodor bertanya-tanya, dari mana rasa percaya dirinya muncul hingga berani mengenakan pakaian yang seperti akan pergi ke super market?“Dengan siapa kau datang?” tanya Theodor tetap tidak berbicara formal.Alice tersenyum tipis, segan untuk mengakui datang dengan suaminya. “Saya datang dengan kenalan saya,” jawab Alice ragu.“Kau suka dengan pestanya?”Dengan cepat Alice mengangguk. “Semuanya sangat indah, orang-orang juga terlihat senang. Ini pertama kalinya
Untuk yang kemarin enggak sengaja sudah buka bab 37 yang double, bisa kembali dibuka karena isinya sudah berubah.Tidak perlu pakai koin lagi, kalau isinya tetap sama, coba log out dulu.Maaf ya, gara-gara gangguan signal jadi double.***“Jangan pernah ikut campur lagi dengan urusan rumah tangga kami, kau terlalu jauh terlibat. Apa kau mengerti Bella?” peringat Hayes penuh tekanan.Senyuman manis di bibir Bella memudar, wajah cantiknya terlihat pucat, Bella terkejut karena Hayes langsung membela Alice tepat di depan matanya.Seharusnya Hayes tidak keberatan dengan semua tindakan Bella karena Hayes membenci Alice. Tapi mengapa sekarang Hayes justru seperti sedang melindungi Alice dari masalah?Rahang Bella mengetat menahan amarah, harga dirinya terluka dikalahkan oleh seorang gadis kampungan yang tidak tahu apa-apa. “Aku tidak bermaksud ikut campur Hayes, aku hanya memperkenalkan dia pada teman-teman kita, apakah itu salah?” ucap Bella membeladiri.“Aku tidak akan mempermasalahkanny
“Theodor bukan orang yang mudah akrab pada orang lain, dari cara dia berbicara dan menatapmu jelas ada sesuatu yang berbeda. Apa kau sudah menggodanya?”Alice tercengang kaget, betapa mudahnya Hayes menuduh seseorang tanpa berpikir. “Kenapa kau sangat suka menuduhku atas dasar hal-hal yang tidak berdasar?”“Aku tidak menuduhmu. Tapi, karena kau anak seorang pelacur yang pandai menggoda laki-laki, siapa tahu kebiasaan ibumu menurun padamu.”Alice terpaku, seluruh darah di dalam nadinya seperti berhenti berdenyut. Betapa dalamnya kata-kata Hayes dalam menghinanya, betapa tajamnya lidah Hayes melukainya.Alice menarik napasnya dengan sesak, gadis itu membuang muka dan tidak membalas penghinaan Hayes, tangan Alice hanya bisa mengepal di bawah meja, berusaha menahan amarahnya dalam diam.Keterdiaman Alice menyadarkan Hayes akan ucapannya yang sudah terlalu jauh.Hayes sendiri tidak menyangka bahwa dia akan menghina Alice lagi tanpa terkendali. Hayes bingung, dia tidak mengerti mengapa tiba
“Mau berdansa denganku?”Alice mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba meyakinkan diri bahwa apa yang telah didengarnya bukanlah sebuah halusinasi. “Anda jangan bercanda,” jawab Alice tidak percaya. Alice tidak habis pikir, bagaimana bisa pria luar biasa seperti Theodor mau mengajak Alice berdansa? Tidakkah pria itu sadar bahwa dia akan mengalami banyak kerugian jika mereka menari bersama?Jangankan untuk menari, dhanya dengan uduk berhadapan seperti ini, Alice bisa menyadari ada berapa banyak pasang mata yang kini mengintimidasinya karena rasa iri.Theodor tersenyum tanpa beban. “Tidak sopan mengajak perempuan berdansa di pesta resmi hanya untuk sebuah candaan.”“Mengapa Anda ingin mengajak saya berdansa?”Ada jeda keheningan dalam beberapa detik, entah kata-kata seperti yang harus Theodor rangkai sebagai jawaban untuk diberikan kepada Alice.“Naluriku, aku selalu bertindak sesuai naluriku dibandingkan dengan logika. Kali ini, naluriku juga yang mendorongku untuk berdansa dengan
“Hayes, kau kenapa?” tanya Bella memperhatikan kemarahan di mata Hayes.“Aku baik-baik saja,” jawab Hayes terdengar samar dan tidak fokus.“Apa yang sebenarnya kau lihat?”“Bukan apa-apa,” balas Hayes mengembalikan perhatiannya lagi pada Bella dan terus bergerak mengikuti irama musik sambil menantikan musik berhenti berputar.Sesekali Hayes terus melihat ke arah Alice, meneliti setiap ekspresi di wajahnya yang sangat berbeda ketika dia sedang bersama Theodor, dia lebih banyak berbicara.Gadis itu terlihat lebih bebas, wajahnya beberapa kali bersemu, lebih mengejutkannya lagi dia bisa membuat Theodor tertawa saat berbicara dengannya.Apa yang sebenarnya telah Theodor lakukan kepada Alice? Mengapa dia bisa memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Alice dibandingkan Hayes yang berstatus sebagai suaminya?Hayes tahu betul seberapa sulitnya seorang Theodor, dia bisa berbicara lebih tajam dari Hayes dan lebih tidak berperasaan. Tapi mengapa dia sangat berbeda saat bersama Alice?Suara mus
Alice menengadahkan kepalanya, perasaannya menjadi emosional tanpa alasan, ada desakan amarah yang kuat saat terbayang-bayang bagaimana Hayes mengusap jijik tangannya yang tidak sengaja menyentuh tangan Alice.Itu sangat sederhana, namun sangat menyakitkan dan berhasil menghancurkan setitik rasa percaya diri Alice yang baru akan tumbuh.Tindakan sederhana Hayes berhasil mengembalikan kenangan-kenangan buruk penolakan orang-orang terhadap keberadaannya. Desakan ingin menangis membuat dada Alice sakit dan sesak, gadis itu frustasi tidak bisa mengeluarkan air matanya agar bisa melepaskan semua beban yang sudah memenuhi jiwanya. Alice menarik kuat helaian rambutnya dengan kuat dan memukul kepalanya ke dashboard hingga membuat Hayes menepikan kendaraannya.“Apa yang kau lakukan? Jangan menyakiti dirimu sendiri!” Hayes berusaha menarik mundur Alice.Wajah Alice terangkat dengan memar di kenignya, pupil matanya gemetar memandang lekat Hayes. “Kenapa aku dilarang menyakiti diriku sendiri,
Kepulan asap rokok bergerak di udara, Hayes menyandarkan punggungnya pada kursi kayu, di sisinya terdapat segelas anggur yang menemani malam penatnya.Angin malam bergerak lembut menyapu rambutnya. Jendela yang terbuka lebar menggerakan gorden, aroma bunga stock night scented yang tumbuh banyak di pinggiran taman tercium masuk ke dalam ruangan.Hayes mengangkat wajahnya, menatap malam yang pekat.Hayes tidak bisa tidur, pikirannya masih dibayangi oleh ucapan Alice yang terus terngiang di kepalanya. Hayes sudah berusaha untuk tidak peduli, namun dia tidak mampu melakukannya.Selama ini Alice selalu diam dan terlihat baik-baik saja ketika Hayes menghinanya, namun malam ini gadis itu menjadi berbeda, Alice berbicara banyak hal untuk pertama kalinya. Alice memberitahukan perasaan yang dia alami selama ini.Sikapnya memberitahu Hayes jika sebenarnya Alice diam bukan berarti dia tidak mau berbicara.Apa yang sebenarnya telah terjadi dan tidak Hayes ketahui tentang Alice? Jika dia benar-b